Naldo memain-mainkan tangannya dengan gerakan gusar. Sesekali matanya melirik ke arah pintu kelas. Sejak tadi ia menunggu Keke datang. Gadis itu belum menunjukkan tanda-tanda kedatangannya.
"JANGAN CINTAI AKU~~ APA ADANYA~~" Damian sudah bernyanyi membuat riuh kelas pagi itu. Sebuah pemandangan biasa bagi penghuni kelas Resident. Tingkah Damian memang se- random itu. Joya yang merupakan kekasih Damian sudah lelah memberitahu Damian agar tidak terlalu rusuh. Tapi pemuda itu terlalu keras kepala untuk mematuhi peringatan yang Joya berikan.
Chyntia yang bahkan sedang bersandar di pojokan kelas hampir saja melemparkan Damian dengan buku tugas milik Gita yang ada di hadapannya. Untung saja Gita langsung meraih bukunya dan mencegah Chyntia melakukan aksi bar-barnya. Jadilah Chyntia menyumpal kedua lubang telinganya dengan earphone. Suara Damian terlalu menganggu.
Naldo tak begitu memperhatikan suasana kelasnya. Entah suasananya rusuh atau semakin rusuh, yang jelas ia masih menunggu Keke. "Nggak biasanya dia datang telat," gumam Naldo dengan nada sedikit frustasi. Sesekali Naldo meringis, sebab pikiran buruknya sudah melanglang buana memenuhi otaknya.
"Ya elah! Nggak usah panik begitu, kayak lo kehilangan belahan jiwa aja," ledek Yudha yang tentu saja punya kebiasaan muncul tiba-tiba di dekat Naldo.
"Bisa diam, nggak?!", balas Naldo sewot. Yudha hanya tertawa ngakak di sebelah Naldo. Sejak dulu Yudha memang suka menjahili Naldo. Sifat Naldo yang meledak-ledak membuatnya makin bersemangat untuk mengganggunya.
Naldo terus saja mengarahkan pandangannya ke arah pintu, dan sosok Vita- lah yang muncul. Lagi-lagi Naldo menghela napas. Bukannya tidak senang menyadari keberadaan teman sekelas yang lain, akan tetapi kehadiran Keke begitu ia nantikan sejak tadi.
"Guys!", seru Vita dengan wajah khawatir, dan hal itu berhasil menarik seluruh atensi teman sekelas. Termasuk Naldo.
Kedua mata Vita membulat, ia menutup mulutnya sendiri sebab mendapat sebuah pesan dari Ares--ketua PMR mereka. Vita menatap seluruh teman sekelasnya. "Keke kecelakaan," katanya lirih, tapi teman sekelasnya masih bisa mendengar. Suasana hening.
Naldo sendiri sudah diam, hingga akhirnya ia meraih kunci motornya dan maju mendekat pada Vita. "Di rumah sakit mana?!", tanyanya dengan gestur tidak tenang.
"Kata Ares di Rumah Sakit Permata Sakti."
Naldo berlari keluar dari kelas, dan tindakannya itu membuat sekelas yang lain makin kalut.
"Naldo!", teriak Leon berusaha menyusul.
"Ah, tuh anak langsung nyelonong aja, anjir!", kata Steby dengan wajah luar biasa gemas.
"Leon, mending lo kasih tau sama guru, minta izin buat Naldo yang wakilin kita buat jenguk Keke. Kita nanti bisa nyusul," kata Damian memberi usul.
Kepala Leon mengangguk. Tanpa membuang waktu, Leon turut keluar kelas. Ia akan segera ke kantor untuk memberi tahu gitu soal Keke.
"Kenapa Naldo bisa sepanik itu?", tanya Aurel dengan wajah khawatir tapi juga cemas. Ia juga masih memikirkan keadaan Keke sekarang.
"Dari tadi dia emang nungguin Keke," sahut Yudha pelan.
"Kenapa? Apa ada masalah?", tanya Ester.
Yudha mengendikkan bahu. Lebih baik ia tidak mengatakan apapun pada teman sekelas soal Naldo dan Keke.
Yudha hanya mengharapkan jika urusan Naldo dan Keke akan segera selesai.
***
Naldo melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Ia tak peduli jika ulahnya itu mendapat amukan sebagai bentuk rasa kesal pengemudi di jalan yang dilaluinya. Ia diteriaki dan diklakson berkali-kali. Tapi Naldo tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagi Dua
Teen FictionLeonardo Iriandi, pemuda manis yang jago urusan menggambar. Otaknya cerdas, tapi itu tidak membuatnya sombong. Kata teman-teman sekelas, Naldo, sapaan akrabnya, tak tertarik dengan hal cinta dan asmara. Kata Naldo, ia masih terlalu 'kecil' untuk mem...