Mima merapihkan rambutnya, menepuk pelan wajahnya dengan bedak dan terakhir membuat bibir mungilnya menjadi lebih segar dengan lipstick berwarna pink. Ia menarik nafas dalam-dalam. Walaupun ia sudah bekerja bertahun-tahun sebagai seorang desainer interior, ia selalu merasa masih tegang setiap kali harus mempresentasikan karyanya di depan client.
Gadis periang berumur 29 tahun itu, sudah bekerja lebih dari lima tahun sebagai seorang desainer interior. Bukan hanya berhasil menangani ratusan client, ia juga memenangi banyak penghargaan dari berbagai Lembaga. Karirnya cemerlang, secemerlang senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.
Mima melihat dirinya sekali lagi di depan kaca. Berputar ke kanan dan ke kiri. Memilin rambutnya, mengatur senyum lalu sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya.
" Ritualnya sudah selesai ibu Mima " Suara dari pintu depan kamar mandi mengejutkan Mima.
Mima tersenyum lalu mengangguk dan mengikuti langkah Luna sahabatnya sekaligus partner bisnisnya. Hari ini Mima sedikit lebih tegang dari pada biasanya. Ini adalah client besar yang sudah ia incar sejak dua tahun terakhir. Ia benar-benar menyiapkan sebuah masterpiece untuk di presentasikan.
Ketegangan Mima bukan tanpa sebab, Ia akhirnya berhasil mengalahkan beberapa saingannya dalam seleksi untuk bekerjasama dengan KINGDOM. KINGDOM adalah perusahaan raksasa dengan citra yang sangat baik. Berhasil bekerjasama dan mendapatkan kepercaan dari perusahaan sebesar KINGDOM akan menjadi pencapaian tersendiri. Ibaratnya, menandatangani kontrak dengan KINGDOM sama dengan menandatangani terbukanya pintu relasi dan keberhasilan kedepannya. KINGDOM tidak pernah sembarangan memilih partner, seleksi mereka sangat ketat.
Mima menghabiskan hampir dua bulan terakhir untuk menyempurnakan rancangannya. Tidak ada malam minggu, nongkrong apalagi bersantai. Ia menghabiskan banyak waktu untuk mencari referensi untuk memperbaiki setiap celah dari karyanya. Kali ini ia tidak ingin gagal. Cukup dua kali ia gagal menandatangani kontrak dengan KINGDOM.
Mereka berdua duduk di ruang tunggu yang cukup luas. Mima mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ia mengangguk-angguk kagum. Baru satu tahun setelah terakhir kali ia dating ke KINGDOM, tapi mereka sudah berhasil menyulap KINGDOM menjadi lebih keren dari pada terakhir kali ia datang. Pemilihan warna, tata letak, bentuk, pemilihan bahan, semuanya sempurna. Mima tidak berhenti merekam semua yang ia lihat di kepalanya.
Di ruangan besar itu, ada beberapa kelompok lain yang juga tampak sedang menunggu. Semua sibuk mengutak-atik laptop dan tumpukan kertas yang ada di depan mereka. Melihat begitu banyak saingannya, jantung Mima berdetak sedikit tidak beraturan. Seyakin apapun ia dengan karyanya, tetap saja, pertandingan akan membawa ketegangan tersendiri.
" Lun, asli, gue tiba-tiba deg-degan parah " Mima menarik tangan Luna dan meletakkan di dadanya.
" Lo deg-degan gara-gara mau presentasi apa gara-gara mau kumpul keluarga lo ntar malem " Luna menjawab dengan nada penuh sindirian.
" Siaaaaal Lo " Mima melengos kesal.
Yup. Di usianya yang sudah di akhir 20 an, kumpul keluarga merupakan momen yang sangat ia hindari. Bukan karena ia membenci keluarganya. Hanya saja, bagi Mima kumpul keluarga lebih terasa seperti ajang perlombaan. Setiap orang sibuk membanggakan pencapaian masing-masing. Si a sudah ini lah, si b sudah itulah. Seperti ada garis finish yang harus segera di lewati dalam batas waktu tertentu.
Melihat karir Mima yang cemerlang, satu-satunya garis finish yang belum ia capai hanya pernikahan. Seluruh orang sibuk, membicarakan si a sudah menikah, si b sudah punya anak, si c sudah mau ngasi adek ke anak pertamanya. Tidak jauh. Tidak ada yang ingin mendengarkan alasan, sudut pandang, pendapat atau apa yang di rasakan orang lain. Mereka hanya sibuk melihat tenggat waktu dalam melewati garis finish yang mereka buat.
Hampir jam tiga sore. Ini berarti sudah hampir seharian Mima dan Luna ada di KINGDOM. Luna menunggu dengan cemas temannya yang sudah masuk kedalam ruangan sejak satu jam yang lalu dan belum keluar. Sementara ia melihat, orang lain menghabiskan waktu tidak lebih dari 30 menit ada di dalam sana.
Luna mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit. Kehamilan yang menginjak bulan ke lima, membuat perutnya terlihat buncit. Sesekali ia berdiri dan mondar-mandir di sekitar kursinya, lalu duduk kembali dan memasukkan beberapa makanan yang sudah ia beli dan letakkan di atas meja.
Baru saja ia, menelan potongan terakhir dari coklatnya, ia melihat Mima berjalan dengan riang menuju ke arahnya, tentu dengan senyum yang mau sedih atau senang selalu terpasang di wajahnya.
" Lo ngapain aja sih " Luna menepuk pundak Mima " Orang lain udah pada beres, betah banget lo disini, anak gue ampe bosen ini nunggunya " Luna mengelus perut buncitnya
" Ga nanya nih, kita sukses apa enggak " Mima menggoda Luna
" Kalo liat lamanya lo di dalem sana noh, sama cengar cengirnya lo, kayaknya aman "
Mima menarik senyum dari wajahnya. Ia tampak serius sekarang. Ia meletakkan laptop dan kertas-kertas yang di pegangnya ke atas meja, menindih beberapa makanan Luna.
" Gue, happy udah sampe ada di titik ini " Mima menghentikan kata-katanya, memandangi wajah Luna yang Nampak serius mendengarkan, sembari memegangi perut besarnya. " Mereka bilang, gue harus merevisi,,, "
" Ok, ok. Its ok. Kita masih punya banyak waktu untuk ikut lagi, masih ada tahun depan, tahun depannya lagi, atau kita cari perusahaan yang lebih dari KINGDOM " Luna memotong kata-kata Mima.
Luna begitu memahami sahabatnya. Bekerjasama dengan KINGDOM adalah cita-cita Mima sejak lama, ia bahkan secara khusus selama dua tahun melakukan riset agar berhasil membuat sebuah karya. Hingga harus menghabiskan dua bulan terakhir di balik laptop dan buku-buku.
" Gue emang harus revisi, tapi under supervisi mereka. Gue berhasil Lun " Mima memeluk sahabatnya itu, lalu sedikit terlalu excited ia menghentak-hentakan kakinya ke lantai.
" Anjing lo emang " Luna mendorong kepala Mima " Udah tegang gue, udah mikir harus gue kasi makan dimana ini bocah "
Mima tersenyum lebar. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya. Maka rintangan berikutnya yang harus ia hadapi hari ini adalah kumpul keluarga. Ia melihat handphone dalam tasnya yang sedari tadi bergetar. Ibunya tidak berhenti menelpon. Ada puluhan pesan yang masuk dan belum sempat ia buka. Melihat begitu banyak panggilan dan pesan yang masuk Mima merasa, mungkin besok saat membuka mata ia sudah menjadi istri orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Planet
RomansaApa yang terjadi ketika seorang perempuan berada di akhir dua puluannya dan belum menikah?. Binggo!!. Kapan kawin ?. Pertanyaan yang akan selalu menyerang dimanapun dan kapanpun. Senada Rima aka Mima seorang perempuan di akhir dua puluhannya dengan...