Hancur hati Aksa mendengar jawaban Ziva,
Aku nyaman sama Varo
"Oh Oke, kalau itu pilihan kamu, semoga kamu nggak salah pilih" Ucap Aksa meninggalkan Ziva sebelum airmata nya jatuh.
"Aksa!". Ziva mengejar Varo, menghalangi jalan nya.
"Bukan berarti kamu boleh menjauh dari aku, kita ini-"
"Apa? Kita cuma sahabat" Jawab Aksa
"T-tapi apa karena ini persahabatan kita rusak? Cuma karena lelaki lain diantara kita?" Tanya Ziva
Aksa diam menatap lamat lamat wajah imut Ziva, "asal lu tau ziv, gue sayang lu"
'Aku sayang kamu juga, sa. Tapi sekarang hanya sebagai sahabat'
Aksa pergi meninggalkan Ziva di tengah hutan lebat, berlari menjauh
"Aksa, kenapa kamu ga mau dengerin penjelasan aku? Kenapa sa?" Tanya Ziva pada Aksa yang entah pergi kemana sekarang
"Kenapa jadi begini? Aksa, tidak mau dengar penjelasan aku, tapi aku juga ga bisa ninggalin Varo yang mau berusaha berubah menjadi laki laki baik" Ucap Ziva.
Bukan maksud Ziva untuk memilih Varo dan meninggalkan Aksa. Meskipun hati Varo sudah terpaut pada Ziva, tapi Ziva belum memiliki rasa apapun untuk Varo. Tapi Aksa menyangka Ziva sudah menambatkan hatinya untuk Varo
Aksa berlari tak berarah, dadanya sesak menahan air mata yang akan keluar.
"Ini salah gue, kenapa harus ada rasa cinta diantara persahabatan ini?" Aksa kini tak mampu menahan airmatanya
"Bener kata orang-orang, bersahabat dengan lawan jenis pasti ada masa dimana salah satu dari kita akan jatuh cinta"
"Ya, sekarang gue mengalami itu" Ucap Aksa
"Aahhhh!" Aksa teriak membuat suaranya bergema diantara pepohonan lebat. Seketika ia ingat Ziva, yang sendirian di tempat tadi
"Bodoh, kenapa gue ninggalin Ziva disana? Dia sendirian, kalo ada yang ngapa ngapain dia gimana?" Aksa berbalik badan dan langsung berlari secepat kilat, menebas segala macam rintangan yang ada.
Terus meneriaki nama Ziva, "ZIVA!"
"ZIVANNI, LU DIMANA?"
Tiba di tempat tadi, Aksa melihat Ziva duduk dibawah pohon lebat, menekuk kedua kakinya dan memeluknya. Terlihat dari wajah Ziva raut ekspresi takut dan panik
"Aksa!"
"Z-zivanni" Aksa berlari mendekati Ziva
"Maaf, maaf, maaf" Aksa hanya merapalkan maaf sambil memegangi tangan Ziva yang terbalut sarung tangan, ya karena hawa yang dingin mengharuskan semua orang mengenakan sarung tangan, tapi tidak dengan Aksa dan Varo
"Aku ga bisa ninggalin kamu" Ucap Aksa
"Maaf, tadi aku marah sama kamu" Aksa menatap mata Ziva
"Gapapa, aku paham apa yang kamu rasakan" Ucap Ziva
"Tapi kamu harus tau kalo aku selamanya ada untuk kamu" Ucap Aksa
"Dan aku mau bilang, aku bukan nya memilih Varo dan meninggalkan kamu Aksa" Jelas Ziva
"Iya maaf, aku cemburu jadi lepas kontrol" Ucap Aksa
"Yauda yuk kita balik ke hotel udah mau pulang" Ajak Aksa
Aksa berjalan duluan, dan menyadari Ziva masih diam ditempatnya. "Hei, tunggu apa?" Ucap Aksa
Ziva masih terdiam mengamati sekelilingnya, matahari mulai meninggi.
Aksa menghampiri Ziva dan menarik tangannya, "jalan sekarang atau gue tinggal?" Ucap AksaZiva mengimbangi langkah kaki Aksa yang cepat, sesampainya dihotel mereka bersiap untuk pulang karena esok mereka harus sekolah.
Saat berjalan menuju kamar Ziva, tak sengaja Ziva berpapasan dengan Varo.
"Eh kok baru sampe? Kemana aja?" Tanya Varo
"E-eh, a-abis jalan jalan dulu di hutan" Ucap Ziva
"Dihutan?" Varo heran
"I-i-iya sama Aksa"
"Oh sama Aksa, pantes lama" Ucap Varo
"Gue tunggu di bus" Lanjut Varo.
Di bus terjadi adu mulut antara Aksa dan Varo, merebutkan bangku disebelah Ziva. Ziva duduk di bangku 3 seat bersama dua sahabatnya, Safella dan Kiora. Sedangkan Aksa dan Varo disebelahnya dengan 2 seat.
Aksa ingin duduk bersebelahan dengan Ziva, tapi Varo tetap dengan pendiriannya. Ziva hanya menggelengkan kepalanya. "Bisa nggak, ga ribut dulu sebentar aja" ucap Safella yang merasa kebisingan dengan suara mereka berdua.
"Sumpel pake kapas biar ga kedengeran" Ledek Aksa
Audrey yang duduk dibelakang rasanya ingin sesegera mungkin melakukan rencana nya. "Ih sebel banget gue liat Ziva yang kesenengan direbutin 2 cowo. Pokoknya gue harus sesegera mungkin lakuin rencana gue" Ucap Audrey pelan.
Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam, sekarang mereka sampai di tempat awal mereka berangkat. Bukan Alvaro Sehdaze namanya tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan, ia menawarkan Ziva untuk pulang bersama
"Ziv, pulang bareng kuy" Ajak Varo
"Dih, orang gue duluan yang ngajak pulang bareng" Sahut Aksa
"Bisa diem ga si lu? Gue ngomong sama Ziva" Ucap varo
"Jadi gimana ziv?" Tanya Varo
"E-ehm, bukan maksud nolak. Tapi kalo kamu anterin aku nanti malah bahaya, liat tangan kamu" Ucap Ziva
"Arghh kenapa sih tangan gue harus gini" Varo memukul tangannya ke stang motor miliknya
"Ahh sakit, ah elah kenapa gue malah mukul tangan sendiri dah" Ucap Varo sambil memandangi Ziva dan Aksa yang makin menjauh
sedangkan Audrey...
"Hai Varo! Berhubung gue belum di jemput, mending lu anter gue aja" Ucap Audrey
"Lu ga liat tangan gue?" Umpat Varo
"Tapi tadi lu mau anter Ziva kan" Ucap Audrey
"Kata Ziva bahaya kalo gue boncengin orang" Alibi Varo
"Jadii.. Gue pulang dulu, bye" Ucap Varo
Ada benarnya juga, tangan kanan Varo susah dipakai untuk mempercepat laju motornya masih dibalut mitella, bagaimana kalau Ziva juga ikut bersamanya.
*******
Malam hari Varo berbaring menatap langit langit kamarnya, sambil memandangi tangannya."Ngeliat tangan, gue jadi keingetan Ziva terus" Ucap Varo
Ketukan pintu terdengar, "Masuk aja nggak dikunci"
Ternyata Varisha, Bunda Varo. Ia mendekati anaknya yang sedang berbaring di ranjang nya, dan terkejut melihat tangan anaknya yang terluka
"Ya Allah kenapa ini Varo? Kamu berantem lagi?" Tanya Varisha
Varo mengangguk, "tarung sama penculik Bun"
"Kamu diculik?"
"Bukan, temen cewe Varo yang diculik, jadi Varo harus bantu bebasin dia"
"Namanya?"
"Zivanni, panggilan nya Ziva"
******
Jangan lupa vote yaaSalam,
Nasywa 230321
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Untuk Alvaro (ZIVARO)
Ficção AdolescenteAlvaro Sehdaze, si ketua Arester menyukai wanita muslimah, Zivanni Suhaa Hafizhah. Jatuh hati pada akhlaknya yang baik dan santun. Selalu menjaga harga dirinya Justru sebuah halangan berasal dari sahabat Zivanni sendiri, Aksa Dan Audrey, sahabat per...