05. Surat

196 54 21
                                    

Happy reading
.
.
.

'Sebuah kata-kata kecil yang membuat ku tersentuh'

Windina, berjalan menyelusuri koridor. Pandangannya lurus, langkah kakinya bak model profesional. Bagaimana tidak, semua siswa laki-laki menjadi oleng karenanya?

Membuka loker miliknya yang agak- Tunggu! lokernya tidak terkunci? bukankah setiap pulang sekolah ia sudah memastikan bahwa dirinya sudah mengunci loker pribadinya?

Windi menoleh kanan dan kiri, semua siswa yang berada di koridor hanya fokus pada kesibukan mereka sendiri. Perempuan ini menghela napas, melihat isi lokernya yang penuh dengan makanan. Hei, ayolah.. Windi tidak serakus itu untuk makan semua makanan yang berada di loker ini.

"Kerjaan siapa si?" gerutu Windi seraya mengumam.

Bayangkan, loker Windi penuh dengan cokelat dan permen. Padahal hari valentine masih jauh, kenapa ada orang yang membelinya cokelat sebanyak itu.

"Gimana mau naruh buku pinjaman kalo cokelat nya sebanyak ini?" keluh Windi. Ia meraba ujung loker, semoga masih ada tempat disana.

"Eit, ini apa?" Windi malah menemukan sebuah amplop putih yang unik sekali bentuknya.

Windi menyimpan amplop itu kedalam saku rompi, benar-benar kecil. Dan sekarang, Windi harus benar-benar membersihkan lokernya dari cokelat manis ini.

"Temen-temen, ada yang mau cokelat ga?" pekik Windi seraya mengambil semua cokelat dan hanya menyisakan 5 bungkus cokelat di loker.

"Wih! bagi-bagi nih ceritanya?" ucap semua siswa bersorak. Entah kakak kelas atau teman seangkatan dari mana, semua siswi mengerubungi Windi.

"Iya kak, ga mungkin Windi makan semuanya. Ini kalian bagi satu-satu ya, jangan maruk." ucap Windi seraya menyerahkan semua cokelat itu kepada semua siswi.

Windi tersenyum manis, ya setidaknya setengah dari mereka kebagian cokelat manis itu. Ia menaruh buku pinjaman di loker dan mengambil 5 cokelat yang masih tersisa disana. Menutup loker dan mengunci rapat-rapat, semoga saja tidak ada kejadian seperti ini lagi.

Windi berjalan lagi menuju kelasnya di lantai 2, tatapannya masih lurus dan fokus. Hanya saja, jika ada yang menyapa Windi tak segan-segan membalasnya dengan ramah.

Jadi, dengan cara menyapa bisa membuat kalian ternotice oleh Windi.

Sebenarnya cokelat yang ia sisihkan itu tidak hanya untuk dia, tapi Windi juga akan membagikannya kepada Jenita dan teman-teman barunya.

.
.
.

"Lama banget, kamu kesiangan?" baru saja Windi melangkah masuk ke kelas, ia sudah di sambut oleh pertanyaan Jenita.

Windi menggeleng, "Belum bel masuk kan? berarti aku ga kesiangan." tandas Windi. Ia duduk di bangku miliknya, meletakkan tas di kolong meja.

"Oh iya, nanti ketemu sama kak Tya yuk. Aku ada sesuatu buat dia." ajak Windi disela-sela meletakkan buku diatas meja.

"Ngapain? sesuatu apa?" penasaran Jenita. Windi mengulas senyum kecil, "Nanti kamu dapat juga pas istirahat." sahut Windi.

HABROMANIA || Yuwin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang