chapter 10

58 13 26
                                    

Varo menahannya, dengan menggenggam pisau si penjahat itu. Darah mengalir dari telapak tangan varo, begitu sakit. Ia lakukan demi Ziva dan yang lainnya. Dipikiranya anak gengster ga boleh kalah dari penjahat penjahat ini.

"VARO!" teriak Ziva, tangannya terikat sempurna kembali dibelakang bangku. Penjahat itu yang melakukan.

Begitu juga safella dan Arkan.

Arkan yang melihat varo berdarah darah, sekuat tenaga ia membuka tali ikatan tangan dan kakinya. Berlari membawa tongkat kayu dan memukul leher penjahat itu.

"Gila lu, var! Nekat juga lu" Ucap arkan

Arkan menyobek kain putih yang tergantung di dekatnya, mengikat luka ditelapak tangan varo dengan kuat. Varo meringis. Membuat kain putih itu berubah menjadi merah

"Jangan kuat kuat, paijo. Sakit" Ucap varo

"Yaelah, lu anak gengster gini doang sakit" Ucap Arkan

Varo membuka kain nya lagi, " Nih lo liat, sakit ga kayak gini?" Menunjukkan luka yang panjang, dan lumayan dalam juga.

"Ih gila lu, nekat banget pake segala genggam tuh pisau" Ucap Arkan

"Sini ah, gue udah iket juga luka lu, mala dibuka lagi" Ucap Arkan

"Ga ada niatan buat lepasin ikatan kita gitu?" Ucap safella

Aksa dan Arkan membukakan ikatan safella dan Ziva

"Kamu gapapa? Ya ampun sampe begini" Ucap Ziva cemas

"Gapapa kok, santai aja" Ucap varo berusaha tenang, walau masih terlihat raut wajah yang kesakitan

"Maaf ya, karena aku kalian harus terjebak di sini" Ucap Ziva

"Ini salah gue, kalo gue narik lo ikut lari sama gue. Pasti nggak akan kayak gini" Ucap safella

"Ini semua udah Allah yang takdirin, kita ga bisa menyalahkan" Ucap Aksa

"Ar, telfon Daniel minta bawa mobil hotel kesini" Ucap varo

Arkan menelfon Daniel, mereka keluar dari pondok. Varo berada disamping Ziva.

Tiba tiba

BUKK! sebuah pukulan keras menghantam bagian belakang Ziva, dan akhirnya tak sadarkan diri

"Salah koplak, lu mukul anak cowo ini bukan cewenya" Ucap salah satu penjahat

Alvaro menangkap Ziva, untung saja tidak jatuh sampai ke tanah. Arkan refleks meninju muka penjahat itu, penjahat itu jatuh pingsan.

"Apa lo? Sini maju. Tinggal lo sendiri sekarang" Ucap Aksa

Penjahat itu kabur entah kemana.

Telfon masuk dari Daniel, "ar, gue udah diparkiran bus tadi"

"Gue kesana sekarang" Ucap arkan.

"Aksa sama arkan, lu bawa motor ninja. Safella ikut gue" Ucap varo

Tangannya cekatan menggendong Ziva ala bridal style, "cepet kita harus balik, sebelum ada yang dateng lagi"

"Tangan lo?" Tanya Aksa

"Ga usah peduliin" Jawab varo

Mereka berlari ditengah hening dan dinginnya malam. Suasana yang sangat gelap. Darah kembali mengalir dari telapak tangan varo membuat kain itu benar benar basah dengan cairan merah, akibat dia menggendong Ziva.

Sempat berhenti mengambil napas panjang. Kalau menuruti tubuhnya, ia sudah tak kuat lagi. Tapi demi Ziva ia terus berjalan mengejar teman temannya yang berlari. Aksa menawarkan untuk bergantian dengannya menggendong Ziva, tapi ia menolak nya

Sesampainya di mobil, Daniel terkejut dengan kondisi mereka semua. "K-kalian kenapa?" Hanya itu yang keluar dari mulut nya

"Panjang cerita nya, niel" Ucap varo sambil mendudukkan Ziva di bangku belakang bersama safella

Sebelum varo menutup pintu mobil bagian depan, arkan memanggilnya. "Varo!"

Tangan arkan menyambar tangan varo yang masih terbalut kain putih. Arkan mengikat kan kain putih lagi diatas kain putih yang sudah merah dan basah karena darah itu.

"Makasih, lu emang perhatian sama gue"

*****
Sesampainya didepan hotel, Ziva belum sadar dari pingsannya. Varo kembali menggendong Ziva ala bridal style. Mereka ingin menggunakan lift tapi apa daya lift baru saja tertutup dan mengangkut banyak orang. Tak ada jalan lain, mereka menaikinya tangga sampai ke lantai 5

"Sial! Lift nya udah ketutup"

"Kita naik tangga, cepet!" Ucap varo

"Yakin lo? Liat kondisi lo, var" Ucap Arkan

"Semakin cepat semakin bagus, ayo" Ucap varo meninggalkan teman temannya

Di pertengahan lantai 3,nafas Varo tersengal. Tangannya sangat sangat sakit, ingin rasanya bergantian dengan Aksa. Tapi ini juga demi merebut hati Ziva.

"Kalo lu udah ga kuat, biar gue aja yang gantiin lu" Ucap Aksa menawarkan

"Gapapa, masih kuat" Ucap varo

Bayangkan saja, dari pondok itu sampai ke parkiran saja sudah hampir satu kilometer. Ditambah dari lantai 1 sampai 5, dengan menaiki tangga. Untuk orang yang sehat sehat saja, mungkin mudah. Tetapi dengan kondisi menggendong wanita dengan tangan yang habis terluka, apakah mudah?

*****
Jangan lupa vote yaa

Salam,
Nasywazh, 130321

Bidadari Untuk Alvaro (ZIVARO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang