Disinilah Jeno sekarang, duduk disamping Jaemin yang bahkan memberi jarak.
Jaemin baru saja pulang dari rumah sakit, tapi masih belum boleh pergi ke sekolah selama satu minggu perkiraan dokter.
Kondisinya harus benar-benar pulih dulu.
Suasana diruang tengah yang hanya ada Jaemin dan Jeno serasa begitu canggung sekarang.
Jeno menoleh untuk melihat Jaemin yang memberi space antara keduanya.
"Kenapa jauh-jauh, sini deketan." kata Jeno dengan soft nya, kemudian menarik tangan Jaemin hingga yang lebih muda sedikit menggeser duduknya, menghilangkan space disana.
Jaemin sempat tersentak dengan perlakuan Jeno, namun memilih diam tanpa mau repot-repot mengeluarkan protes.
"Ada yang mau kamu dengar tentang aku?" kata Jeno, mengangkat sebelah alis ketika netra nya menangkap kedua bola mata Jaemin yang juga sedang menatapnya.
Tanpa persetujuan Jaemin, yang lebih tua bersuara untuk menceritakan kisahnya.
"Aku orang bodoh, sempat nyia-nyiain orang yang baik banget sama aku, dan bodohnya aku nggak bisa tegas sama pilihan aku sendiri sampai orang yang aku sayang celaka pun aku nggak tau." Jeno meraih tangan Jaemin, ditariknya untuk memegang dada Jeno yang sekarang berdetak lebih cepat dua kali lipat dari biasanya.
"Kamu tau, Jantung aku berdebar kayak gini disaat aku didekat kamu, orang yang aku cintai itu kamu dan akan selalu begitu seterusnya... kamu percaya nggak kalau aku janji akan memperbaiki semuanya, dan bersumpah akan memprioritaskan kamu, jadi tolong kasih aku kesempatan ya... walaupun kamu belum ingat aku atau nggak akan pernah mengingat lagi tapi biarin aku usaha buat hubungan kita."
Jeno menaruh tangan Jaemin dipahanya, digenggamnya erat telapak tangan yang lebih muda. Saling memandang sampai rasanya Jeno tenggelam begitu jauh kedalam diri pemuda Na.
Jaemin merasakan ketulusan Jeno ketika cowok itu mengatakan kalimat yang baru diucapkannya tadi.
"Na Jaemin, tolong bilang iya. Aku nggak sanggup kalau harus dengar penolakkan dari kamu."
Jaemin melepaskan tangannya dari genggaman Jeno, yang membuat Jeno menundukkan kepalanya, Jaemin menolaknya?
"Aku nggak tau hubungan yang kita jalani sebelumnya kayak apa, tapi boleh aku pegang ucapan kamu?? janji untuk selalu mencintai aku! kalau iya, mari kita jalanin semuanya dari awal dan buat kenangan yang indah bersama, walau aku belum ingat siapa kamu sebenarnya!"
Jeno sontak menegakkan kepalanya, matanya berbinar menatap tepat pada kedua mata Jaemin.
Tangannya kembali meraih kedua tangan Jaemin, lantas mengangguk dengan mantap "Aku janji na, makasih. Aku akan berusaha semaximal mungkin." Dengan haru Jeno menarik tubuh yang lebih muda ke dalam rengkuhannya.
Jeno sangat merindukan moment ini, memeluk tubuh kurus Na Jaemin dan mencium aroma khas tubuh kekasihnya.
(*)
"Makan dulu, terus minum obat" Jeno dengan telaten menyuapi Jaemin untuk menghabiskan makanannya.
Untungnya menyuruh Jaemin makan nggak sesusah yang ia bayangkan, cowok manis itu sangat penurut, namun beberapa suapan terakhir Jaemin menolak mentah-mentah karna perutnya sudah merasa kenyang dan mual jika harus melanjutkan makannya.
Jeno menyimpan mangkuk berisi nasi serta sayuran diatas meja kecil diruang tengah, lantas mengambil beberapa obat untuk Jaemin.
"Minum obatnya"
Jaemin menerima obatnya, ditelannya beberapa pil obat tersebut.
Jeno tersenyum senang melihat Jaemin yang begitu nurut, mengusak kepala Jaemin gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas | Nomin (Complete)
Fanfiction"Mau jadi pacar gue nggak?" "Terima gue dong, malu nih digantung sama adik kelas... mana ciuman pertama gue udah lo rebut!!" ©Barbeque_ 2021