16. Kondisi Drop

175 33 15
                                    

Happy reading
.
.
.

Sudah hampir setahun Windi terkena penyakit yang ia alami, namun belum sekali pun sampai saat ini ia mengatakan yang sebenarnya pada yutama.

Hari terus berjalan sampai seterusnya, windi pun sampai saat ini masih enggan untuk berbicara jujur mengenai penyakit yang ia idap selama ini.

Windi terlalu kalut untuk menutupi penyakit nya, berlagak baik-baik saja di hadapan yutama. Ia tidak ingin pikiran yutama terusik dan malah tak fokus dengan pendidikan anak laki-laki tersebut.

Windi hanya bisa menutupi rasa sakit nya dengan senyuman yang pilu, penuh ringisan.

"Sayang, sampai kapan nutupin ini semua ke yutama?" Laytaka bertanya, wanita yang merupakan ibu kandung windi ini terduduk di samping windi.

"Ngga tau ma,"

"Windi, jujur saja. Dari pada kamu mendam ini semua, mama ga bisa lihat yutama tersakiti nantinya."

"Windi ga ada nyakitin kak yutama ma, malah windi mau dia bahagia." Elak anak gadis ini.

"Tapi kalau kamu nutupin penyakit kamu dari yutama, sama aja win. Kamu nyakitin perasaan yutama." Laytaka mutlak berbicara, anak gadis nya memilih untuk bungkam. "Mau sampai kapan win? Sampai yutama yang tahu sendiri tentang penyakit mu itu?"

"Ma, udah. Windi ga mau bahas penyakit dulu."

"Terserah kamu win, mama cuma bisa ngasih tau aja." Lirih laytaka.

Windi memilih untuk diam beberapa saat, mencoba menelan beberapa pil obat khusus milik nya. Ia merasa hidup nya tidak akan bisa melewati masa remajanya dengan baik. Windi orang yang pesimis, menganggap dirinya gagal sebelum memulai. Windi orang yang penakut, takut untuk menerima kenyataan bahwa dirinya tak bisa di selamatkan.

Tuhan masih memberikannya napas sampai sekarang, memberikan rasa sakit pada dadanya yang harus ia tutupi di depan banyak orang hampir setahun. Ia menutupi rasa sakitnya dengan senyuman palsu yang pilu. Windi sedang tak baik-baik saja, windi tak pernah menganggap dirinya kuat.

"Ma, pendonor nya windi masih belum ada?"

Laytaka menggelengkan kepala kecil, rasanya dunia kecilnya hancur bagaikan hemburan kapas. Letih menanti muncul nya mujikzat dari Tuhan, tapi sampai sekarang belum ada pendonor untuk windi. Jika ia mau, ia akan mendonorkan jantungnya untuk sang anak.

"Mungkin belum rejeki nya windi," lanjut gadis tersebut.

"Tuhan punya jalan yang indah untuk kamu sayang, windi terus berdoa ya biar Tuhan memberikan kesembuhan untuk penyakit windi." Ujar sang ibu.

"Windi ga berharap bisa di selamatkan, windi ga mau ngerepotin papa dan mama lagi. Windi rasa, untuk bertahan di dunia ini hanya sisa beberapa bulan aja."

"Sst! Mama ga suka windi lemah, dimana windi kuat yang mama tahui?"

Windi menunduk, rasa sesak pada dadanya semakin terasa saat sang mama mulai menangis deras.

"Mama jangan nangis." Tukas anak tersebut. Ia menghapus air mata sang ibu perlahan, "windi ga bisa lihat mama sedih."

"Mama iklas, iklas jika nantinya windi memilih untuk lepas dari ikatan dunia ini."

HABROMANIA || Yuwin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang