"Aku pulang.... Keiji"
-Shirofuku Izumi-
..
.
.
.
***""***
Bokuto, dengan stelan santai dan ponsel di tangan nya sedang menunggu Akaashi yang tengah bersiap untuk pergi ke bandara. Sudah sekitar 20 menit Bokuto menunggu namun Akaashi tak kunjung keluar.
"Bokuto-san, aku sudah siap" suara lembut muncul dari balik pintu membuat Bokuto menoleh.
"Hm~ kaulama Sekali Kaashi, bukan kah hanya ke bandara saja? Kenapa berpakaian begitu rapi?" tanya Bokuto terganggu.
"Aku hanya berusaha untuk terlihat sopan, lagi pula dia adik laki-laki Shirofuku-san. Kau tidak perlu sampai merasa terancam begitu"
Bokuto membelalakkan matanya, "Aku tidak merasa terancam! Itu sikap waspada Kaashi" jawab nya tidak terima.
Akaashi terkekeh kecil dan menepuk kepala Bokuto lembut, "baiklah-baiklah. Ayo kita berangkat, pesawatnya akan mendarat sekitar 1 jam lagi, kita harus segera pergi"
Bokuto mengangguk, mereka segera memasuki mobil milik keluarga Bokuto yang diparkirkan di depan rumah kemudian segera berangkat kearah bandara kota.
****
Pesawat mendarat dengan lancar, Akaashi duduk disebuah kursi tunggu di bandara ditemani Bokuto disamping nya yang sedang memakan sekantong cemilan. Jari ramping Akaashi menyentuh sudut bibir Bokuto yang tampak sedikit belepotan.
Pipi Bokuto menghangat dengan adanya sikap perhatian Akaashi, hanya dengan begini saja bisa dipastikan Bokuto sudah jatuh cinta pada Akaashi untuk ke sekian kalinya dalam diam. Bokuto tersenyum lebar setelah Akaashi selesai membersihkan mulutnya.
Akaashi terkekeh kecil dengan sedikut rona samar menyebar ke telinga nya.
"Kau seperti anak kecil" -Akaashi
"Aku tau, hehe" -Bokuto
Suasana romantis dan enak dipandang itu tak berlangsung lama hingga suara yang familiar ditelinga Akaashi berteriak memanggil namanya.
Akaashi menoleh kanan kiri mencari sumber suara tersebut dan pada akhirnya ia mendapati Izumi, teman masa kecilnya, dari kejauhan sedang menyeret sebuah koper besar dan sebuah ransel dipundak nya.
Refleks Akaashi berlari mendekat dan tanpa hitungan detik ia sudah berada di dalam dekapan Izumi. Pemandangan itu jelas membuat mood Bokuto yang tadinya baik menjadi jelek seketika. Alisnya mengernyit tidak senang dengan mulut yang melengkung seperti anak kecil yang sedang kesal.
"Kau lama sekali di Amerika! Apa kau tidak berniat pulang kesini untuk menemui kakak mu dan aku?" omel Akaashi setelah melepas pelukan nya dan mundur beberapa langkah memberi mereka ruang untuk bicara.
"Baiklah, baiklah. Maaf... Kau tau kan banyak sekali surat yang perlu ku bereskan sebagai perwakilan ayahku?" Izumi menggaruk kepalanya dan menyengir polos. Tangannya bergerak keatas kepala Akaashi berniat menepuknya lembut namun dicegat oleh orang yang tampak asing baginya tiba-tiba muncul di belakang Akaashi.