marah

19 5 0
                                    

Gue sengaja cepet cepet datang ke sekolah biar mau bincang sama nakyung kalau dia itu salah faham, biasanya juga nakyung cpt banget datang ke sekolah.

Sekarang aja dia udah ada di kelas, lagi ngebo.

"Kyung" Nakyung kaget, dia cpet cpet perbaiki hijabnya yang udah kelihatan banget rambutnya keluar gtu. "Eh astaghfirullah gue kira saha"

Gue naruh tas dulu, terus langsung ke kursi nakyung duduk di sebelah nya bicara baik baik. "Kyung, lu tuh salah faham."

"Selo aja, gapapa kok kalau lu suka sama renjun" Gue menghembus nafas kasar.

"ENGGAK. Kemarin dia neraktir gue karena sebagai ucapan maafnya, elu ih mana ada gue suka sama cwo yang tmen gue suka, ngadi ah."

"Lu deket banget ya sama dia" Gue megang kedua tangan nakyung "buat apa lo ngajak gue jadi sahabat lo kalau lo gak percaya sama gue."

Nakyung nepis tangan gue, dia mendecih "gua gak suka lu bohong." Hati gue serasa di iris iris nakyung ngefitnah gue. "Lu itu-" Gue narik nafas dalam dalam "huuhh, yaudah maafin gue ya."

"Kenapa lo tega suka sama dia?lo tau kalau gue suka sama dia, itu namanya setia kawan?. Sejak kapan lo suka sama dia? Sejak gue naksir dia?lo ya, setiap apa yang gue mau. Pasti lu juga mau , lu itu bisa pergi gk si dari hidup gue. Gue udah muak sama lo, lo ngerenggut semua kebahagiaan gue. Lu merasa gak si kalau lu ngerenggut itu sedikit demi sedikit?!" Gue meneteskan air mata. Ini benar benar nakyung?.

"Nakyung, lu.."

"Kenapa?! Lu gak percaya karna sahabat lo ini baru aja ngeluarin kata kata yang gak pernah lo duga?. Udah ya lan, sekarang kita bukan sahabat lagi!, anggap aja kita gak pernah kenalan" Nakyung berdiri dari kursinya lalu keluar kelas.

Hati gue benar benar hancur. Hanya dia satu satunya orang yang gue percayai.

"SAMLEKOM YA AHLI KUBUR" teriak haechan masuk ke kelas, gue cepet cepet ngehapus air mata. "Wa'alaikumsalam."

"Lah napa lo lan" Haechan berdiri didepan gue sambil ngelus kepala gue. "Apaansi" Haechan ngakak terbahak bahak sampek kejungkal gitu. Mampus.

"Kenapa lo? Lagi berantem ma nakyung?" Gue ngedengus kesal, haechan si kepo. "Engga, kepala gue sakit jadinya cemberut gini mau datang bulan kali."

"Lah, mana ada hubungannya jir. Kalau mau dtg bulan kan sakit perut bukan kepala, ngadi lo jadi ngeri gue."

"Yaa ada hubungannya. Adain aja deh pokoknya" Gue berdiri lalu keluar kelas, pas gue menuju keluar kelas terus sampai ke pintu kelas, tiba tiba renjun langsung muncul ntah dari mana.

"ASTAGHFIRULLAH" Renjun kekeh sambil ngeliat liat di dalam kelas "haechan ada?" Gue ngangguk terus beri ruang buat renjun biar bisa masuk ke kelas.

Tapi pas mau masuk, renjun balik ke arah gue "nakyung marah sama kamu?, saya sudah membujuknya kembali berteman bersama mu. Mudah mudahan saja dia setuju sama kata kata saya."

"NAHH KETAHUAN KAN LO BULAN!!, huuu bohong segala" Teriak haechan, gue misuh misuh sendiri sambil keluar kelas.

-----------------------------------

"Baik anak anak, kalian sudah boleh pulang. Oh iya..besok libur ya, ada rapat besar jadi kalian di liburkan" Semuanya pada teriak hore hore. Kecuali gue sama nakyung, kerasa canggung banget.

Mau ajak dia ke taman, tapi takut ntar gue dikacangin lagi. Kan urat malu gue itu bergetar.

Semuanya pada keluar buat bersiap pulang, nakyung lagi beres beresin bukunya "mau gue bantu gk kyung?" Nakyung ngambil cepat buku bukunya tanpa ngasih masukin ke tas terus langsung pergi gitu aja keluar kelas, dih.

Gue ada di depan pagar sekolah, nunggu penjemput gue dateng, penjemput gue si pembantu dirumah. "Lama banget si, mana panas lagi."

"Bulan?" Gue ngelirik dibelakang gue yang terdengar dari sumber suara itu, renjun. "Apa?"

"Mau saya antar?" Gue ngegeleng males, ya kali. Gegara dia pertamanan gue hancur lebur macam bubur encer.

Mepet, mencret.

"Sebenarnya nakyung itu mementingkan egonya dari pada kata hatinya. Yang sebenarnya di hatinya itu, masih ingin berkawan dengan kamu. Karna menurut ku si, dari mata nakyung melihat kamu, kamu termasuk spesial untuk dia. Tapi sayangnya egonya sangat besar, hanya karena lelaki dia langsung menghancurkan tembok pertemanan nya hanya dengan kata katanya. Hanya kata kata kan?kenapa kamu gak membangun tembok itu dan menjadi kokoh lagi?, kalau memang dia menghancurkan tembok itu dengan tangannya sendiri, maka tembok itu sudah tidak bisa dipasang kembali, karena itu memang juga dari kata hatinya."

Renjun ngelirik gue bentar, terus lanjut menghadap ke depan "seseorang tidak akan bertindak tanpa kata hati, jika seseorang hanya mengeluarkan kata kata bukan tindakan. Maka itu adalah egonya, jadi masih ada ruang untuk kamu dan nakyung bisa bersatu lagi, kata hatinya masih berharap kepada kamu."

Entah kenapa, kalau renjun udah soft gini rasa nya mau rebut dia dari nakyung. Astaghfirullah sadar bulan.

"Cerewet" Renjun terkekeh "kamu tau tidak?sebenarnya, pertemanan yang kokoh itu, yang bisa mengalah satu sama lain, jika tidak ada yang mengalah? Sama saja kamu terjebak di lumpur liar, semakin kamu bergoyang semakin kamu tenggelam. Semakin kamu tidak ingin mengalah, semakin tidak ada harapan lagi untuk pertemanan kalian, miris."

"Bacot ah, udah anter gue pulang gih"

Renjun tersenyum manis, tawarannya diterima "ayo naik, nanti saya boleh berbicara dengan orang tua kamu tidak?"




[Hikmah | | renjun]

Hikmah| huangrenjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang