Kedua

0 0 0
                                    

Setangkup sandwich, tiga buah sosis, dan segelas jus jeruk di temani kartun idola adalah menu sarapan di akhir pekan favorit Mima. Ia tidak henti-hentinya tersenyum melihat tokoh kartun idolanya dari layar tablet yang ia bawa ke meja makan. Dengan kaki bersila di atas kursi, ia hampir menghabiskan sarapannya. Menyiapkan perasaan terbaik. Ini adalah motto Mima. Sebelum pergi bekerja, ia selalu memiliki motto harus menyiapkan perasaan terbaik. Menurutnya, menyiapkan perasaan yang baik adalah permulaan yang paling benar, karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi sepanjang hari.

" Kartun terus " Aldo mendorong kepala Mima sambil lewat

Mima memegangi kepalanya " Dasar adek durhaka ! " Mima setengah berteriak " Ngapain lo pagi-pagi udah disini "

" Ini udah bukan pagi lagi " Aldo menunjuk jam dinding yang ada di dekat mereka.

" Astaga !! " Mima setengah berteriak, lalu bergegas membereskan sarapan dan segala yang ia bawa ke meja makan.

            Sembilan tiga puluh siang. Masih ada satu jam setengah lagi sebelum jam sebelas datang. Mima melihat dirinya sekali lagi di cermin. Ia memastikan, keterburu-buruannya tidak terlihat. Ia sekali lagi mengecek file yang harus ia bawa, laptop, flashdisk, alat tulis. Aman. Ia, harus segera bergegas, sebelum di hadang macet dan terlambat.

            Mima terdiam. Ia hanya melihat mobil ayahnya dan sepeda motor milik adiknya. Blank sejenak. Ada yang salah. Bukan dengan keadaannya, tapi dengan otak Mima. Ia menghabiskan lebih dari lima menit memandangi mobil dan motor yang ada di depannya.

" Ngapain lo, bengong aja, katanya buru-buru " Aldo mengagetkan Mima, ia segera masuk ke mobil ayahnya dan menyalakan mesin.

" Mobil gue mana ya ? " Mima bertanya dengan wajah bingung

" Lhaah, mana gue tau " Aldo menjawab santai.

" Tunggu, tunggu, tunggu " Mima mencoba mengingat-ingat sesuatu " Kayaknya ada yang salah deh " Mima masih berfikir " Ibuuuuuuuuuu " Ini adalah jalan pintas paling tepat untuk mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang ada di rumah.

" Apa sihh kak " Ibu berjalan agak tergesa-gesa sembari menenteng sendok sayur di tangan kanan, dan serbet di tangan kirinya

" Mobil Mima kok gak ada ?, ga mungkin di pinjem lagi kan ? "

" Kakak gimana sih, kan kemaren, kakak pulang juga ga bawa mobil, di anter sama Luna. Katanya, mobilnya di taruh bengkel kan "

" Ya Tuhaaaaaaan. Kebodohan macam apa lagi ini " Mima baru ingat. Dua minggu terakhir otaknya memang agak bermasalah. Padat merayap. Banyak pikiran yang macet di kepalanya dan perlu di uraikan segera.

" Otak lo emang lagi macet sih belakangan " Aldo meyambar

" Diem lo " Mima menjawab ketus. Ia lalu melirik Aldo yang masih duduk di dalam mobil, memanaskan mesin.

" Apa lo liat-liat gue " Aldo menangkap ada yang tidak beres dari lirikan kakaknya " Ga ada ya, mobil gue juga lagi di bengkel, makanya gue kesini minjem mobil ayah. Gue mau anter Dina ke dokter "

" Gue ga mau rebutan mobil, cuman mau minta tolong " Mima dengan sigap sudah berada di sebelah Aldo, duduk manis. " Anterin gue sebentar, gue ga boleh telat "

" Gak mau ah " Aldo merajuk. " Telat gue ntar anterin Dina "

" Ga akan, bentaran doang. Ntar kado buat dede bayinya gue tambahin. Buruan "

" Buuuu " Lagi-lagi ini adalah senjata paling ampuh yang bisa di gunakan di saat-saat genting.

" Udah ribut aja kalian berdua, ibu gak ikut. Dari kecil kok kerjanya ribut terus. Ada aja yang di ributin,,bla bla bla " Ibu masuk kembali kerumah dengan omelan, yang lama-lama semakin kecil suaranya hingga tidak terdengar lagi.

Marriage PlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang