Aku yang selalu menanti pelangi setelah hujan. Seperti menanti kebahagiaan setelah duka. Namun berakhir dengan luka.______________________________________
Biasakan follow sebelum baca!!
"Bagaimana keadaannya?"
Aya baru saja sampai. Dadanya masih naik turun mengumpulkan oksigen sebanyak mungkin.
Aldi membalikkan badannya dan memasang tampang datar. Wajahnya sulit diartikan bagi seorang Aya.
"Aldi, katakan bagaimana keadaannya?" Aldi tidak bergeming. Ia memilih bungkam tanpa ekspresi. Tangannya terkepal dan otot-otot nya muncul.
Nisa dan Cyndi datang bersamaan menghampiri Aya.
"Katakan! Gimana keadaannya. Apa kalian semua bisu"
"Setelah kejadian kayak gini, lo ada dimana?" Aya terdiam. Wajah Aldi sudah memerah menahan emosi yang sudah dia pendam.
"Apa lo tau apa yang terjadi sama Haiden? Apa lo tau gimana kondisinya sekarang?!" Aldi menjeda ucapannya. Ia menarik rambutnya kasar kebelakang, "Dia kritis, puas lo!!"
Aya linglung tapi untung saja ada Nisa dan Cyndi yang menahannya.
"Dengan ke egoisan lo, dia terbaring tak berdaya di dalam sana"
"G-gue hanya.."
"Lo hanya mentingin ego lo untuk bersenang-senang. Itulah kenapa waktu itu gue minta lo untuk ada di sampingnya sesaat"
"Lo egois" kata Aldi sambil berlalu. 2 kata sederhana namun menyusuk.
Aldi meninggal kan rumah sakit menuju parkiran. Devon, Sandy, dan Felix mencoba mengikutinya tapi mereka telat. Mobilnya sudah tak terlihat lagi di pandangan mereka.
Mobil berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi dijalan tidak menghiraukan orang-orang yang memberikannya sumpah serapa karna ngebut. Berulang kali ia memukul stir kemudinya dan berulang kali juga ia menarik rambutnya kasar.
Aya luruh kelantai yang dingin. Air matanya perlahan jatuh membasahi wajahnya. Nisa dan Cyndi membantunya untuk duduk dan berusaha menenangkannya.
"Doakan yang terbaik untuknya"
Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruangan Haiden berada. Aya langsung bangkit dan beratanya, "Bagaimana keadaannya?"
Dokter itu hanya diam tak menjawab pertanyaan Aya. Aya merasa panik saat dokter itu tak kunjung memberinya sebuah jawaban, melainkan kecemasan"
"Katakan dokter!! Hiksss.." Aya berteriak pada sang dokter. Dia cemas, dia sedih. Semua itu menjadi satu di dalam pikirannya.
"Pasien sedang tidak baik" Aya mematung seketika ketika mendengar penuturan dokter tersebut.
"Peluru itu menembus jantungnya. Kami membutuhkan pendonor untuk menyelamatkannya" air mata Aya mengelir tanpa diperintah. Aya segera luruh kelantai tapi untung saja Nisa dan Cyndi segera menahannya.
"Kami membutuhkan pendonor itu segera"
"Saya"
"Saya saja dokter. Ya, saya saja". Nisa dan Cyndi menatap sahabat mereka. Mereka ikut menangis saat melihat Aya seperti ini. Bagaimana tidak, sahabatnya merasa ini semua adalah salahnya dan kecerobohan nya.
"Aya pikirkan lagi. Ingat ibuk yang dirumah. Kamu harus bilang ke ibu dan kamu juga harus berpikir dengan matang dengan keputusan lo". Aya menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Cyndi.
![](https://img.wattpad.com/cover/261139034-288-k932743.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BITCH
Storie d'amore"I WILL KILL YOU KILL WITHOUT MAKING YOU BLEED" Diharap bijak dalam membaca...