Pasukan kelas Resident sudah sepakat jika pulang sekolah ini mereka akan menjenguk Keke di rumah sakit. Syifa sebagai bendahara kelas sudah berjalan mendekati meja anggota kelas Resident satu persatu. Sudah banyak uang dari teman sekelas yang terkumpul. Mereka akan berembuk untuk membeli sesuatu saat menjenguk Keke.
"Udah kekumpul semua duitnya?", tanya Leon.
Syifa mengangguk. "Udah kekumpul semua, nih!" Syifa memperlihatkan catatan keuangannya pada Leon, dan diangguki pelan oleh pemuda bertubuh tinggi itu.
Leon memperhatikan temannya satu persatu. "Woy, ngumpul sini!", katanya dengan suara lantang. Anak kelas langsung mendekat padanya dan berdiri membentuk perkumpulan di depan kelas.
"Berhubung duitnya udah kekumpul dan alhamdulillah hasilnya banyak, kita bakalan beli sesuatu untuk Keke sebelum kita jenguk dia ke rumah sakit. Kalian ada usul?", tanya Leon mengedarkan pandangannya ke teman-temannya.
Nesya sudah mengacungkan tangan dengan gerakan rusuh. Diikuti Vita dan Kimmy yang menambah aksi rusuh itu. Padahal siapapun bisa memberi usulan tanpa perlu berebut untuk memberi usulan paling dulu.
"Gue saranin nih yah, kita bawain biskuit kesukaan Keke aja! Keke kan suka ngemil, jadi selama masa pemulihan dia harus makan biskuit kesukaan dia," usul Nesya.
"Bawain si Keke susu kaleng sama gula, dah!", kata Vita menimpali.
"Usulan lo berdua tidak bermutu!", kata Damian, Nesya dan Vita sampai melotot.
"Mama gue udah siapin parsel buah, sih." Kimmy berujar.
Leon mengangguk. "Oke, parsel buah, menurut gue itu perlu banget dikasih ke Keke. Hitung Kim, jumlah uang yang terpakai buat beli parsel buahnya." Kimmy menggeleng. "Nggak usah, Le. Kata Mama gue nggak perlu dibayar. Dia sengaja nyiapin khusus buat Keke. Dia juga panik banget pas tahu Keke masuk rumah sakit."
Leon mengangguk.
Sekelas pun kembali mendiskusikan sesuatu yang akan mereka berikan pada Keke saat dijenguk nanti.
***
Sesuai kesepakatan, pulang sekolah ini mereka berkumpul di lokasi yang tak jauh dari warung Mang Imron. Beberapa ada yang sudah siap berangkat, dan sebagian lainnya masih mengambil kendaraan mereka di parkiran sekolah. Naldo salah satu yang sudah berkumpul di lokasi dekat warung Mang Imron. Ia tak henti-hentinya menatap jam tangannya dengan gerakan tak begitu tenang.
Steby menepuk pelan pundak Naldo. "Udah, tenang. Bentar lagi kita berangkat. Jangan pikir Keke bakalan hilang!"
Naldo mendengus. Semenjak tahu jika Naldo menyukai Keke, Steby sering menjahili Naldo, berakhir dengan Naldo yang sedikit salah tingkah. Steby tidak sangka, temannya yang satu itu ternyata bisa suka juga pada seseorang.
"Aduh, lama amat, sih! Panas, nih!", keluh Gita mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajahnya. Cuaca di siang hari ini sedang terik-teriknya. Gita bahkan sudah merasa jika keringat hampir membasahi setiap inchi tubuhnya.
"Sabar napa! Temen lo lagi ambil motornya," timpal Chyntia. Gita hanya balas mendengus.
Syifa dan Kimmy sibuk membenahi barang yang akan mereka antarkan untuk Keke. Kimmy yang super teliti sampai mengeceknya berulang kali, memastikan tidak ada yang kurang. Syifa sudah pusing melihatnya.
"Udahlah, Kim. Lo udah ngecek hampir lima kali, loh!", peringat Syifa.
"Iya, sih. Tapi takutnya ada yang kurang," balas Kimmy tak mengalihkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagi Dua
Teen FictionLeonardo Iriandi, pemuda manis yang jago urusan menggambar. Otaknya cerdas, tapi itu tidak membuatnya sombong. Kata teman-teman sekelas, Naldo, sapaan akrabnya, tak tertarik dengan hal cinta dan asmara. Kata Naldo, ia masih terlalu 'kecil' untuk mem...