Episode 23 : Akhir

114 6 1
                                    

Recommend :
All with you - Taeyeon





























“Beeen sayang. K-kenapa? Apa ada yang sakit? Kenapa kau menangis?”

Tidak ada sautan yang terdengar hanyalah suara tangisan pilu dari mulut Ben yang mana membuat Suga ketar ketir ada apa adiknya menangis seperti ini apa ia membuat kesalahan lagi.

“Hiks hiks”

“Ben hei tenanglah kami tidak akan menyakitimu. Kenapa adik oppa menangis eoh?” Suga dengan nada lembut dan getarnya mencoba menenangkan Benneta dengan tangannya yang terulur menyilakkan rambut Benneta ke belakang telinga.

“Aku juga merindukan kalian tapi aku sangat sakit hati pada kalian” dengan nadanya yang terbata-bata karena menangis ia berusaha menjawab Suga dengan tangisannya.

“Ben maaf maafkan oppa. Kami tidak akan berbuat kedua kalinya menyakiti perempuan satu-satunya kami, kami sangat menyesal Ben kami sangat menyayangi dirimu. Tidak ingin kehilangan orang yang kami sayangi lagi. Sudah cukup appa dan eomma yang pergi, kau jangan pergi kumohon. Maaf maafkan oppa maafkan kami Ben hiks” Suga hilang pertahannya. Cukup di depan adiknya saja ia menangis dan hancur. Ia hancur melihat adiknya menjadi seperti ini karena ulahnya, ia tidak ingin kehilangan adiknya ini. Ingin sekali memutar waktu dan membalikkan keadaan dimana ia pasti sedang berada di rumah bersenggama bersama semua saudaranya dengan hati yang senang. Bukan bencana seperti ini.



























Sial tangisku semakin menjadi-jadi oppaku yang lain mendengar dan akhirnya bangun menghampiriku. Mereka menangis dan memelukku sayangnya aku tidak bisa memeluk dengan erat karena selang-selang ini sangat membuatku kesusahan mereka memelukku terkecuali Jungkook oppa. Dia terlihat lelap, jika sudah tidur akan sangat susah untuk membangunkannya. Lucu sekali.

“Maafkan oppa nee?”

Aku yang masih dengan tangisanku mencoba berdamai dengan hati walaupun di dada rasanya nyeri sekali teman. Akupun menyerah dengan rasa sakit tersebut memilih untuk mengangguki pernyataan Jimin oppa. Matanya memerah air mata terus mengucur membasahi pipi. Matakupun ikut memanas dan tidak kuat dengan semua keadaan disini.

“Oppa kumohon jangan sakiti Ben lagi nee? Jangan panggil Ben pembunuh lagi. D-disini oppa, disini sakit sekali rasanya. Sesak sekali Ben sampai sulit bernafas karena itu hiks" Ben menunjuk dadanya yang nyeri dan sesak kala mengingat kata-kata menusuk kakaknya dulu.

“Ben maaf.. Maafkan oppa, o-oppa berjanji tidak akan menyakitimu lagi dan tidak akan memanggilmu pembunuh. Oppa menyesal. Oppa menyesal Ben" tangisnya mulai pecah. Hidung dan mukanya sangat berantakan hampir sama dengan keadaan hatinya. Tidak ada yang baik-baik saja disini. Namjoon oppa memeluk Taehyung oppa yang ikut hilang pertahanannya karena situasi.

"Kau bukan pembunuh Ben hiks kau adik kami. Kumohon, kumohon hentikan. Jangan berbicara seperti itu lagi. Disini juga sakit Ben, oppa sakit, sakit sekali disini”

“Maaf. Maaf hiks hiks oppa yang membuat kau seperti ini” Jimin oppa menangkup tangan kananku, digenggamnya dengan penuh sayang dan tidak hentinya menggumamkan kata maaf padaku.






























Kai yang sehabis memeriksa kamar sebelah berniat mampir dan mengecek Ben. Ia pikir jam 23.49 Ben dan kakak-kakaknya sudah mulai tidur. Ia rindu pada teman sekaligus adiknya itu. Berniat mengelus surai lembut dan mengecup dahi milik Benneta.

































My Brothers Hate Me🖊️🖊️ / REVISI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang