Berhubung tubuhnya masih sakit akibat kesrempet mobil kemarin, Jaemin meminta ibu nya menelfon wali kelas untuk memberi keterangan bahwa Jaemin sedang sakit dan nggak bisa ikut pelajaran kayak biasanya.
"Mama berangkat kerja dulu, buburnya jangan lupa dimakan ya bang." Mama mengelus kepala Jaemin, lalu meninggalkan anak keduanya untuk mencari nafkah untuk menghidupi ketiga anaknya.
"Mama" Jaemin menarik tangan sang Mama manja, menatap Mama nya dengan mata sayu.
"Mama jangan cape-cape ya kerja nya, jangan terlalu maksain diri Mama... pokoknya Nana nggak suka kalau Mama sakit."
Mama terkekeh melihat sifat manja dan perhatian anak kedua nya itu, kalau kata Mama Jaemin itu yang paling dekat dengannya kayak paham betul bagaimana Mama harus diperhatikan.
"Perhatian banget anak Mama, iya na. Mama berangkat ya, kamu kalau ada apa-apa langsung telfon Mama aja."
☀︎︎☀︎︎☀︎︎
Jaemin terdiam diatas ranjangnya, nggak tau harus bagaimana ketika disampingnya ada kakak kelas yang ia idamkan itu, Lee Jeno.
Nggak tau darimana pemuda itu tau alamat rumah Jaemin bahkan dengan repot-repot membawakan sebucket cokelat dan bunga.
Jaemin nggak mau kepedean tapi sikap Jeno yang kayak gini justru semakin membuat Jaemin berharap.
"Nggak suka gue jengukin?"
Jaemin yang awalnya menatap arah lain langsung menoleh dan matanya bertemu dengan milik Jeno.
Makin salah tingkah ketika Jeno tersenyum kepadanya hingga mata sipitnya terlihat seperti bulan sabit.
"E-eh bukan gitu, kakak tau darimana rumah aku? lagian nggak perlu sampai dijenguk gitu, aku nggak pa-pa."
Jeno mendekatkan kursinya, sedikit mecondongkan tubuhnya untuk lebih dekat dengan Jaemin.
"Disekolah sepi, nggak ada yang diam-diam ngeliatin gerak-gerik gue."
"e-eh?"
Jeno tertawa kecil melihat Jaemin yang malu-malu, nggak disangka jadi selama ini Jeno sadar kalau Jaemin suka merhatiin Jeno?
"Gue pulang aja deh, kayaknya lo risih ya gue jengukin."
Jaemin menahan pergelangan tangan Jeno yang beranjak pergi.
"Bukan gitu kak, duduk lagi dong... aku cuma masih kaget aja tiba-tiba kakak kesini"
Seperti mimpi tapi nyata, sebelumnya Jaemin nggak pernah kepikiran kalau Jeno bakal kenal sama Jaemin bahkan sampai tau rumah Jaemin yang benar-benar jauh dari kata mewah.
Bukan malu, Jaemin cuma tau diri.
Yang awalnya tangan Jaemin menahan pergelangan tangan Jeno kini dengan cepat Jeno merubah menjadi ia yang menggenggam tangan Jaemin, menautkan jari-jari miliknya.
Bagai disengat listrik, bahkan rasanya menyenangkan, bagai banyak ribuan kupu-kupu yang beterbangan diperutnya.
"Tangan lo kecil ya." pernyataan Jeno membuat Jaemin benar-benar malu, hendak menarik tangannya dari genggaman Jeno namun ditahan oleh pemuda bertubuh lebih besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas | Nomin (Complete)
Fiksi Penggemar"Mau jadi pacar gue nggak?" "Terima gue dong, malu nih digantung sama adik kelas... mana ciuman pertama gue udah lo rebut!!" ©Barbeque_ 2021