05

3.2K 383 63
                                    

Happy reading~
__________________________________

"Naik."

"Eh?"

(y/n) berusaha mencerna omongan Fang. Fang hanya menatap bingung. Fang lalu berdiri.

"Kau duduk dulu." Fang menyuruh (y/n) untuk duduk di kursi. (y/n) hanya menurut. Fang kembali berjongkok.

"Naikkan kakimu sedikit." ucap Fang.

"Oke?"

Fang lalu menekan tombol di kacamata ungunya dan ternyata dia meng-scan kaki (y/n).

Para readers kecewa :v

"Kakimu sebentar lagi sembuh. Dan mungkin...sudah agak tidak sakit. Coba kau gerakkan sedikit." ujar Fang kembali berdiri.

(y/n) menggerakkan kakinya dan ternyata memang sudah agak tidak sakit.

"Wah, iya benar."

"Oh, ya tadi kau bilang mau ke kedai Tok Aba, kan?" tanya Fang.

"Eh, iya."
.

.

.

.

Kedai Tok Aba ramai pengunjung seperti biasa. Para Elemental tentunya bekerja seperti biasa. Libur sekolah tak ke mana-mana itu menyenangkan.

"Mana gadis itu?" tanya Gempa bersedekap dada.

"Entah. Mungkin dia malah rebahan di rumah dengan alasan sakit kaki." terka Solar.

"Dasar. Bukannya membantu kita." ujar Duri.

"Lihat saja nanti."

"Hai, Boboiboy!"

Para Elemental menoleh dan ternyata teman mereka sudah datang, tapi di mana Fang? Mereka tak melihat Fang.

"Mana Fang?" tanya Ais.

"Tadi dia sudah duluan ke sini. Memangnga belum sampai?" ucap Gopal.

"Belum."

"Haiyya, ke mana anak itu?" tanya Ying.

"Eh? Itu dia!" pekik Yaya.

Mereka menoleh dan mendapati Fang yang sedang berjalan beriringan dengan (y/n). Mereka mengobrol dan tertawa, membuat para Elemental ngerasa gak nyaman melihat pemandangan itu.

Gopal, Ying dan Yaya tersenyum jahil.

"Owh, lihat! Mereka sangat manis." ujar Yaya memanas-manasi para Elemental.

"Iya, benar! Mereka sangat cocok!" Ying juga ikut memanas-manasi.

Gopal hanya menahan tawa. Ingin sekali dia tertawa terbahak-bahak, tapi dia masih ingin hidup. Para Elemental mengepalkan tangannya dan membuang muka.
.

.

.

.

Hari mulai senja. Segera mereka menutup kedai dan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, (y/n) duduk di sofa lalu perlahan membuka perbannya. Dia menggerakkan kakinya sedikit dan dirasa sudah tidak sakit.

(y/n) membetulkan kacamatanya lalu beranjak ke dapur. (y/n) harus memasak makan malam untuk para Elemental.

(y/n) membiarkan rambut ya terurai, membuatnya terlihat menawan. (y/n) mengambil pisau dan talenan. Dia mengambil sayur lalu berniat memotong sayur itu, tapi terhenti. (y/n) menatap pisau itu, seperti dia mengingat sesuatu.

Dia memandang pisau itu cukup lama. Entah kenapa, tangannya bergetar melihat pisau itu. Lamunannya disadarkan oleh suara tawa seseorang dan ternyata itu Taufan, Blaze dan Duri yang sedang menjahili elemental lain.

Sebuah kehangatan keluarga. (y/n) belum pernah merasakan itu. Loh? Bukannya dia tinggal bersama Amato dan Mara? Iya, memang, tapi Amato dan Mara juga punya pekerjaan, sehingga jarang pulang.

(y/n) menggelengkan kepalanya pelan lalu melanjutkan aktivitasnya.
.

.

.

.

(y/n) terbangun dari tidurnya di tengah malam. Dia melangkah ke bawah menuju dapur untuk meminum segelas air putih. Saat melangkah ke dapur, dia mendengar sesuatu. Berasal dari luar.

(y/n) sedikit gemetar, tapi dia memberanikan diri dan mengintip dari jendela dapur. Tak ada apa-apa.

"Aneh. Tadi sepertinya aku mendengar sesuatu." ujar (y/n).

Karena tak mau dipikirkan, (y/n) kembali ke kamarnya untuk tidur, tapi ada sesuatu yang membuat ia menyadari kalau ada yang salah.

'Tunggu, besok hari senin dan hari senin adalah hari sekolah, kan? Tapi aku, kan...'

'Kenapa baru sadar sekarang!?' jerit (y/n) dalam hati.

Sementara di luar rumahh...

"Aduh, bagaimana ini? Kalau aku menghampirinya, apa dia mau menjadi tuanku?"
.

.

.

"Jika kau mau keluar, jangan lupa kunci pintu." Gempa melempar kunci rumah dan ditangkap oleh (y/n).

"Jangan macam-macam di rumah." ujar Hali.

Mereka pergi sekolah. (y/n) harus diam di rumah sendirian. Tak melakukan apa-apa karena semua pekerjaannya sudah selesai, tapi nanti dia harus membuka kedai jam satu siang, tepat saat para Elemental pulang.

(y/n) keluar rumah untuk membeli garam ke warung terdekat. Tak lupa sebelum pergi, ia mengunci pintu.

Saat kembali ke rumah, ia merasakan ada sesuatu yang aneh. (y/n) mengedikkan bahunya tanda tak acuh. Saat menaruh garam itu di dapur, dia merasakan ada sesuatu di belakangnya.

(y/n) menengok ke belakang dengan patah-patah. Mukanya sudah pucat, mengira kalau itu hantu.

"KYAAAAA!!!"

.

.

.

.

Tbc~

Pendek? Maapkeun Author lagi bingung soalnya, tapi nanti akan Author perpanjang lagi chapnya, ok?

See you next chapter, bye~

Find The Happiness [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang