Sejak semalam Keke memikirkan kata-kata Naldo. Perkataan jika pemuda itu menyukainya, dan perasaan bersalah disertai permohonan maaf karena menyukainya. Keke ingin bertanya lebih banyak pada Naldo, tapi sayangnya sejak ia tiba di sekolah Naldo menjadi sangat sibuk. Naldo hampir menghabiskan banyak waktunya di ruang eskul English Society bersama anggota lainnya, termasuk teman sekelas yang memang masuk ke dalam eskul itu, ada Steby, Lily, Maya, Yudha, Agnes, dan juga Langit.
Harusnya Keke yang minta maaf, sebab ia terlalu menguji kesabaran Naldo selama ini. Ucapan pemuda itu memang benar, jika Keke terlalu sok tahu dan cenderung menakar bagaimana isi hati Naldo selama ini. Sejak awal Keke tak ada niat ikut campur, tapi interaksi yang terjalin antara Naldo dan Vanesha membuatnya tidak nyaman juga. Ini bukan hanya berbicara soal rasa suka Naldo, tapi berbicara pula tentang kesalahan Keke yang cenderung terlalu menguji perasaan Naldo, baik sadar ataupun tidak saat ia melakukannya.
"Ke!"
Keke menoleh dan mendapati Ulfa yang sudah tersenyum tipis ke arahnya. Keke turut membalas senyum gadis berkacamata itu. "Duduk, Fa!", kata Keke lalu berpindah posisi, membiarkan Ulfa duduk di bangku yang berada tepat disebelahnya. "Gue mau ngomongin soal lo, Ke."
Keke mengerutkan kening, lalu setelahnya tersenyum tipis. "Soal apa emangnya?"
"Soal lo sama Naldo kemarin."
Keke membasahi bibir bawahnya. Ia bingung. Sudah pasti Ulfa tahu soal itu. Jika begini ceritanya, ia tak akan bertanya pada Naldo kemarin.
Ulfa menghela napas. Ia sadar sebab membuat Keke tidak nyaman. "Maaf, Ke. Gue tau kesannya gue terlalu ikut campur soal urusan hubungan lo sama Naldo. Tapi gue nggak lagi melihat pertemanan yang bisa gue katakan normal, Ke. Ada tingkatan yang kalian pijaki sampai kalian sampai mendekati hubungan yang kesannya membingungkan."
Tertohok. Itu yang Keke alami. Ulfa tahu betul apa yang ia pikirkan belakang ini. Rasanya berurusan dengan Ulfa terasa menakutkan bagi Keke sekarang.
"Lo tau darimana? Dari Yudha? Atau lo memang niat selidiki ini?"
Senyum tipis Ulfa terbentuk. "Gue tau dari Melati, Ke."
Wajah Keke jelas terkejut. "Hah?! Melati?!" Pandangan Keke langsung tertuju pada Melati. Gadis bertubuh mungil itu sudah berbicara dengan Nesya dan Maya di pojokan. Bersama dengan Bintang dan Agnes yang terlihat sesekali menimpali. Dua gadis itu lebih senang mendengarkan.
"Lo lupa, yah? Melati 'kan satu eskul bareng lo dan Naldo juga. Dia sudah pasti bisa liat interaksi lo sama Naldo. Biasanya kan lo berdua baik-baik aja, tapi Melati merasa semakin lama kalian itu punya hubungan yang dingin."
Keke kehilangan kata-kata untuk penjelasan yang Ulfa beritahu padanya. Ia benar-benar dibuat mati kutu. "Ah, gue malu banget soal ini," tutur Keke dengan wajah sendu. "Nggak seharusnya gue terlalu mancing Naldo kemarin."
Ulfa menghela napas. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Melati. Ulfa membisikkan sesuatu pada gadis itu, sebelum keduanya kembali mendekat pada Keke. "Keke," panggil Melati.
Melati mengambil kursi lain dan duduk berhadapan dengan Keke. "Lo tenang aja, Ke. Yang tahu soal ini nggak semua anak kelas juga, kok."
Keke menghela napas. "Bukan cuma masalah itu sebenarnya. Kalian tahu sendiri, gimana karakter Naldo. Tuh anak paling nggak suka jadi sorotan, apalagi masalah yang kayak begini."
Melati dan Ulfa saling memandang. Mereka setuju dengan ucapan Keke. Apalagi Ulfa. Sejak di taman kanak-kanak ia sudah mengenal Naldo.
"Lo bener." Melati kemudian memberi senyum menenangkan pada Keke. "Tapi soal kemarin nggak bakalan dikasih tau siapa-siapa, kok. Lagipula yang liat kemarin itu cuma gue, Ulfa, Meyva, Kimmy, Lili, Awan, Bulan sama Lovely."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagi Dua
Teen FictionLeonardo Iriandi, pemuda manis yang jago urusan menggambar. Otaknya cerdas, tapi itu tidak membuatnya sombong. Kata teman-teman sekelas, Naldo, sapaan akrabnya, tak tertarik dengan hal cinta dan asmara. Kata Naldo, ia masih terlalu 'kecil' untuk mem...