{6}

3K 337 63
                                    

Ada yang nungguin kagak?

------

Mencari teman tidaklah sulit, yang sulit adalah mencari teman yang benar-benar mau menerima mu apa adanya.
Seperti Luna, memiliki teman yang mau menerima kelebihannya yang langka itu membuat Luna sangat bahagia.

Elard, Ian, Farid, dan Galen menghampiri Luna yang duduk di pinggir lapangan basket. Luna memang menunggui teman-temannya berlatih basket, itupun juga paksaan teman-temannya.

"Lunaaa haussss" teriak Farid lalu duduk di samping Luna dan menyandarkan kepalanya di pundak Luna

"Jangan deket-deket sama Luna, lo itu keringetan, bau lagi" ucap Ian sambil mendorong kepala Farid agar tidak menyandar di pundak Luna

"Minumm" pinta Elard, Luna memberikan minum kepada teman-temannya

"Udah sore, pulang yuk" ajak Luna sambil melihat ponselnya
"Paman, udah telfon soalnya" lanjut Luna

Mereka semua mengangguk lalu masuk ke dalam mobil milik Elard. Mobil Elard melaju membelah jalanan sore yang sedikit ramai karena banyak orang yang pulang kerja.

Sampai di rumah Luna, Dylan sudah bersedekap dada sambil mondar-mandir di depan pintu.
Luna dan teman-temannya masuk dan berhadapan dengan Dylan.

"Telat 5 menit" ucap Dylan sambil menatap jam tangannya

"Maaf om, kita tadi tanding ulang makanya lama" jawab Elard

"Saya gak mau jawaban kamu, Luna masuk mandi dan istirahat" balas Dylan

Luna mengangguk dan menatap teman-temannya sebentar lalu masuk ke dalam rumah.

"Kalian harus bisa menepati waktu yang sudah disepakati" ucap Dylan ke keempat remaja didepannya

"Iya om" balas mereka

"Sekarang kalian pulang, mandi dan istirahat" titah Dylan, Dylan memang sedikit galak tapi dia perhatian

"Iya om, kita pamit" balas mereka

Setelah teman-teman Luna pulang, Dylan masuk dan menuju kamarnya. Dylan menatap foto keluarganya yang terpajang besar di kamarnya, Dylan tersenyum lalu merebahkan badannya yang sudah tidak sekuat dulu.

Malam harinya

Luna dan Dylan sedang makan malam, setelah makan, mereka ke taman belakang.
Dylan melepas syal nya dan mengambil beberapa pisau dan pistol.

"Paman akan mengajarimu cara menggunakan senjata" ucap Dylan

Luna menatap binar ke arah senjata-senjata yang dibawa pamannya.

Dylan memberi contoh beberapa gerakan yang harus dipraktekkan Luna.
Luna mengamati betul apa yang dicontohkan pamannya, dengan kejeniusannya, Luna bisa mempelajari semuanya dengan mudah.

Prok prok prok

"Bagus, Luna tingkatkan" ujar Dylan sambil menyeka keringatnya
"Kamu harus meningkatkan keahlian mu Luna, paman takut, orang-orang itu datang lagi"
"Paman juga sudah tua, lagipula kekuatan paman tidak sebanding dengannya"

"Paman tenang aja, Luna yang akan menjaga paman, Luna janji" sahut Luna

"Kamu memang kesayangan paman" ucap Dylan lalu memeluk Luna

"Sudah malam, ayo kita masuk dan istirahat" ajak Dylan

Mereka masuk ke kamar masing-masing dan tidur.

Keesokan harinya

Rumah milik Dylan, pagi-pagi sudah rame karena keempat teman Luna yang numpang sarapan.

Luna's Eyes of Death [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang