Chapter 2

101 34 17
                                    

" hah? Masa Alvaro suka sama aku?" ucap Zivanni kaget

" ya kali aja, dengan dia minta maaf dia bisa merebut hati kamu, Ziv" ucap Aksa

"udah ah, sekarang gimana kaki kamu? Varo keras banget ya slengkat kamu?" tanya Ziva 

Aksa senang Ziva sangat perhatian dengan dirinya

"lumayan keras, tapi ini udah biasa. Tenang aja, 1-2 hari lagi juga bakal pulih lagi" ucap Aksa menenangkan Ziva yang terlihat cemas

"M-mau aku bawa ke klinik aja?"tanya Ziva

"Kalo nggak ngerepotin. Lagian ini juga masih sakit banget, untung kamu dateng daritadi nggak ada tuh yang merhatiin aku" ucap Aksa dan didengar Safella

"eh, enak aja! Tadi dah aku tawarin ke klinik aja, kamu nya yang nggak mau" ucap Safella

"Yaudah, nanti pulang kita ke klinik" ucap Ziva

Sepulang sekolah Ziva dan Aksa berpapasan dengan Alvaro yang ingin pergi ke markas Arester.

Alvaro melihat Aksa berjalan dibantu dengan 2 teman lainnya

Ziva menundukkan pandangan, sementara Aksa terus menatap mata dingin Alvaro

Mereka berdua langsung pergi ke klinik dengan mobil Ziva yang dikendarai Abangnya, Zayyan.

Ditengah jalan, ia melihat 2 kelompok-mungkin gengster-yang akan tawuran dijalan, sehingga mengharuskan mobil Ziva memutar balik

tetapi...

"tunggu bang" cegah Ziva

"Kenapa, Ziv? ini bahaya kita harus cepet pergi" ucap Bang Zayyan

"pinggirin mobilnya dulu bang" ucap Ziva

bang Zayyan mengikutinya

"Itu geng Arester kan? itu ada Alvaro" Tanya Ziva

"iya kayaknya, Arester beraksi lagi" ucap Aksa

"Gimana caranya kita harus bubarin tawuran itu, itu bisa nyelakain mereka semua terutama Varo. Dia ketuanya, pasti dia yang paling diincar" ucap Ziva tak sadar telah mengkhawatirkan varo

"Kok lu jadi khawatirin si Alvaro? Dia itu ketua gengster kejam, Ziv. Suka bully orang orang yang lemah, Ziv" ucap Aksa agak sewot

"iya aku tau, sa. Nggak ada yang ga tau Varo seperti apa. Tapi lebih baik mencegah daripada mengobati, sa" ucap Ziva

"tapi tadi lu ajak gue ke klinik, Ziv. Sekarang lu malah ngurusin si Varo, yang udah bikin gue celaka" ucap Aksa

"Jadi gimana nih?" tanya bang zayyan

"Kita disini dulu" ucap Ziva keukeuh

Aksa memutar bola matanya, ia merasa kesal dengan Ziva. Bisa bisanya ia lebih memilih si ketua gengster tukang pukul itu dibanding dirinya yang sedang terluka

Kedua kelompok sudah beraksi, adu pukul dan tinju terjadi

Ziva terus memerhatikan ketua Arester, memantau dari jauh. Sesekali terlihat ngeri saat pukulan demi pukulan mendarat di muka dan perutnya alvaro

Hingga satu orang menggores tangan Alvaro dengan pisau,  darah mengucur deras dari tangan Varo diduga itu adalah Daze, anggota tim lawan, Zyrex.

Ziva berteriak kecil dalam mobil, sesegera mungkin ia menelfon polisi

polisi datang dan langsung membubarkan aksi tawuran itu, beberapa orang ditangkap termasuk Varo

Ziva berlari menuju Varo dengan tangan yang menggenggam mitela (kain untuk membalut luka) , Aksa yang melihatnya terdiam menatap kepergian Ziva ke orang yang baru ia ajak bicara hari ini.

"Pak, tolong jangan bawa teman saya" ucap Ziva

Varo yang sedari tadi menunduk tak berdaya, mendangak dan mendapati seorang wanita dengan hijab panjang

"Z-ziva?" ucap Varo terbata bata

"D-dia dijebak pak, dia ga tau apa apa. Dia ketua..."

Alvari takut Ziva memberitahu kalau dia ketua Arester

"Ketua Hadroh di sekolah saya pak" ucap Ziva berbohong, Varo lega mendengarnya

polisi itu melepaskannya,

Ziva menggulung lengan jaket Varo sampai ke atas siku, goresan pisau itu cukup panjang dan dalam

Ziva mencari air untuk membersihkan tangan Varo, tetap saja darah terus mengucur dari luka varo

Ziva melirik wajah Varo yang terlihat kesakitan

"Anak gengster masa gini doang sakit" Ucap Ziva terkekeh

"Gengster juga manusia kali" Ucap Varo yang tak Terima diledek

"Ih ini darah ga mau berenti, kamu hemofilia ya?" Ucap Ziva

"Enak aja! Biasa nya ga gini" Ucap varo

Ziva membalut luka varo dengan mitela dan mengikatnya ujung mitela dengan cukup kuat

"Shh.. Wish kencang banget sih. Btw lu anak PMR?" tanya varo

Ziva mengangguk dan membantu Varo berjalan ke mobilnya

Varo memegang lengang Ziva yang tertutupi jaket

sesekali ia melirik wajah Ziva, kali ini Varo benar benar jatuh hati pada Ziva

saat memasuki mobil, terlihat wajah jutek Aksa. Ziva duduk didepan bersama abangnya, sedangkan Aksa dengan Varo dibelakang

"BTW, makasih Ziv udah nolongin gue." Ucap Varo

"iya sama sama" ucap ziva

"lu suka sama Ziva kan? ga usah bohong. Ketua gengster yang sangar dan kejam tiba tiba jadi bisa minta maaf dan ngucapin makasih?" ucap aksa

"Semua orang bisa berubah, tapi gue belum berubah. Masih tetep jadi ketua arester yang sangar dan kejam" Jawab Varo

"kamu jangan geer dulu,Var. Aku nolongin kamu karena ga mau temen temen kamu juga ikut celaka, dan klo kamu tadi dibawa sama polisi itu gimana perasaan bunda kamu?" ucap ziva

"kenapa lu cuma khawatirin temen temen gue?" tanya varo

"ga perlu tau" ucap ziva

"tanpa lu kasi tau gue juga udah tau, Ziv" ucap varo

"lu sebenernya juga khawatirin gue, terlebih gue ini ketua arester yang pasti paling mereka incer. yang paling ingin mereka lukai, ya gue" ucap varo

ziva kaget, apakah varo bisa membaca isi hati ziva?

Mereka sudah sampai di klinik, Aksa dan Varo segera ditangani dokter

Ziva menunggu Aksa dan Varo di luar ruang periksa bersama abangnya, Bang Zayyan.

Mereka berdua keluar, pemandangan yang sangat enak dipandang dan mungkin sangat jarang dilihat

Varo membantu Aksa berjalan keluar ruangan

"Nah gitu dong, kan lebih enak kalo akur" Ucap Bang Zayyan

Hari ini Alvaro, si ketua Arester, jatuh hati pada Ziva

Sedangkan Ziva belum mempunyai rasa apa apa dengan Varo, belum bukan berarti tidak punya.



















Bidadari Untuk Alvaro (ZIVARO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang