Bunga Krisan Putih

8 1 0
                                    

Setelah mendengar perkataan Awan di rooftop tadi,aku memutuskan untuk diam meskipun di sepanjang perjalanan menuju kelas,Awan tak henti-hentinya berbicara banyak hal.
Untung saja pak Aryadi mengizinkan kita untuk masuk dan mengikuti pelajaran kembali sampai jam pelajaran berakhir.

Tak terasa,waktu sudah menunjukan jam untuk pulang.Para siswa sudah berhamburan ke luar gerbang dan meninggalkan kelasnya masing-masing.Termasuk kelas ku,kelas 10 IPS 3 yang berada di dekat perpustakaan.

“Ann,ayo pulang jangan ngelamun mulu tar kesambet baru tau rasa lo”.
Ucap Nanda lalu bangkit dari duduknya.

“Eh,emang gue dari tadi ngelamun gitu?,perasaan lo aja kali nan..”.
Elak ku,lalu menyusulnya yang sudah jalan terlebih dahulu keluar kelas.

“Tunggu Ann,gue kayanya gak jadi pulang bareng lo deh,osis senior suruh gue kumpul dulu”.
Ucap Nanda sembari menatap layar handphone nya.

“Ya gapapa kali santai aja,yaudah sana ke sanggar tar telat dimarahin..”.
Ucap ku sambil mendorongnya pelan.

“Ya udah deh,bayy ati-ati ya lo di jalan..”.
Ucap Nanda lalu pergi meninggalkan ku.

Aku pun melangkahkan kaki ku untuk pulang.
Hingga sampai dekat parkiran sekolah aku berhenti karena merasa terpanggil.

“Ann!!”.
Suara laki-laki itu setengah berteriak.

Ketika aku menoleh ke belakang,ku lihat Miftah dengan tas selempang coklat pudar yang ia pakai juga jaket levis yang selalu melekat di tubuhnya berjalan ke arah ku.

“Apa lo?”.
Tanya ku sambil  menengadah ke atas.
Karena badanya yang lebih tinggi dariku memaksaku untuk melakukan itu.

“Galak amat lo”.
Balasnya dengan nada dingin khas seorang Miftah.

“Ya apaan?,tumben lo mau ngomong sama gue biasanya juga anteng sama hp lo dan game moba kesayangan lo itu..”.
Kata ku sambil melangkah menjauhinya.

“Gue anter lo”.
Ucapan yang entah pertanyaan atau ajakan itu membuatku berhenti dan mendekatinya kembali.

“Lo?,ngajak gue pulang bareng?”.
Tanya ku sambil menunjuk tepat di depan hidungnya.

“Ngajak setan!”.
Ucapnya lalu meninggalkan ku dan berjalan ke arah motornya.

Ku lihat Miftah menuju motor bekjul nya (bebek jadul) yang berwarna hitam mengkilat.
Lalu ia memakai helm bogo ala-ala fucekboy jalanan.

Aku hanya diam di tempat.
Selama ini aku baru melihat seorang Miftah bicara panjang lebar ke seseorang.
Ya,Miftah bukan tipe lelaki yang banyak bicara.
Bahkan bisa di bilang lelaki itu seperti hantu di kelas,wujudnya ada,tapi jarang sekali membuka mulut untuk sekedar bercanda bersama teman bangkunya atau teman teman yang lain.
Sifat nya berbanding terbalik dengan Awan.

“Lo mau diem terus disitu?”.
Tanya nya yang kini sudah ada di depan ku sambil menaiki motornya.

“Dia bareng gue”.
Belum sempat aku menjawab,suara Awan sudah terdengar persis di belakang ku.

SayounaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang