Happy reading ☺️
***
Gadis berpakaian kaus lengan panjang berwarna putih itu tengah berjalan di lorong kampus sendirian. Posisi kepalanya menunduk berkutat pada smartphone-nya, sambil sesekali tertawa saat membalas pesan dari pacarnya. Lorong kampus sedang sepi karna sudah jam pulang.
Ayasuviya, usianya baru memasuki 19 tahun, dia gadis yang periang dan juga cantik. Ia sedang menempuh pendidikan lanjutan setelah ia tamat SMA tahun lalu. Ia mengambil jurusan arsitektur di sebuah fakultas ternama di Jakarta.
"Aya!!"
Aya menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Ia mengulas senyum
"Hay, Nisa! Kamu kok masih disini?" Tanya Aya terlebih dahulu pada temannya.
"Ya aku lihat kamu, makanya aku langsung kesini nyamperin kamu". Aya mengangguk
"Kamu kok belum pulang?" tanya Aya.
"Papaku hampir sampai. Itu dia papa ku sudah datang. Kamu gak mau ikut denganku? Aku akan mengantarmu sampai rumah"
Aya menggelengkan kepalanya. "Tidak, pacarku akan menjemputku" balas Aya
"Kalau begitu aku duluan ya. Bye Aya... Sampai jumpa besok!"
"Bye Nisa!"
Aya menunggu di gerbang kampus sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya. 'Dia belum datang' batin Aya. Dia kembali menunduk untuk memainkan ponselnya sambil menunggu pacarnya datang.
"Sudah lama menunggu?" Tanya Angga pacar Aya
"Belum. Baru 15 menit" kata Aya sambil naik ke motor Angga.
"15 menit itu sudah lama. Maafkan aku"
"Tidak perlu. Ayo berangkat"
"Kita jadikan ke perpustakaan?" Tanya Angga.
"Iya, dan jangan lupa kita nyari makan dulu. Aku laper" ucap Aya manja.
Di lain tempat...
Aldi sedang menyantap makan siangnya di kantin kampus. Dengan lahap dia menikmati makanannya sambil memainkan smartphone miliknya.
"Owhh lihat... Senior kita ganteng banget"
"Makan aja ganteng banget. Calon idaman banget"
Aldi tidak menghiraukan ucapan para cewek-cewek padanya. Ia sering mendapatkan pujian seperti itu tapi dia tidak pernah menanggapi nya dengan serius.
Aldi pria yang tampan dan berprestasi. Dia dikenal sebagai senior tertampan dan mendapat pujian lebih dari teman seangkatannya, senior, atau juniornya. Tapi dibalik itu semua, Aldi termasuk pria yang dingin dan tidak perduli. Apalagi tentang cinta. Cinta itu tidak ada baginya. Lihat saja, cewek-cewek menilainya sebagai calon idaman dan yang lainnya karna mereka melihatnya karna fisik. Tubuh tinggi, badan ideal, mereka hanya menilai itu dari mata bukan dari hati mereka.
Aldi terus memasukkan makanannya kedalam mulut sampai seseorang menepuk pundaknya dan duduk didepannya.
"Hey bro". Haiden menepuk pundak Aldi sehingga membuatnya terbatuk-batuk. Aldi memberikan tatapan peringatan tapi Haiden membalasnya dengan tertawa.
"Kau gak lihat aku lagi makan" kata Aldi dengan nada kesal
"Aku sengaja" jawab Haiden sambil tertawa. Aldi kembali melanjutkan makannya dan melihat arloji yang melingkar di tangannya
"Kau bolos?" Tanya Aldi
"Tidak" jawab Haiden sambil memainkan smartphone nya
"Lalu ngapain lu disini? Bukannya kau ada kelas tambahan"
"Gue males. Kalau kau mau, kau bisa gantiin gue". Aldi memukul kepala Haiden dan membuatnya sedikit meringis
"Goblok kok dipelihara" kata Aldi
Aldi kembali menyantap makanannya sedangkan Haiden, dia memainkan smartphone nya.
"Di, carikkan gue cewek". Aldi terbatuk-batuk, kemudian ia mengambil minuman dihadapannya lalu meneguknya hingga habis tak bersisa
"Apa?"
"Carikkan gue cewek" kata Haiden lagi sambil memainkan handphone nya
"Gue gak salah denger?"
"Kagak. Gue serius ini"
Aldi tertawa "Sejak kapan lu kepikiran punya cewek"
Haiden meletakkan handphone nya di meja. "Capek jadi jomblo bro. Gue pingin punya cewek. Biar ada yang ngawanin gue aja gitu kalo kemana-mana"
"Hahaha... Lu yakin?" Tanya Aldi. Haiden menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Kemaren gue lihat ada cewek jurusan arsitektur. Kayaknya dia masih junior. Kalo lu mau, lu deketin sana". Kata Aldi santai
"Beneran? Cantik kagak?" Tanya Haiden serius. "Lumayanlah.. gak malu juga kalau dibawak kepesta"
Aya baru saja sampai di rumahnya. Saat ini pukul 20.22 WIB. Saat ia dan Angga pergi tadi siang, mereka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar.
"Aku akan pergi dari rumah ini. Aku akan menceraikanmu". Aya langsung lari kerumahnya. Ayah dan ibunya bertengkar lagi.
"Ayah jangan pergi..." Gilang terus menangis di pelukan sang ibu. Gilang adalah adik laki-laki Aya. Usianya baru menginjak 10 tahun.
"Ya! Lebih baik kau pergi dari rumah ini!" Kata ibunya Aya
Aya memeluk ibunya dan memberi tanda untuk menyuruh Angga pulang. Aya ingin menangis tapi ia harus kuat dihadapan ibu dan adiknya. Setelah itu Aya membawa ibunya masuk dan membawakan segelas air padanya. Suasana rumah sangat berantakan. Vas bunga berpecahan, foto berserakan dan beling dimana-mana. Aya membersihkan kekacauan yang ada lalu ia pergi ke kamarnya.
Air mata Aya menetes dengan sendirinya. 'seperti ini kah takdir. Kenapa takdir tidak memberikan sesuatu yang baik padaku. Tuhan bantu aku dan kuatkanlah aku', batin Aya.
Itulah mengapa Aya tidak terlalu serius dalam menjalani suatu hubungan. Ia takut kalau nasipnya akan seperti ibunya yang selalu mendapat perlakuan kasar dari ayahnya. Aya menjalani hubungan hanya sekedar ia ingin bersenang-senang. Ia ingin mendapatkan perhatian dari seseorang tapi dia masih takut untuk membuka hatinya lebih.
'Ayah, semua ini karna kau'
Lalu Aya memejamkan matanya untuk tidur.
Thanks for reading🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BITCH
Romance"I WILL KILL YOU KILL WITHOUT MAKING YOU BLEED" Diharap bijak dalam membaca...