PART.14

33 25 11
                                    



Tak terasa sebentar lagi akan ada ujian kenaikan kelas dan semua murid masing masing pada sibuk untuk belajar menghadapi ujian yang akan datang.

Begitu pun Naura yang sibuk dengan tugas yang semakin hari semakin menumpuk saja.

Drt..Drt..

Bunyi suara telpon membuatku perpaling dari tugas tugas sekolahku aku pun menggangkat panggilan.

"Mama." kataku.

"Assalammualaikum Mah."semangat Naura saat tau ibunya menelpon.

"Walaikum salam sayang bagaimana kabar yang." tanya Mama disebrang sana.

"Baik mah, mama sama papa gimana kabarnya ara kangen mah. mama kapan balik kesini." jujur Naura sedih berjauhan dengan kedua orang tuanya.

"Mama papa baik sayang. Mama juga kangen sama anak manja mama. Mama belum tau sayang. Mungkin lusa atau bulan depan. Oh iya Gimana kamu tidak nakal kan selama tinggal dirumah tante Tiara." tutur mama.

"Gak mah ara kan anak baik hehe."

"Jangan lupa makan sholat dan belajar ya sayang sebentar lagi kan kamu mau ujian."

"Iyah mah ara gak pernah lupa untuk selalu sholat. Mama papa tenang aja, ara pasti naik kelas kok kan ara pinter hehe." jelasku dengan percaya diri kepada mama.

"Ais anak mama pede banget nih. yaudah ya sayang kalo gitu mama nemuin oma kamu dulu. Inget pesan mama ya." ucap mama.

"Iya mah cepet pulang yah ara kesepian gak ada mama dan papa." pinta Naura.

"Kan ada tante Tiara dan Aldo anak nya tante Tiara yang ganteng itu. Apa lagi kan mama denger dengar Aldo belum punya pacar loh siapa tau anak mama mau calonin gitu hehe." goda mama.

"Ish mama apaan sih. Siapa juga yang mau sama anak tante Tiara yang kaya es batu." Naura kesel tapi dalam hati seneng juga bercampur aduk.

"Hehe. Udah kalo gitu ini udah malam kamu tidur jangan lupa gosok gigi sebelum tidur love you sayang."

"Yah love you too mah." jawabku seraya mematikan telpon.

Dan berjalan kekamar mandi yang memang ada didalam kamar jadi tidak perlu repot untuk keluar jika ingin buang air atau membersihkan diri, setelah itu aku mengosok gigi.
Tak lupa untuk membereskan buku memasukkan kedalam tas.

Karena mulai hari ini dan hari hari berikutnya akan banyak kesibukan untuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas.

******

Tok..Tok..

Aldo yang sedang rebahan dikasur pun bangkit untuk membuka pintu kamarnya.

"Kenapa mah." tanyanya dengan logat singkat yang tak pernah hilang.

Tiara main nyelonong masuk kekamar putranya yang memang rapi tidak pernah berantakan. Aldo itu orang ya rapi banget tidak suka liat kalo ada barang berantakan sedikit pasti bakal ngomel. Pernah sekali saat Aldo pulang sekolah melihat kamarnya yang sudah seperti kapal pecah karena ulah abangnya. Aldo tanpa babibu memarahin abangnya yang sedang asik menonton tv diruang tamu. Bahkan hampir adu hantam saking marahnya, gak peduli itu abangnya sendiri, orang terdekat atau pun orang lain. Karena Aldo jika sudah marah susah untuk ditenangkan. Belum ada yang bisa menjinakannya.

Bahkan ketiga temannya juga kuwalahan untuk menanggani Aldo saat sedang marah. Ternyata orang pendiam lebih serem dari pada orang yang banyak bacot salah satu ya Aldo. Lebih baik jangan cari masalah dengan orang pendiam dari pada nanti ancur ujungnya.

"Kenapa kamu liatin mama kaya begitu. Emangnya mama gak boleh main kekamar anak mama sendiri." tanya Tiara yang melihat putra ya.

Aku menghembuskan napas dan menutup pintu, duduk di bangku belajar berseberangan.

"Aldo kaget aja tumben mama kekamar Aldo." jelas Aldo.

"Mama cuma kangen aja sama kamu sama abang kamu juga kan udah lama juga gak kekamar kalian lagi."ucap Tiara sedih dengan tatapan jauh. Tiara kangen dengan kedua putranya saat mereka masih kumpul bersama.

Sampai suaminya dengan tega menduakan cintanya dan memilih tinggal dengan perempuan lain membawa putra sulungnya.

Kenangan yang selama ini terpendam. Aldo yang waktu itu masih kecil, saat dia baru pulang bermain bersama temannya. Melihat kedua orang tuanya bertengkar disamping mengenggam tangan seorang wanita yang tak Aldo kenal.

Aldo yang tidak tau apa apa menghampiri abangnya memeluk ibunya sedang berlutut dikedua kaki ayahnya.

Aldo hanya bisa menanggis saat itu ikut memeluk ibu dan abangnya dengan kedua tangan mungil ya

Hingga pelukan kami terlepas dengan sentakan sadis Antoni, ayah yang selalu dibanggakan Aldo menjadi sosok yang kejam. Bahkan dengan tak perasaan mendorong Tiara dan dirinya. Membawa abangnya satu satunya yang selalu menjadi superheronya. Seakan tuli Antoni pergi meninggalkan istri dan anak bungsunya yang sudah menemaninya selama sepuluh tahun. Dia terpikat dengan kecantikan sekertarisnya yang masih muda saat pandangan pertama membuat dia melakukan dosa.

Memilih meninggalkan istri berserta putra bungsunya. Membawa dan memisahkan putra sulung untuk tinggal dengannya. Karena dia juga memerlukan penerus perusahan yang dia pimpin.

Aku bangkit berjalan memeluk mama yang sudah meneteskan air mata. Itu membuatku tidak becus sebagai anak.

"Maafin Aldo mah, please jangan nangis mah Aldo paling benci kalo lihat air mata mama. Aldo lebih senang kalo liat senyum mama. Jadi aldo mohon jangan keluarin air mata mama lagi, air mata mama berharga."Aldo memeluk mamanya erat menumpahkan kesedihan yang dia rasakan.

Jujur hati Aldo sakit melihat air mata Tiara mamanya. Seakan ada batu ton yang menghantam dada. Ingin rasanya Aldo menghampiri pria yang sudah membuat hidupnya dan ibunya menjadi seperti tidak berwarna sejak lima tahun yang lalu.

Rasa ingin Memaki, menghancurkan apa yang dia punya, membawa kembali abang tercintanya agar bisa berkumpul bersama kembali. Tidak perduli dia orang yang selalu aldo banggakan. Namun bukan sekarang tapi nanti kalo sudah tiba waktu ya, pasti akan Aldo lakukan. Walau Aldo tau akan dibenci ibunya Aldo tidak peduli. Aldo hanya ingin melihat senyum ibunya setiap hari bukan kesedihan yang akan Aldo lihat. Itu janji Aldo.

"Mama juga minta maaf sayang mamah gak becus jaga kamu dan abang kamu sehinga kita tidak seperti keluarga yang lain." isak Tiara.

"No, Aldo seneng, Aldo bahagia karena Aldo terlahir dari rahim mama dan mama adalah wanita yang hebat kuat yang pernah Aldo kenal. Jadi jangan pernah bilang kalo mama gak becus didik Aldo maupun abang. Kita sayang mama sayang banget jadi Aldo mohon lupain semuanya. Jangan sedih lagi tunjukin sama semua orang kalo mama benar benar bahagia." jelasku menghapus air mata ibunya.

"Terima kasih sayang kamu adalah anugerah yang tuhan kasih ke mama selain abang kamu, mama janji tidak akan bersedih lagi."

Aldo pun tersenyum memeluk erat ibunya dengan kasih sayang.

Hanya satu pintaku tuhan aku ingin mama bahagia untuk selamanya. Akan aku korbankan apa saja agar bisa melihat mama selalu tersenyum walau nyawaku sebagai taruhannya. Doaku.

Biarlah untuk saat ini mereka berbahagia diatas penderitaan yang kami miliki. Karena roda akan berputar tak selamanya kami dibawa akan tiba saatnya kami yang akan diatas.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang