"Ziv, udah mulai gelap nih. Cepetan atuh didalem kamar mandinya" Ucap safella yang gelisah dan takut karena sekelilingnya hanya ada pepohonan lebat dan penerangan yang minim
Ziva keluar dari kamar mandi, "sabar do-"
"YaAllah, udah gelap banget. Yuk ah kita samperin yang lain" Ucap Ziva
Mereka berlari dari menuju parkiran bus mereka, cukup jauh dari tempat mereka sekarang.
Derap langkah dibelakang mereka menambah lajuan lari mereka. Mereka tak berani menengok kebelakang,untuk melihat apa yang ada dibelakang mereka. Mereka hanya mempercepat lari mereka,berharap seseorang yang ada dibelakang mereka kehilangan jejak mereka. Dan kini mereka telah sampai diparkiran bus tetapi tidak ada satupun bus terparkir disana
"Ini bener tempat bus kita parkir kan?" Tanya safella panik, nafasnya tersengal.
"Tadi ada disini, gak mungkin dong mereka ninggalin kita" Ucap Ziva.
"Trus gimana ini? Aku takut dibelakang kita ada orang atau mungkin penjahat" Bisik safella yang mungkin masih bisa terdengar orang lain.
"Memang ada" Jawab seseorang
Ziva dan safella menoleh kearah suara itu, didapatinya lelaki tambun dan kurus memegang sebalok kayu. Pria itu segera mengambil tangan Ziva, dan mengikatnya dengan tali. Safella berusaha lari dan menjerit minta tolong, tapi pria tambun itu menangkap safella. Safella mengikuti ekskul karate, ia menggunakan jurus jurus yang gurunya ajarkan. Safella berhasil lolos, sedangkan Ziva pingsan dan dibawa ke sebuah pondok bambu.
Safella berusaha menelfon Aksa, tetapi tidak diangkat. Tak berhenti disitu, ia menelfon juga Varo dan Arkan. Entah hari ini sial menghantui nya atau memang ia harus berjuang demi keselamatan sahabat nya
Tapi ia ingat dengan perkataan Ziva, bahwa semua ini sudah diatur oleh Allah. Mengingat itu safella menangis tersedu-sedu, merasa gagal menjadi sahabat, tak becus menjaga Ziva. Mengapa tadi ia tak menarik Ziva untuk ikut lari bersama nya. Kini ia berlari sekuat tenaga untuk sampai di hotel, sampai sejauh ini tidak ada transportasi yang dapat dipakai safella tumpangi untuk sampai ke hotel
Hingga akhirnya ada seorang tukang ojek online lewat, safella memberhentikan nya
"Bang, plis bantuin saya. Saya butuh ke hotel grand Bima" Ucap safella
Beruntung tukang ojek online itu baik hati, safella terus protes untuk menambah kecepatan motor abang ojolnya.
Sesampainya di hotel, tak lupa membayar ojek online itu dan langsung berlari kekamar Aksa, Arkan, dan Varo.
Bajunya setengah basah, karena diluar gerimis. Ia mengetuk pintu kamar Varo dengan keras, karena ia menganggap hanya Varo atau Aksa yang dapat menyelamatkan Ziva.
"Varo! Aksa! Arkan! Buka pintunya, ini genting" Ucap safella
"Genting, genting, lu kata atap rumah" Ucap arkan sambil membuka pintu
"Itu genteng, paijo" Sahut Aksa.
"Kenapa?" Tanya Varo
"Z-ziva" Ucap safella, nafasnya kini benar benar tersengal. Ia berlari sangat jauh kurang lebih 1 km
"ZIVA KENAPA, SAF? CEPET CERITA KE GUE" Ucap Aksa
"Lu ga usah sok panik gitu, kasih minum safella dulu" Ucap Varo berlagak tenang, padahal hatinya sedang kacau.
Safella menceritakan kejadian di parkiran bus tadi ke Varo, Aksa dan Arkan. Varo menyimpulkan bahwa Arkan yang bersalah atas ini
Varo menarik kerah baju Arkan, mengepalkan tangannya "Arkan, ini semua karena lo. Kenapa lo ga ngecek Ziva udah ada atau belum di bis?"
"M-maaf, gue ga ngeh Varo. Banyak yang gue pikiran tadi" Alibi Arkan
"Sekarang gimana? Gimana kita bisa bebasin Ziva, hah?" Ucap Varo marah
"Oke, sekarang gue ikut lu cari Ziva" Ucap Arkan
"Ga usah lo kasih tau, gue juga bakal lakuin itu" Ucap Varo
Mereka jalan sangat terburu buru untuk keluar dari hotel, Varo melihat motor ninja terparkir gagah di depan hotel. Kira kira siapa yang punya ya? Terlihat 2 pemuda sedang duduk di pos satpam, arkan meminta izin meminjam motor ninjanya dengan dompet beserta isinya sebagai jaminan
Safella dibonceng Arkan dan Aksa dibonceng Varo
Motor mereka diparkir di tempat terakhir safella bersama Ziva. Mereka melanjutkan untuk jalan kaki
"Terakhir disini, Ziva dibawa sama 2 orang. Yang satu gemuk yang satu kurus" Ucap safella
"Dan pergi kearah situ" Ucap safella menunjuk arah mereka akan pergi
Mereka menelusuri jalan yang gelap dan semakin dingin, ditambah suasana yang mencekam dan merinding. Hingga mereka menemukan satu pondok bambu yang dijaga oleh 2 orang seperti yang diceritakan Safella tadi. Mungkin Ziva disembunyikan disitu
Ziva sadar dari pingsannya, dan menyadari tangan dan kakinya diikat dibelakang kursi. Ia tak mampu melepaskan ikatannya, mulutnya pun diikat dengan kain, ia berteriak memanggil nama Varo dan Aksa dihatinya
"Alvaro, Aksa, tolong aku"
Sedangkan disisi Varo, sudah lama mereka memperhatikan pondok itu. Dua orang itu tak pergi dari tempat duduknya. Susah untuk mencapai dalam pondok itu, untuk melihat apa ada Ziva didalamnya.
"Gue rasa itu tempat Ziva disekap" Ucap Aksa
"Sekarang gimana caranya buat dua orang itu bisa pergi dari situ" Ucap Varo
Safella tak sengaja menginjak ranting dan membuat bunyi di kesunyian, tentunya sangat mudah untuk didengar dua orang itu.
******
Makin penasaran kan?Jangan lupa vote yaa
Salam,
Nasywa azh
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Untuk Alvaro (ZIVARO)
Teen FictionAlvaro Sehdaze, si ketua Arester menyukai wanita muslimah, Zivanni Suhaa Hafizhah. Jatuh hati pada akhlaknya yang baik dan santun. Selalu menjaga harga dirinya Justru sebuah halangan berasal dari sahabat Zivanni sendiri, Aksa Dan Audrey, sahabat per...