Pertemuan Pertama

6 0 0
                                    

Minggu pagi merupakan hari malas nasional berdasarkan peraturan Senada Rima. Ia akan menghabiskan seluruh paginya hanya di tempat tidur di temani setumpuk buku dan cemilan yang ia beli di supermarket hari sebelumnya. Tidak ada mandi pagi, tidak juga olahraga. Tidak ada sarapan formal di meja makan, tidak ada kertas-kertas pekerjaan kantornya. Ia benar-benar berusaha membuat dirinya sesantai mungkin.

Menurut Mima, enam hari dalam seminggu sudah lebih dari cukup untuk memikirkan tentang pekerjaan, dan hal-hal yang lain selain dirinya sendiri. Mengorbankan sabtu untuk tetap mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan dan teman-teman sudah merupakan ekstra. Sehingga minggu, ia mengosongkan pikirannya dari hal-hal lain selain dirinya sendiri.

Mima membuka sedikit gorden yang ada tepat di sebelah tempat tidurnya. Ia mengintip keluar. Langit abu, ada rintik hujan kecil yang berjatuhan. Ia bergelinding ke arah meja yang ada di sisi lain tempat tidurnya. Mengambil handphone dan melihat sudah jam 8 pagi. Minggu, langit abu, rintik sendu, ia kembali menggelinding ke tengah tempat tidur dan menarik selimutnya. Tiga puluh menit lagi. Mima berkata pada dirinya sendiri. Ia ingin tidur 30 menit lagi.

Tok,tok,tok. Suara pintu di ketuk pelan. Mima hanya menoleh sebentar, lalu kembali ke posisi awal, menarik selimutnya lebih tinggi hingga menutupi kepalanya.

" Kak " Sapaan lembut suara ibunya, di iringi suara pintu yang di buka pelan.

Mima berpura-pura tidak mendengar, dan hanya diam di balik selimutnya. Ia berusaha terus terpejam. Tidak bergerak. Bahkan ketika ibunya mendekat dan mengguncangkan tubuhnya, ia berusaha tidak merespon. Diam, mematung. Membiarkan ibunya terus menggungcang-guncang kan tubuhnya.

" Ibu tau kok, kakak udah bangun " Ibu hanya duduk, sembari terus mengelus tubuh Mima penuh cinta " Ayo dong kak "

Mima membuka selimutnya. Melirik ibunya yang memasang senyum khas yang selalu menghangatkan hati Mima. Mima memasang wajah memelas, pertanda ingin di biarkan sendirian hari ini.

" Ayo dong kak, jangan gini "

" Bu, ini tuh hari minggu, gerimis mendung gitu. Mau ngapain bangun cepet-cepet " Mima dengan kesal bangun dari posisinya dan menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.

" Kamu pura-pura lupa apa beneran lupa " Ibu menyentuh pipi Mima.

Mima memandangi wajah ibunya. Mencoba mencari tau apa yang sedang di bicarakan. Ia mencoba mengingat, apakah ada janji yang ia buat dengan ibunya di hari minggu ini. Ia benar-benar lupa.

" Apa sih bu ? "

" Hari ini kan Mima janji mau ketemu sama Mas Bima " Ibunya berkata pelan. " Mima udah mundurin janjiannya tiga kali lho ya. Masa sekarang juga mau ga jadi. Gak baik mundur-mundurin janji gitu. Kasian Mas Bima, udah mau dia ngundur sampe 3 kali "

Mima menelan ludahnya. Ia baru ingat. Ia benar-benar lupa punya janji hari ini. Ia juga lupa, sudah mengundur janji itu sebanyak tiga kali. Kali ini ia sudah tidak punya alasan lagi untuk bisa mengundur janji itu. Hujan ?, tentu saja itu tidak bisa di jadikan alasan. Pekerjaan ?, ia sudah terlanjur bilang pada ibunya, ia free minggu ini.

" Jam 10 kan, masih lama " Mima keembali menurunkan badannya masuk kedalam selimut.

" Pergi ya. Janji pergi ya " Ibunya memastikan sekali lagi, sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Mima dan mencium pipinya.

" Iya aah iya " Mima mengelap pipinya dan menutup kepalanya dengan selimut sekali lagi.

Padatnya pekerjaan membuat Mima lupa. Ibunya juga tidak membahas masalah janji sepanjang minggu. Lalu tepat pada hari minggu ia menagih, adalah strategi yang sangat jitu. Sepertinya ibunya belajar dari tante Ima yang selalu menerapkan strategi semacam itu. Membuat Mima tidak waspada dan menyerang disaat ia benar-benar tidak punya penjagaan.

Marriage PlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang