{25}

1.3K 136 11
                                    

Langit London yang gelap menemani Luna yang tengah membereskan barang-barang keperluannya. Ia akan ke Indonesia, ada misi yang harus ia selesaikan.
Sebenarnya ia ragu, tapi ia harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah itu, ah hanya masalah kecil, ia hanya ragu jika bertemu dengan teman-temannya.

"Paman, Luna berangkat, jangan melakukan apapun selagi paman masih belum sembuh total" ucap Luna sambil mencium pipi pamannya.

Dylan tersenyum dan mengangguk, "Hati-hati dan maaf paman tidak bisa menemanimu."

Luna hanya tersenyum lalu berpamitan, ia hanya didampingi 2 orang anggota saja.

Pesawat pribadi milik Black Blood terbang menuju Indonesia.

--

Sedangkan di Indonesia, Farid dan lainnya nampak senang dan lega karena Elard telah kembali. Awalnya mereka terkejut melihat Elard yang pagi-pagi sudah duduk anteng di markas, setelah lama menghilang tanpa kabar.
Farid juga menceritakan semuanya kepada Elard, Elard sangat marah mendengar itu semua.

"Maaf El, gue gak bisa jaga amanah lo" ucap Farid.

Elard berdiri dan memandang luar jendela, "Lo gak salah, gue yang salah, gue sebagai pemimpin tapi malah ninggalin kalian di saat-saat seperti ini."

"Lo pemimpin yang hebat El, lo udah kembali dan ini saatnya lo buktiin kalau lo itu pemimpin yang hebat" ucap Ian.

Elard mengangguk dengan tatapan kosong, hebat ya? Hm mungkin.

"Lo kemana aja selama ini?" Tanya Galen.

"Urusan keluarga" jawab Elard.

"Gue kira lo cariin Luna" ucap Farid.

Elard menunduk sedih saat mendengar nama perempuan yang dicintainya, ia merindukan sosok perempuan itu tapi sampai saat ini, ia tidak sekalipun bertemu dengannya.

"Gue kangen sama Luna, gue pengen ketemu Luna, tapi gue gak tau dia di mana" ucap Elard.

"Tenang aja El, yang namanya jodoh gak bakal kemana, kalau lo dan Luna udah ditakdirkan bersama, apapun yang terjadi, Luna bakal tetap jadi milik lo" ujar Farid.

Elard mengangguk dan tersenyum tipis, semoga saja apa yang dikatakan Farid benar.

"Gimana rencana selanjutnya El?" Tanya Ilham.

"Kita jangan gegabah buat nyerang balik, kita hancurkan mereka dengan cara halus" jawab Elard.

Mereka semua mengangguk saja, apa yang diusulkan Elard pasti akan berakhir baik.

"Gue cabut duluan" pamit Elard.

"Kemana?" Tanya Ian.

"Ke rumah Luna."

Elard langsung pergi meninggalkan markas, ia sangat ingin bertemu dengan Luna saat ini, entah apakah ia akan bertemu atau tidak yang penting ia usaha, dan usaha itu dimulai dari ke rumah Luna.

Farid dan kedua temannya menyusul mengikuti Elard.

Elard mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju rumah Luna.

Tidak membutuhkan waktu lama, Elard dan teman-temannya sampai di rumah Luna.

Satu kata untuk rumah Luna, sepi.

Rumah yang biasanya ramai dengan penjaga berbaju hitam kini tampak tak ada. Hanya ada satu orang berpakaian satpam yang dulunya tidak ada.

"Mau cari siapa?" Tanya satpam itu.

"Luna."

"Maaf, nona Luna sedang tidak ada di rumah."

"Kemana dia?"

Luna's Eyes of Death [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang