{20}

1.9K 238 21
                                    

Malam ini tampaknya sangat indah bagi persahabatan Luna dan ketiga temannya.
Bagaimana tidak? Malam ini, mereka melakukan perkemahan kecil di halaman samping rumah Luna.

Tenda-tenda sudah didirikan, tikar digelar yang diatasnya tertata rapi berbagai makanan dan minuman. Apa unggun yang tidak terlalu besar menyala, menghangatkan dinginnya malam dan menerangi dari gelapnya malam.

Suara tawa, nyanyian terdengar sangat ramai walaupun perkemahan hanya terdiri dari 4 orang.

"Luna, lo tau gak apa bedanya lo sama pacar gue?" Tanya Ian.

"Gak, emangnya apa" Tanya Luna.

"Kalau pacar gue itu nomor 3 di hati gue, kalau lo nomor 2 setelah mama gue" jawab Ian.

"Eh bentar, emangnya lo punya pacar?" Tanya Farid.

Ian menggeleng sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Oiya, gue gak punya pacar."

"Makanya cari pacar, muka ganteng masa gak punya pacar" ucap Elard.

"Emang lo punya pacar?" Tanya Galen ke Elard.

"Ada tuh" jawab Elard sambil menunjuk Luna.

"Dih, emang udah jadian? Jangan ngaku-ngaku bos, nanti kalau si doi gak ngakuin baru tau rasa lo" sahut Farid.

"Ngakuin lah, ya kan lun?"

"Iya" jawab Luna membuat Elard tersenyum mengejek ke arah Farid, Ian, dan Galen.

"Tapi sebagai sahabat" lanjut Luna membuat Elard mengerucutkan bibirnya, sedangkan Farid, Ian, dan Galen tertawa puas.

"Kok gitu sih, kamu kan pacar aku" kesal Elard, bukannya menjauhi Luna, Elard malah memeluk Luna.

"Hm" dehem Luna sambil mengelus rambut Elard.

"Gue juga mau!!" Teriak Farid, Ian, dan Galen.

Karena semuanya mau, sekarang mereka rebahan di rerumputan sambil menatap langit yang bertaburan bintang.

"Langitnya indah" ucap Luna.

"Indahan lo!" Balas EFIG serentak.

"Bukan, tapi persahabatan kita yang indah, singkat tapi bermakna" ucap Luna.

"Semoga persahabatan kita bisa sampai kakek nenek" ucap Farid.

"Gak" balas Luna.

"Kenapa?" Tanya Elard.

"Karena salah satu atau salah dua atau bahkan semuanya antara kita akan mati" jawab Luna sambil tersenyum.

"Lo gak boleh ngomong gitu!"

"Aku hanya berbicara, entah iya atau tidak itu urusan nanti" jawab Luna.
"Jika aku tidak ada, aku akan menjadi bintang, menyinari langit kalian, menemani malam kalian, aku akan menjadi bintang yang paling terang, agar kalian bisa melihat ku."

"Aku juga bakal jadi bintang, bintang yang ada di dekat kamu" sahut Elard.

"Kita akan jadi bintang, bintang untuk semua orang, kita akan berdekatan dan saling berkesinambungan." Ucap Farid.

EFIG bertatapan lalu duduk dan menggelitik perut Luna sampai Luna tertawa hingga air matanya keluar.

Saat Luna sudah meminta untuk berhenti, EFIG pun menghentikan kegiatannya itu.

"Untuk LEFIG? Bersama kita bisa, bubar kita ambyar!" Teriak Luna dan lainnya.

"Wuhuuuuuuuuuu!"

Dylan melihat dan mendengar semuanya, ia tersenyum, ia bahagia karena keponakannya mendapatkan sahabat yang mau menerima kelebihannya.
Ia dulu berpikir, Luna tidak ada mempunyai teman satupun karena kelebihannya yang bisa dibilang membahayakan.

Luna's Eyes of Death [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang