°•-----*♪:♪*-----•°
..
.
.
.
.
"Bokuto-san, mau mampir dulu?" tawar Akaashi saat sampai di depan rumah.
"Ya, sepertinya..." jawab Bokuto sambik menunjuk Shota yang sudah tertidur lelap dibahu Akaashi.
Akaashi terkekeh kecil kemudian mengelus pelan punggung mungil Shota.
"Kalau begitu mari masuk, akan kubuatkan teh"
"Baiklah.. Terima kasih"
Mereka pun masuk kedalam rumah Akaashi.
"Tadaimaa!"
"Permisi.."
Saat mau melepas sepatunya, Bokuto terhenti sejenak saat melihat sepatu wanita berwarna reven yang terlihat sangat familiar dimatanya.
'Sepatu ini... Dimana aku pernah melihatnya..'
"Okairinasai!.."
Belum sempat Bokuto bertanya tentang pemilik sepatu reven tersebut ia dikejutkan oleh seorang wanita yang tiba-tiba keluar dan menyambar pelukan kearah Akaashi.
"Keiji~ mama merindukanmu~" ucap Wanita itu lalu mempererat pelukannya hingga yang dipeluk merintih.
"Bibi... Sesak... Uhuk.."
Wanita itu melepaskan pelukannya kemudian menangkup wajah Akaashi dan menatapnya lamat.
Ia tersenyum manis lalu kembali berucap.
"Kau semakin bertambah cantik ya, Keiji-kun~" Wajah Akaashi memerah, refleks membuang muka kesamping.
"Te-terima kasih.." sahutnya pelan. Lawan bicaranya hanya tertawa kecil setelah sukses menggoda pemuda bermanik Gunmental itu.
Anehnya Akaashi tidak menyangkal perkataan itu, reaksinya berbeda saat orang lain memujinya Cantik.
Terkadang dia akan protes seperti mengatakan 'Aku ini laki-laki' atau 'Berhenti memanggilku cantik'. Tapi 1 protesan pun tidak ia lontarkan pada wanita yang datang tiba-tiba dan menyambarnya tadi.
Sedangkan Bokuto hanya bisa diam melihat Wanita tersebut sangking terkejutnya.
"...... Mama?" panggil Bokuto.
Note: disini aku bakal pake nama asli dari orang tuanya Bokuto juga biar gk ribet jalan ceritanya.
Ayah Bokuto: Bokuto Rintaro
Ibu Bokuto : Bokuto NagisaWanita yang dipanggil mama oleh Bokuto tadi menoleh kearahnya. Wajahnya juga tak kalah terkejut.
"KOU?!"
"Kou?.."
"Apa yang mama lakukan disini?" Tanya Bokuto.
"Seharusnya mama yang bertanya seperti itu.." Ucap Nagisa sambil menjentik kening Bokuto agak keras membuat putranya itu meringis.