Bagi Dua | 9

6 4 0
                                    

"Keke!"

Naldo dengan cepat meraih salah satu tangan Keke, hingga gadis itu sampai merasa tubuhnya menegang. Ini kali pertama Naldo memegang tangannya. Keke enggan menoleh. Sampai Naldo berinisiatif berdiri tepat dihadapan Keke. Keke sampai menahan nafas, sebab Naldo berdiri lumayan dekat dihadapannya. Terlebih lagi tinggi pemuda itu yang bisa dikatakan lumayan jangkung, Keke sedikit terintimidasi.

"Gue harus ke kelas, tugas gue belum selesai," kilah Keke berusaha melepaskan tangan Naldo dari tangannya.

Naldo malah tak kunjung melepaskannya. "Kita sekelas. Memangnya hari ini ada tugas? Perasaan nggak ada. Mata pelajaran hari ini lebih dominan tugas praktek, bukan tugas teori yang harus ditulis." Tatapan Naldo perlahan berubah, nampak tajam. "Lo menghindar dari gue apa gimana, Ke? Kalau gue ada salah sama lo, lo bilang! Jangan menghindar kayak gini!"

Keke tersentak. Tanpa sadar kedua matanya membulat. Setelahnya Keke berusaha menormalkan ekspresinya. Ia menyentak kasar tangannya. "Gue nggak ada masalah sama lo. Gue mau ke kelas."

Keke berlalu begitu saja, menyisakan Naldo yang belum sepenuhnya lega dengan jawaban yang Keke berikan. "Terus kenapa beberapa hari ini lo kesannya jauhin gue? Lo udah jarang ngomong kalau ada gue, bahkan kemarin lo bareng Fahmi rencana makan bakso bareng, kan? Terus tiba-tiba lo pergi karena lo tau gue ada disana."

Kali ini, Keke berhasil menghentikan langkahnya. Tak ada amarah saat Naldo mengatakan semua itu, nada suara pemuda itu tetap tenang. Tapi tetap saja Keke merasa tersentil. Tiba-tiba ia merasa bersalah.

Ia memang menjaga jarak dari Naldo, sebab ia sudah bawa perasaan pada tindakan Naldo tempo hari. Keke juga tidak terima saat Naldo malah dikabarkan dengan Vanesha, murid baru pindahan dari luar negeri itu. Keke akui, dibandingkan Vanesha, dia tidak ada apa-apanya. Vanesha jago berbahasa Inggris sedangkan dia malah payah dalam urusan itu. Pantas saja Naldo dan Vanesha itu klop, karena punya kesukaan pada bidang yang sama.

"Gue pergi dari sana karena gue ada urusan penting." Keke berujar tanpa menoleh pada Naldo. Cengkeramannya pada tas punggungnya menguat. Takut setelah ini Naldo sadar alasan ia memilih menghindar.

Naldo menghela napas, hendak mendekat pada Keke.

"Hai, Naldo!"

Naldo segera menoleh, dan mendapati Vanesha sudah berdiri di sebelahnya. Naldo memberi senyum tipis pada Vanesha, sambil sesekali melirik Keke yang tak mau berbalik padanya.

Dalam hati Keke meringis, ia tidak tahu alasan apa yang harus menahannya berada disana. Untuk itulah ia memutuskan melanjutkan langkah memasuki kelas.

****

"Itu si Keke kenapa, dah?", celetuk Ulfa yang baru saja selesai melipat seragam sekolahnya, usai berganti pakaian menjadi pakaian olahraga.

Bulan hanya mengendikkan bahu. "Nggak tau juga, sih."

"Halah, palingan juga lagi perang hati," seloroh Chyntia enteng.

"Perang hati begimana maksud lo?", tanya Gita yang kembali memberi sapuan bedak tipis pada wajahnya. Takut berminyak nanti pas olahraga katanya.

"Kalian mah kudet. Kalian nggak tau aja, Keke sama Naldo ada konflik batin," balas Chyntia.

"Setdah, banyak aja yang cinlok! Nggak ada harga diri banget gue di kelas ini," kata Meyva dengan wajah nelangsa.

"Betul. Beberapa cewek di kelas ini serasa udah ada pawangnya." Melati mengerucutkan bibir.

Rosia menjentikkan jari. "Nah, itu dia! Bintang sama Langit, Kimmy sama Marko, tapi dua pasangan ini tuh nggak pernah mendeklarasikan kalau mereka ada hubungan. Tapi yang beneran official itu Damian sama Joya."

Bagi DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang