"H-hyung hyung. Ben. Dia tangannya bergerak. Cepat panggil Kai hyung">>
10 menit Kai mengecek perubahan baru yang di alami Benneta dengan suster di dekatnya. Setelah semua selesai suster keluar dari ruangan tersebut melewati bangtan yang berada di ruang kecil utama kamar Benneta. Menunggu dengan was-was berharap ada kabar baik menghampiri mereka. Mereka tampak gelisah kala Kai semakin dekat dengan mereka.
“Luar biasa ini benar-benar mukjizat Ben kondisinya semakin baik dan dia sudah mulai sadar sebelum waktu yang di perkirakan. Kalian semua boleh masuk tapi jangan membuat suara yang mengganggu aku akan memberikan obat tidur pada Ben lewat suntikan”
“Nee hyung terimakasih banyak” Namjoon.
Mereka lekas berhambur mendekat. Mengelus surai lembut adiknya. Yang dulu terkena jambakan mereka, yang selalu mereka sakiti kini terbaring lemah menyerah pada keadaan dan pasrah. Mereka kini hanya bisa memegang lembut tangan dan badan yang semakin mungil di dalam genggaman mereka.
Seokjin memanas. Matanya mengeluarkan air matanya. Dulu Benneta tidak sekurus ini. Rambutnya bahkan kusut tidak seapik dulu. Tangannya mulai kasar karena terus menerus mengerjakan pekerjaan rumah. Ia tidak tega melihatnya. Ingin sekali menggantikan posisi adiknya.
"Hyuung uljima. Kau membuatku ingin menangis juga" Hoseok nadanya bergetar. Suga hanya memalingkan mukanya. Bukan dirinya jika harus menunjukkan wajah swagnya yang menangis. Memalingkan mukanya dan menghapus jejak air mata yang keluar. Namjoon tergerak mengelus punggung Seokjin yang bergetar. Tangisnya semakin menjadi.
Kedua tangannya menutupi wajahnya yang menangis tertunduk.
"Aku tidak tega hiks"
Suara sentrup-sentrup dan segukan Seokjin menambah kesan pilu. Hoseok memerah. Mukanya sembab. Namun di satu sisi mereka semua bersyukur adik mereka akhirnya memperlihatkan perubahan baik pada kesehatannya. Memilih untuk tidak menyerah dengan keadaan hingga akhirnya mulai sadar.
Segera mereka menghubungi ketiha adiknya yang mana di balas dengan pekikan senang. Mereka semakin mempercepat pengerjaan ujiannya agar segera melihat adiknya.
Sore tiba. Seokjin, Suga, Hoseok, dan Namjoon masih disana. 3 krucil mereka sedang dalam perjalanan pulang. Jika adik mereka sudah datang Suga dan Hoseok akan pulang. Mereka berjaga secara berganti.
Namjoon tergerak. Ia sedari tadi duduk di samping ranjang Benneta mengamati wajah adiknya yang sedang tertidur. Benneta sendiri sebenarnya sudah bangun namun matanya berat. Ia enggan membuka mata karena samar-samar mendengar suara kakaknya. Ia malas. Ia tidak sanggup untuk mengusir karena keadaannya lemah. Jadilah ia masa bodo haha.
“Ben ini oppa. Namjoon oppa. Oppa merindukanmu. Maaf hiks maaf” isak tangisnya beserta tangannya yang tergerak memegang tangan Ben namun jawabannya membuat ia nyeri pada dadanya.
Tangan Ben menolak dengan keadaan lemas ia pelan memalingkan wajahnya.
“Ben hiks hiks oppa tau oppa jahat selama ini padamu. Jeongmal maafkan oppa. Oppa menyesal hiks hiks oppa merindukanmu sayang”
Yang lain hanya bisa menangis sembari mendengarkan Namjoon berbicara pada Ben. Tidak terasa suara pintu terbuka menampilkan laki-laki berjas putih. Kai datang dan masuk kembali.
“Ben sayang” ucapnya seraya mengelus rambut Ben. Ia menginteruksikan agar semua oppa Ben menjauh dulu.
“Oppaa” lirih Ben
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brothers Hate Me🖊️🖊️ / REVISI✔
Fanfiction"Isteri kedua? bukankah kita membencinya hyung?" "Hyung tidak segan akan menyiksa istri kedua serta anaknya" Kalian tahu kesabaran ada batasnya?