{19}

2K 237 24
                                    

Malam ini nampak tegang bagi Grexda, mereka diserang secara mendadak oleh Gardarion.
Gardarion membawa banyak orang baru, bukan hanya itu berbagai senjata juga mereka bawa.

"Serang!" Teriak Aldan memimpin perperangan ini.

Semuanya saling menyerang, Elard juga berhadapan langsung dengan Aldan.

Suara pukulan, tembakan, teriakan kesakitan, memenuhi jalanan markas Grexda.
Elard juga sudah menghubungi para tetua agar membantu, dan mereka akan datang sebentar lagi.

"Ini akibatnya kalau lo gak mau nurut omongan gue!" Teriak Aldan sambil menembakkan pistolnya ke Elard, untungnya Elard langsung menghindar.

Brum brum

Para tetua datang dan langsung bergabung membantu anak Grexda yang lain.

Sedangkan Luna, ia sejak tadi mondar-mandir karena menunggu EFIG, mereka memang berencana untuk keluar malam ini, menghadiri pesta salah satu teman Elard.
Tapi sudah 2 jam, EFIG belum juga datang. Dress putih yang ia kenakan mulai kusut karena ia genggam sejak tadi.

"Luna, lebih baik kamu masuk" ucap Dylan.

"Gak mau paman, Luna mau menunggu EFIG" balas Luna.

Dylan menghela nafas kasar lalu membuka laptopnya dan mencari di mana EFIG sekarang.
"Jln. Panglima 06?" Gumam Dylan, lalu Dylan meretas cctv yang ada disekitar jalan itu.

"Penyerangan?" Luna yang mendengar itupun langsung mendekati pamannya, ia melihat anak-anak Grexda bertarung dengan Gardarion yang sangat terlihat jika Grexda kalah jumlah.

"Kita harus menolong mereka, paman" ucap Luna.

"Ambil senjata mu, paman akan menghubungi anak Black Blood!"

Luna mengangguk dan melempar sepatu high heels nya, berlari ke kamarnya dan mengambil shot gun miliknya, menyelipkan 2 pisau lipat yang sudah dilengkapi karet perekat di pahanya. Memakai sepatu kets dan mengambil topengnya.

"Luna berangkat!" Teriak Luna sambil berlari masuk ke dalam mobil yang sudah diisi beberapa anggota Black Blood.

3 mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi menuju jalan panglima.

"Berhenti di sini saja, aku akan menaiki gedung itu dan mengawasi dari atas" ucap Luna.

Mereka mengangguk lalu Luna parkour untuk sampai di atas gedung tua tinggi yang berada di dekat pertarungan.

Luna menajamkan matanya, dan mulai membidik orang-orang yang bukan anak Grexda.
Anggota Black Blood tidak akan keluar jika tidak diperintahkan.

Dor

Dor

Dor

Dor

Tembakan Luna tidak ada yang meleset sama sekali, pertarungan mendadak berhenti karena mendengar suara tembakan yang lebih besar disertai beberapa orang tumbang.

Mereka yang berada di pertarungan menatap seorang perempuan berambut putih dengan gaun putih dan juga sepatu putih, tapi wajahnya tidak terlihat karena tertutup topeng.

Rambut panjang Luna berkibar karena angin malam, Luna bak bidadari berdarah pembunuh.

"Hentikan pertarungan ini, atau kalian semua akan ku tembak mati!" Teriak Luna dengan nada yang sangat dingin.

Semuanya hanya diam tak menjawab, anak-anak Grexda tahu jika itu Luna. Sedangkan Aldan, merasa mengenal perempuan bertopeng itu.

Tanpa menunggu waktu lama, Luna langsung menembak dua orang.
Mereka semua yang mulanya hanya menatap Luna langsung tersadar, tapi tidak melakukan apapun.

Luna's Eyes of Death [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang