Panas. Matahari sebenarnya sudah beranjak dari singasananya. Ia bergeser sedikit. Angin mulai bertiup pelan membawa gemawan yang sedari tadi bermalas-malasan di ujung langit. Panas tapi tidak terlalu. Hanya perasaan Mima yang membuatnya sesekali mengibaskan pakaiannya dengan tangan, walaupun ia tau ia tidak begitu merasa panas. Hanya gerakan bingung. Mengalihkan perhatian, mencari kesibukan.
" Kayaknya ga panas-panas banget deh. Ac juga udah nyala kok " Bima berbicara sembari sibuk mencari sesuatu.
Mima diam tidak menjawab, ia kemudian melihat keluar jendela dan hanya memegangi tengkunya sesekali. Menghindari kontak mata dengan Bima, walaupun ekor matanya diam-diam memperhatikan laki-laki di sampingnya, ia bisa melihat dengan jelas kesibukan laki-laki itu.
" Nyari apa sih ? " Mima akhirnya memberanikan diri bertanya
" Handphone. Kayaknya tadi aku taruh di saku, tapi gak ada " Bima masih sibuk membolak-balik isi tas yang tadi dibawanya " Telpon dong " Bima meminta tolong.
Mima mengambil ponselnya dari dalam tas. Ia menscroll kontak dan teringat, bahwa ia tidak memiliki kontak Bima. Ia hanya memegangi handphonenya dan rasanya tubuhnya tiba-tiba di tumpahi semen hingga tidak bisa di gerakan sama sekali.
" Kenapa ? " Bima bertanya karena melihat perubahan pada ekspresi Mima
" Telpon sendiri aja " Mima memeberikan ponselnya
" Kamu gak nyimpen nomer aku ? "
Mima merasa mulai menyusun kalimat jawaban " Mas Bima pikir deh, mana ada orang ngasi nomer telpon sama orang yang di kenalin ke dia tapi ngasi kartu nama. Kan gak masuk akal. Kartu nama kan bisa ke campur, bisa ketuker, bisa keselip, bisa ilang "
Mima mengingat kembali pertemuan pertama mereka, dimana Bima hanya memberikan kartu nama. Mereka tidak bertukar nomor telpon, tapi hanya Bima yang memberikan kartu nama. Ini terasa seperti pertemuan bisnis antara vendor dan kliennya, bukan pertemuan perjodohan yang sudah di atur.
" Oh, itu kenapa kamu ga ngehubungin sama sekali ?. Ilang " Bima mengambil ponsel yang di pegang Mima
" Hah ? " Mima memastikan apa yang dia dengar barusan " Mas Bima nunggu aku ngehubungin ? " Mima ingin mengkonfirmasi apa yang ia dengar.
Bima tidak menjawab. Ia menyimpan nomer handphonenya di ponsel Mima. " Enggak juga sih " Bima menjawab santai lalu mengembalikan ponsel Mima.
Jawaban apa yang kamu harapkan dari laki-laki ini. Mima memarahi dirinya sendiri. Mima lalu mengambil handphonenya dan memasukkannya kembali ke dalam tas.
" Tunggu " Mima kembali mengeluarkan handphone dari tasnya " Telponnya ga jadi ? "
" Hmmh, sudah ketemu " Bima membuka jasnya, dan menunjuk kantong yang ada di dalamnya.
" Jadi dari awal, sebenernya Mas Bima udah tau kalau handphonenya ada disana ? " Mima sekarang memiringkan badannya menghadap Bima
" Tadi lupa, terus tiba-tiba inget "
" Mas Bima cuman mau aku nyimpen nomernya Mas Bima biar aku yang ngehubungin duluan ? Jadi biar keliatan aku yang ngehubungin duluan ? "
" Ok, biar aku yang ngehubungin kamu duluan " Bima mengeluarkan ponselnya.
Mas Bima. Sebuah nama muncul di layar ponsel Mima. Nama yang baru saja di simpan di dalam ponselnya oleh seorang laki-laki yang selama dua minggu lebih tidak ada kabarnya dan sekarang tiba-tiba dengan mudah melakukan panggilan telpon saat ia sedang duduk tepat di samping Mima. Mima melihat kearah ponselnya dan Bima bergantian. Ada tanda tanya besar yang memukul kepalanya keras. Bagaimana bisa laki-laki ini melakukan hal-hal semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Planet
RomanceApa yang terjadi ketika seorang perempuan berada di akhir dua puluannya dan belum menikah?. Binggo!!. Kapan kawin ?. Pertanyaan yang akan selalu menyerang dimanapun dan kapanpun. Senada Rima aka Mima seorang perempuan di akhir dua puluhannya dengan...