Part 12

2.1K 264 118
                                    


Teresa







Minho berlari terengah-engah di dalam labirin yang dingin. Wajahnya dipenuhi ketakutan. Gelap yang menyelimuti setiap sudut labirin semakin membuatnya gila. Di belakang sana, dia bisa mendengar teriakan Thomas dan juga Grievers saling bersahut-sahutan. Minho tidak dapat berpikir lagi. Pun ketika dia meninggalkan Alby dan Thomas sendirian, Minho tidak bisa berpikiran lurus.

Kenapa dia masuk ke labirin? Kenapa dia menjadi Runner? Kenapa dia terus membawa Alby? Padahal dia bisa saja meninggalkan pemuda itu dan kabur menyelamatkan dirinya sendiri. Minho tidak tahu.

Tubuh Minho merosot di salah satu dinding labirin. Dia menutup mata dan telinganya rapat-rapat. Suara Grievers masih terdengar olehnya. Semakin dekat dan itu membuatnya semakin ketakutan.

Dia takut. Takut sekali.

"Minho..."

Minho terpaku sejenak. Entah bagaimana, dia tiba-tiba teringat pada suara Lea.

"Lepaskan aku! Biarkan aku membantunya!"

"Minho!!!"

Minho merasakan matanya memanas. Kenapa di saat genting seperti ini dia justru teringat pada Lea? Kenapa dia ingat pada wajah memelas gadis itu?

"Please, don't go..."

Air mata Minho jatuh perlahan. Kini dia menyesal tidak mempercayai Lea. Dia menyesal pernah membentak gadis itu. Dalam gema suara Grievers di sekelilingnya, wajah gadis itu mulai terbayang di pelupuk matanya. Membuat hatinya terasa sesak.

"Mataku kelilipan! Aduh! Perih banget! Minho, tolong."

"Aku akan kembali ke pondok bareng denganmu, deh. Kutunggu di sini, ya."

"Ya ampun, Minho. Kau membuatku kaget."

"Aku akan berusaha sebaiknya, Master!"

Minho merasa tidak berdaya. Dia benci perasaan ini. Dia benci merasa lemah. Dan yang membuatnya lebih benci adalah dia mulai merindukan Lea.

"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkannya dan akan membawanya pulang."

Minho mengusap air matanya cepat-cepat. Dia lantas menarik napas dalam-dalam dan menenangkan hatinya.

Benar. Dia punya janji. Dia janji akan kembali membawa Alby.

Minho menatap lorong di depannya yang dingin dan sunyi. Suara geraman Grievers masih datang dari sana bercampur dengan suara Thomas. Minho pikir dirinya telah gila. Tapi dia yakin akan pilihannya untuk kembali dan menyelamatkan Thomas serta Alby.

***

Pagi datang dengan cepat di Glade. Namun berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya, para Gladers berkumpul di depan labirin. Mereka menatap pintu labirin yang perlahan terbuka. Berharap keajaiban muncul.

Lea masih di sana sejak semalam yang lalu. Dia begitu gelisah menatap ujung labirin yang dilihatnya tampak lenggang dan kosong. Sungguh jika tidak ada Gally yang sejak tadi di sampingnya, dia pasti akan berlari ke dalam sana dan mencari Minho, Thomas dan Alby.

Cukup lama mereka menunggu hingga mereka putus harapan. Tidak ada yang bisa selamat setelah semalam di labirin, begitu pikir mereka. Para Gladers mulai membubarkan diri. Chuck menggenggam tangan Lea yang seakan tidak mau beranjak dari saja. Gadis itu terlihat terguncang.

Ini lebih lama dari waktu kemunculan mereka. Apa mereka benar-benar tidak selamat? Apa kejadian di Maze Runner berubah?

"No way..." Zart berujar lirih. Pemuda itu menatap ujung labirin dengan suka cita. Lea dan Chuck yang mendengarnya ikut melihat arah pandang Zart.

BOND |Book 1: Serendipity| (Maze Runner Fanfiction) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang