Bagi Dua | 10

6 3 0
                                    

Keke serasa membeku.

Tangan hangat itu masih melingkar dan melindungi kepalanya. Suara detak jantung si empunya tangan terdengar jelas.

Berdebar cepat dan tidak beraturan.

"Lo nggak papa?"

Keke perlahan mendongak. Terkejut saat tahu jika Naldo yang melindunginya. "Naldo?", gumamnya.

Setelahnya Naldo bernapas lega. Ia perlahan melepaskan tangannya yang semula melingkari kepala Keke guna melindungi gadis itu. Naldo bangkit lebih dulu. Tangannya terulur ke arah Keke, yang disambut kemudian oleh Keke sembari memeluk bola volly itu dengan menggunakan salah satu tangannya.

"Bang Naldo!"

Naldo dan Keke menoleh pada salah satu adik kelas mereka, Eza--yang berlari menghampiri mereka dengan wajah paniknya. "Gue minta maaf, Bang. Gue nggak liat kalau Kak Keke ada di tengah lapangan pas gue lempar cakramnya. Cakramnya sampai kena lo, Bang. Lo nggak papa?"

Ucapan Eza membuat Keke memandang Naldo yang nampak biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Nggak papa. Tapi lain kali lo hati-hati. Sebelum melakukan sesuatu, lo harus teliti."

Eza mengangguk patuh atas ucapan Naldo. "Iya, Bang. Lain kali gue bakal lebih hati-hati." Eza lalu mengambil cakram yang ia lempar sebelumnya, lalu kembali ke barisan teman sekelasnya.

Naldo berlalu begitu saja, kembali ke pinggir lapangan bersama dengan teman lelaki sekelasnya. Sementara Keke yang belum sempat bertanya apapun pada Naldo, hanya bisa berdiri dengan wajah menunduk. Ada perasaan berdebar, bahagia, dan juga sedih.

Iya, sedih. Sebab sepertinya Naldo sudah mulai mengabaikannya.

***

Aksi Naldo yang melindungi Keke saat di tengah lapangan langsung menjadi perbincangan satu sekolah.  Pamor Naldo naik dengan cepat, padahal yang menjadi perbincangan sama sekali tak tahu menahu soal dirinya yang sudah viral satu sekolahan.

Bahkan, pasukan gadis kelas Resident sudah duduk lesehan diatas lantai, dengan aneka makanan dan minuman yang menemani obrolan mereka. Mereka duduk melingkar, persis membentuk sebuah konferensi yang siap merundingkan hal yang sangat serius.

Lebih tepatnya, mereka tengah membuka praktek perghibahan, dengan Nesya dan Raina sebagai pelopor utama.

"Percuma juga bentuk lingkaran ghibah kayak gini. Keke sama Naldo juga nggak ada disini," kata Chyntia cuek, sembari mengaduk-aduk jus jambu miliknya, lalu menyedotnya dengan penuh suka cita.

"Namanya juga ghibah, ya kali Keke sama Naldo lo ajak kesini," kata Nesya memutar kedua matanya dengan gerakan jengah.

"Emangnya kita pengen obrolin apa, sih? Ini soal Bapak gue, loh. Doi cowok baek-baek, nggak usah macam-macam yah lo pada," ancam Rosia menunjuk wajah teman-temannya.

"Emang kalian nggak baper pas Naldo maju ke tengah lapangan, demi lindungin Keke?" Meyva sudah siap dalam mode baper. Tak mengherankan sebab gadis itu lumayan suka hal berbau romantis.

"Iya, ih! Gue baper, coy!", timpal Joya.

"Sadar nggak sih, Naldo itu bisa auto ganteng pas ngelindungin Keke? Kalau gue nggak naksir Marko, gue mungkin udah gebet Naldo, kali," kata Kimmy dengan pandangan menerawang.

"Eh, Kim! Itu si Marko udah sebel! Peka dikit, elah!", balas Syifa. Kimmy hanya senyum sembari meringis pelan.

Kedua mata Aurel sudah mengerjap-ngerjap pelan. "Ah, tuh berdua emang cocok banget, sih. Tapi gue nggak yakin kalau mereka ada rasa satu sama lain."

Bagi DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang