Sepercik Luka

1.8K 178 41
                                    

Ackerman

Distrik Trost.Tempat Mikasa berada saat ini.Yang dilakukannnya sekarang adalah mengevakuasi para korban dampak ledakan bom.Ralat.mencatat nama-nama korban yang tidak selamat.

Sudah banyak korban yang menjadi santapan perang ini.Nyawa semua orang Paradis saat ini mungkin hanyalah sebuah hidangan yang siap disantap oleh kematian.Mereka yang paling lama bertahan akan menjadi hidangan penutup,sedangkan orang-orang yang bisa bertahan sampai akhir dialah yang akan menjadi pemenangnya.Dia adalah pemakan hidangan yang disajikan tersebut.Sang pemenang.

Mikasa hanya diam menatap mayat-mayat dengan banyak darah yang berceceran di sana-sini.Kepalanya terasa sakit.Setelah melihat semua ini,mengingatkannya pada seseorang yang selalu menyanyanginya.

Carla-Ibu Eren. sosok yang selama ini menjadi pengganti peran ibunya.

Tak ingin berlama-lama mengingat rasa pedih ingatan masalalu-nya,Mikasa segera beranjak pergi dari tempatnya setelah mencatat nama-nama korban yang sudah tiada.

Mikasa melanjutkan langkahnya mengelilingi distrik Trost,namun langkahnya terhenti ketika melihat gadis kecil yang menangis sambil memegangi tangan mayat sosok wanita di hadapannya.Mikasa berpikir wanita tersebut adalah Ibu dari gadis kecil itu.Lalu mikasa pun melangkahkan kakinya mendekati gadis kecil tersebut.

"Jangan menangis."Ucap Mikasa menenangkan gadis itu.Gadis kecil itu mengingatkan dirinya saat kecil dulu.

"Ta-tapi ibuku su-sudah tidak ada."Ucap gadis itu tersenggal-senggal karena tangisnya.

"Sekarang aku sendirian."Ucapnya lagi menatap jasad ibunya dengan sendu.

"Di mana kerabatmu?"Tanya Mikasa heran.

"Aku tidak tau."Jawab gadis kecil itu.Persis seperti Mikasa dulu.

"sudah lah jangan menangis lagi,ibumu pasti sedih melihat putri kesayangannya lemah seperti ini."Ucap Mikasa menenangkan sambil memeluk gadis kecil itu.

"Apakah jika aku tersenyum ibuku akan bahagia?"Tanya gadis kecil itu menatap Mikasa dengan cairan bening memenuhi mata-nya.

"Tentu saja,ibumu pasti akan sangat bahagia di atas sana."Jawaban Mikasa membuat gadis kecil itu melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Baiklah kak,mulai saat ini aku berjanji tidak akan menangis lagi."Ucap gadis kecil itu sambil mengusap air matanya.

"janji?"Tanya Mikasa.

"Ya!janji!"Jawabnya sambil menautkan jari kelingkingnya dengan Mikasa.Tanda perjanjian anak kecil.Lalu mereka tertawa.

"Siapa namamu?"Tanya Mikasa.

"Lousie."Jawabnya gadis kecil itu.

"Ayo ikut bersamaku."Ajak Mikasa menggadeng tangan Lousie.

"Bagaimana dengan ibuku?"Tanyanya.

"Aku akan menyuruh temanku."Jawab Mikasa.

Banyak prajurit yang heran karena Mikasa bercanda ria dengan seorang gadis kecil yang sedang digandengnya.Semua orang mengira Mikasa hanya peduli pada Eren saja.Ternyata dugaan mereka salah

Ackerman's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang