8 bulan kemudian

16 3 0
                                    

Mungkin kalian merasa kalau hari begitu cepat? Ya seperti itu yang ku rasakan sekarang, baru saja rasanya kemarin diselamatkan oleh renjun. Sekarang baju OSIS ku sangat kotor, karna kami merayakan festival hari kelulusan.

Oh iya, dan juga semenjak berjalannya waktu, aku udah ga makai kata "gue" Lagi, dan iya jangan bilang kalau renjun kalian ga berubah sama sekali?, tentu saja dia berubah. Tau ga? Sekarang dia ga pakai kata "saya" Lagi, malah kata "aku", aku juga heran semenjak aku ubah kata gue jadi kata aku, dia juga ikutan. Dasar tukang tiru.

[Hikmah | | renjun]

"Nakyung kamu.." Nakyung langsung beralih memeluk ku, dia menangis sepuas yang dia inginkan. "Ini hari terakhir Kita, besok gua harus ke amerika" Nakyung menghapus air matanya lalu beralih melepaskan pelukannya dan kali ini beralih memegang tangan ku.

"Lu harus janji, kalau lu ga bakal lupain gua" Aku tersenyum manis, layaknya tersenyum tulus.

"Harusnya aku yang mengatakan itu, aku dan kamu menyimpan kenangan disini, aku tinggal di kota ini, tepat saja aku ga bakal lupain kamu, kamu yang seharusnya janji ga bakal lupain aku nakyung.."

"Kenangan kita ada dijakarta ya bulan?" Aku mengangguk lalu mencium pucuk kepala nakyung layaknya seperti seorang kakak, memang aku lebih tua dari dia, hanya sekedar bulannya.

"Aku bakal selalu ada disini, dan disin-"

"Lebay banget lo bedua" Haechan ngelirik aku dan nakyung jijik.

"PIGI LO!" Dan disinilah dimulai pertengkaran antara nakyung dan haechan, mereka saling kejar kejaran hahaha.

Aku hanya bisa menertawai mereka, mana bisa si aku berantem sama haechan, takutnya haechan nangis.

"Bulan?" Aku sedikit terkejut, aku melirik melihat siapa yang memanggil ku.

"Renjun?"

"Sebentar malam aku boleh ajak kamu jalan jalan tidak?"

"Aah~, baiklah" Renjun agak mendekat sedikit kearah ku, lalu dia mengelus pundakku, memberiku semangat dan..

"Kamu harus kumpul kan seribu nyawa bertemu dengan saya sebentar malam ya"

"Ha?kenapa?"

"Nanti juga tau" Renjun berhenti mengelus pundakku, dia pamit ingin pulang aku pun begitu.

"Nakyung!"

"Eh, napa?"

"Aku mau pulang"

"Oh, okaiii papaiii, oh iya! Lo janjikan ga bakal lupain gua? Soalnya lo bakal selalu tinggal dijakarta kan?" Sangat berat menjawab pertanyaan nakyung.

Berat hati aku ingin mengatakan iya, namun aku akan melanjutkan ilmu ku di Yogyakarta, jelas saja aku harus meninggalkan jakarta.

"A-anu, emm"

"Aah~, iya aku akan selalu dijakarta"

Sambil memperlihatkan senyuman palsu, pasti nakyung tidak curiga. "Okay"


Hikmah| huangrenjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang