PART. 16

31 22 15
                                    

Diruang kamar yang tidak terlalu luas, seorang wanita sedang berperang dengan tugas sekolah yang menumpuk. Bahkan mungkin kepalanya sudah mengeluarkan asap saking banyaknya hingga membuat stres pala.

Yah, dia Naura yang tampak berpikir keras menyalin tugas perhitungan.

"Ah..bisa pecah nih pala gue lama lama. Udah tau gue bego itungan dikasih tugas kaya gini. Kan jadi kesel gue." dumel naura mengacak rambut panjangnya hingga berantakan.

Matematika adalah pelajaran yang naura benci setelah olahraga. Karena terdapat rumus yang gak naura mengerti.

"Apa gue minta tolong aja yah, sama sih kutup utara. Siapa tau kan dia mau nolongin, itung itung dapet pahala." ide Naura.

Membawa buku pelajaran untuk menemui Aldo yang sedang diruang tamu. Karena dirumah cuma ada dia dan Aldo, Sedangkan tante Tiara Mama Aldo keluar bersama teman arisannya yang tidak tau kapan dia akan pulang. Menyisahkan mereka berdua dirumah yang tidak begitu besar namun nyaman untuk ditempati membuat siapa saja betah untuk tinggal.

Naura berjalan pelan menghampiri Aldo yang sedang menonton TV. "Em..Al..Aldo boleh minta tolong gak." ucap Naura pelan mengigit bibir merahnya.

Aldo yang sedang asik menonton televisi, menengok kesamping melihat Naura yang berdiri disampingnya dengan buku yang dia pegang. Aldo hanya mengangkat sebelah alis sebagai jawaban.

"Gu..gue ada tugas perhitungan, cuma gue gak ngarti. Lu mau bantuin gue gak." jelas Naura dengan puppy eyes yang dia buat.

"Hm." deham Aldo mengulurkan tangan meminta tugas Naura yang dia bawa.

"Coba gue liat dulu." sambungnya.

Naura langsung memberikan tugasnya. Dan duduk disamping Aldo yang sedang mengoreksi tugas laknatnya.

Jika dilihat dari deket Aldo ganteng juga yah. Aldo mempunyai kulit wajah yang putih bersih tanpa jerawat satu pun, hidung yang mancung, bibir yang merah enak untuk dicium ehh..kok malah mikir kesitu sih. Tapi kan gue udah pernah cobain hehe. Batin Naura dihati.

Sampai tak mendengar Aldo yang sedang menjelaskan perhitungan kepadanya. Naura masih setia menelitih wajah tampan Aldo dalam halunya.

Hingga pandangan mata mereka bertemu membuat sekujur tubuh Naura kaku tak bertulang atau bergerak, begitu pun Aldo.

"Assalamualaikum, Mama pulang." ucap Tiara yang memang baru pulang.

"Kalian kenapa kok kaget gitu liat Mama pulang. Kaya abis kepergok yang bukan bukan aja." Tiara heran melihat putra dan anak temannya yang tampak salah tingkah.

"Ah..oh gak kok tan." jawab naura binggung mau jawab apa. Kan malu nanti kalo mereka kepergok lagi saling pandang.

Aldo hanya diam dan melanjutkan tugas perhitungan Naura yang mungkin sudah memerah mukanya.

"Kalian udah makan," tanya Tiara.

Naura mengeleng kepala."belom tante, Naura gak sempet makan tadi abis tugas ara banyak banget." jelas Naura memang dia dari tadi belom makan saking sibuk sama soal pelajaran.

"Yaudah, nih mama bawain soto betawi, tadi beli di depan komplek. Ayo kita makan bareng." ajak Tiara.

" mau tan, ara suka banget sama soto." Naura yang disodori makanan langsung semangat tak memperdulikan tugasnya.

Aldo yang ditinggal mamanya dan Naura kemeja makan hanya bisa menghela napas panjang, merapihkan tugas yang tadi sempat tertunda. Menyusul ke meja makan karena jujur Aldo pun sama dengan Naura belum makan sejak Tiara ibunya pergi arisan. Aldo hanya mau makan masakan yang ibunya buat.

Selesai makan Naura membantu membereskan piring dan mencuci. Walau Tiara menyuruh untuk kembali meneruskan belajar yang tadi sempat tertunda. Namun Naura tetap mau membantu karena dia gak mau merepotkan orang lain. Naura juga sadar diri disini dia numpang walau sementara tapi kan gak enak masa mentang mentang dititipin disini dia jadi seenaknya nanti.

Saat Naura ingin membuka pintu kamar lengannya dicekal oleh tangan besar Aldo. Sontak membuatnya gugup bahkan berkeringat.

"Ken..kenapa Al." kata Naura melihat Aldo yang masih setia memegang lengannya.

Aldo menyerahkan buku tugas yang tadi dia kerjakan ketangan Naura. Bahkan Naura sendiri yang punya  tugasnya hampir melupakannya. Ah bego banget Naura ini.

"Lain kali kalo ada tugas yang gak lu mengerti bilang ke gue, gue bakal bantu sebisa gue." jelas Aldo dengan tatapan mata tajamnya walau terkesan dinggin.

"Eh..iya makasih ya lu udah bantu gue walau lu yang ngerjain sih, hehe. Gue aja yang punya sempet lupa." cengir Naura.

Aldo hanya tersenyum menanggapi Naura dan berjalan kekamarnya. Naura yang belum masuk ke dalam kamar memperhatikan Aldo yang sudah pergi masuk kekamar. Menetralisir detak jantungnya yang kencang. Ah jantung gue mau copot rasanya saking gugup tadi.

****

Dilain tempat ruangan yang bernuansa putih terdapat banyak sekali alat medis yang terpasang pada tubuh seorang wanita cantik yang sudah lama terbaring.

"Hai, bagaimana kabarmu. Kamu tau gak hari ini cuacanya sangat cerah seperti dirimu yang selalu menyinari hari hariku." ujarnya. Mengelus pelan pipi tirus wanita yang dia cintai, sedang terbaring koma entah kapan dia akan membuka kedua matanya kembali dari tidur panjang.

"Aku kangen kamu, apa kamu gak kangen aku. Tak perlu kamu jawab aku tau pasti kamu juga kangen aku kan. Kamu tau gak aku punya tempat rahasia tapi ini cuma kamu yang tau. Jangan bilang siapa siapa ya, nanti kalo kamu sudah bangun aku tunjukin tempatnya. Pasti kamu bakal senang, disana sangat indah seperti dirimu. " jelasnya mencurahkan isi hatinya, Walau dia tau wanitanya tak akan merespon sama sekali. Tapi dia yakin kalo wanitanya mendengar apa yang dia katakan.

"Sayang, kapan kamu bangun. Aku kangen sangat, aku juga rindu saat bersamamu. Jadi aku mohon cepatlah bangun sayang." mohon pria yang selalu setia menemaninya. Dia tidak akan pernah meninggalkan wanitanya walau sedetik pun. Tak menghiraukan air mata yang sudah mengalir diwajah tampannya. Yang dia inginkan wanitanya kembali membuka kedua mata indahnya dengan senyuman manis yang selalu terpancar diwajah.

Tak terasa hari semakin sore langit yang semula cerah menjadi gelap. Seperti hatinya yang sudah lama mati saat cahayanya menghilang, yang ada hanyalah kekosongan didalam dirinya. Setetes demi setetes air membasahi tanah hingga semakin lama sangat deras.

Cukup lama pria tersebut duduk disamping ranjang wanitanya hingga tidak tau sudah berapa jam dia berada.

"Sayang, aku pulang dulu ya. Besok aku balik lagi dan membawa bunga Lili kesukaan kamu." katanya mengecup lama keningnya dan bibir tipisnya.

Tak lama pria itu keluar jari kurus wanita tersebut perlahan bergerak. Seakan merespon semua ucapan pria itu walau hanya sebentar dan tidak ada orang yang tau.

Mungkinkah ini pertanda dia akan membuka kedua mata dari tidur panjangnya ataukah hanya sebuah harapan untuk dia bisa bertemu dengan orang terkasih.

Kita hanya bisa berdoa tapi Tuhan yang menentukan.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang