{13}

2.5K 286 41
                                    

Setelah penyerangan sekolah tadi, Luna dibawa Elard jalan-jalan, ya hanya berdua. Tapi jangan salah, mereka pergi juga sudah izin kepada Farid, Ian dan Galen.

Luna tertawa karena lelucon dari Elard, entahlah Elard menjadi kocak jika bersama Luna, mungkin berusaha menjadi cowok humoris?

"Sangat cantik" gumam Elard sambil memandang wajah Luna yang berada di depannya, mereka berada di taman kota.

"Aku emang cantik, hihihi."

"Idih, diajarin siapa pede banget kayak gitu" Elard mencubit hidung Luna.

"Elard sakit ih" tapi Elard tidak melepas cubitannya.

"Elard, lepas nanti kalau aku mati kekurangan oksigen gimana?"

"Kekurangan oksigen?oksigen kamu itu ada di depan kamu Luna, oksigen kamu itu aku dan oksigen aku itu kamu."

Luna menggigit pipi dalamnya untuk menahan senyumnya, "Kalau mau senyum, senyum aja gak usah ditahan."

Elard melepas cubitan di hidung Luna lalu merangkul Luna, "Ini waktu yang aku tunggu-tunggu Luna, berduaan bersamamu tanpa ada pengganggu."

Luna tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di dada Elard, "Kenapa kamu ingin berduaan sama aku?"

"Aku sayang kamu Luna, lebih tepatnya cinta" bisik Elard.

Luna menegakkan badannya, jika boleh jujur, akhir-akhir ini jika bersama Elard, jantungnya berdetak lebih cepat, dia sering gugup dan malu. Apa itu artinya Luna jatuh cinta dengan Elard?tapi jika iya, Luna harus melupakan itu, bagaimanapun juga Luna ingin lebih lama hidup bersama paman dan sahabatnya.

"Kenapa?" Tanya Elard yang menyadari perubahan raut wajah Luna.
"Apa cinta aku tidak terbalaskan?"
"Aku tahu Luna, ini memang cepat dan aku juga tidak memaksamu untuk membalas cintaku, tapi izinkan aku untuk membuat kamu cinta padaku."

"Elard" lirih Luna.

"Aku akan berusaha Luna, berusaha agar benih cinta tumbuh di dalam hatimu."

Rasanya Luna ingin berteriak, dia juga mencintai Elard, tapi ia tidak bisa.

"Kenapa tangan kamu menjadi dingin?" Tanya Elard yang menyadari suhu tubuh Luna menjadi dingin, padahal cuaca sedang sedikit panas.
"Kamu juga pucat, apa kamu sakit?"
"Luna, jawab!"

"Aku gak papa Elard, mungkin sedikit lelah setelah pertarungan tadi, bisa kita pulang?aku ingin istirahat."

Elard mengangguk, mereka berjalan menjauhi taman, bukannya ke parkiran, Elard malah menyetop taksi yang lewat.

"Motornya?" Tanya Luna.

"Nanti ada yang ambil, keadaan kamu tidak memungkinkan untuk naik motor."

Mereka masuk ke dalam taksi, Elard memeluk Luna yang ada disampingnya, sepertinya ada yang salah dengan Luna, apa Luna sakit?tapi kenapa bisa tiba-tiba? padahal tadi baik-baik saja.

Luna memejamkan matanya, kamu akan mati saat jatuh cinta, kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Luna, apa ini akhir hidupnya?mati karena jatuh cinta?apa Luna tidak bisa menikmati hidup lebih lama lagi?atau diberi kesempatan untuk merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya jatuh cinta?

Taksi berhenti di depan rumah Luna, mereka keluar, wajah Luna semakin pucat.

"Baik?apa perlu aku gendong?atau kita ke dokter saja?" Tanya Elard beruntun.

"Tidak, ayo masuk."

Mereka masuk dan terlihat Dylan yang sedang berkutat dengan laptopnya, saat mendengar langkah seseorang, Dylan menutup wajahnya dengan syalnya.

Luna's Eyes of Death [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang