Sebuah Ungkapan

765 89 21
                                    

Ackerman

“KAPTEN!”Mikasa berteriak sekencang mungkin.Tapi itu semua terlambat,mereka berdua lupa musuh lain bisa datang kapan saja.

Mikasa langsung menghampiri Levi yang berusaha menahan rasa sakitnya.

Beruntung saja Peluru itu tidak mengenai jantung Levi,Hanya saja Bahu kanannya terluka.

“Kapten apa kau baik baik saja?”Tanya Mikasa yang berada tepat di depan Levi tapi membelakangi lelaki itu.Gadis itu berusaha menjadi tameng untuk Levi.

Levi berusaha menahan rasa sakitnya.Melihat Mikasa yang berjuang sendirian,lelaki itu merasa tak tega membiarkannya.Apalagi sekarang  pasti Mikasa harus membagi pikirannya menjadi dua.Melindungi Levi dan fokus untuk menghadapi dan menyerang musuh.Dan jangan lupakan Mikasa yang baru sembuh dari luka tembaknya.

“Gadis bodoh,pertanyaan macam apa itu?!”Umpat Levi kesal.Tidak benar-benar kesal.

“Ah maaf hanya saja aku merasa sangat khawatir.”Ungkapnya jujur.

Levi menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman berbentuk seperti bulan sabit.Jika saja Mikasa melihatnya gadis itu pasti akan terkejut dan merasa horor dengan senyuman itu.

Mikasa menghawatirkan Levi?tentu saja itu membuat hati Levi merasa uhhmmm tidak bisa dijelaskan dengan kata kata.

Lupakan itu!
sekarang kita fokus ke perang dadakan ini.

Mikasa hanya berjaga-jaga,gadis itu belum berani melepas pelatuknya.Bisa dibilang hanya menodongkan senjatanya saja.

Bukannya takut,Mikasa hanya tidak ingin salah langkah yang akan merugikan dirinya sendiri dan kaptennya.

sial,situasi ini benar-benar rumit.Jika ada sebuah keajaiban,Mikasa berharap teman-temannya datang kesini.

“Apakah kami terlambat?”Tanya seorang bermuka kuda dengan gaya sok kerennya.

“Maaf membuat kalian menunggu.”

“Aduduh cebolku terluka...”

“Mikasa,bawa Levi pergi dari sini.”

“Baik.”Mikasa mengganggukkan kepalanya,lalu gadis itu memapah Levi membawanya pergi dari peperangan kecil tadi.

Mikasa segera meminjam salah satu kuda milik temannya.Ya,karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengambil kuda miliknya.

“Heh!Gadis suram bodoh! Aku ini tidak pincang. ”Seru Levi saat mereka berdua sampai di pinggir kuda yang Mikasa yakini milik Sasha.

Iya benar juga apa yang dikatakan Kaptennya,mungkin Mikasa terlalu khawatir sehingga lupa bahwa luka Levi berada di lengan bukan di kakinya. Lalu untuk apa gadis itu jauh jauh memapahnya? Dan kenapa kaptennya tidak mengingatkannya sejak tadi saja?

“Apa kau sengaja ingin berada di dekatku? ”Sepertinya ucapan Levi membuat Mikasa sedikit salah tingkah.Bagaimanapun juga Mikasa adalah gadis yang normal.Padahal jika di dengar dari nada Levi sama sekali tidak ada niat untuk menggoda bocah disampingnya ini.

“Sudahlah kapten jangan mengajak berdebat,sebaiknya kita kembali untuk mengobati luka anda.”Ucap Mikasa untuk menututupi rasa gugupnya dan mengubah arah pembicaran kapten cebol yang sialnya tampan itu.

“Kau memang istri idaman.”Ucap Levi pelan namun masih terdengar di telinga Mikasa.

“Ya memang.”Ucap Mikasa tanpa sengaja membalas ucapan random Levi tadi.

“Anda masih bisa sendiri bukan? ”

“Ehmm maksudku menunggang kuda.”Jelas Mikasa.

“Ck,kukira kau ini pintar,tentu saja aku tidak bisa. ”Kesal Levi namun lelaki tidak benar benar kesal.

“Maaf kapten.”

Ada yang sedikit yang berbeda dari Mikasanya kali ini.Jika biasanya gadia itu bernada yang terkesan sarkas,kini perkataan gadis itu menjadi sedikit lemah lembut.yah meskipun hanya sedikit.

“Apakah terasa sakit? ”Tanya Mikasa ketika mengobati luka di bahu kanan Levi.

“Tidak, aku ini kuat.”Jawab Levi big head.

“Akhh sakit bodoh!”Teriak Levi karena Mikasa menekan lukanya dengan keras.Sikap lemah lembutnya sudah menghilang diperjalanan tadi,mungkin karena penghuni hutan paradis hati gadis itu jadi minus.

“Tidik, iki ini kiit. ”Ejek Mikasa menirukan ucapan Levi tadi.

“Kau berani juga ya?”Tanya Levi menatap Mikasa sambil menyeringai,yang ditatap malah ngajak tawur.

“Berani, aku juga kuat.”Balas Mikasa sengit.

“Gadis nakal.”Ucap Levi mencubit hidung Mikasa tanpa ampun.

“Lepas! Aku bisa mati! ”Teriak Mikasa kesal karena tidak mendapatkan oksigen.

“Birini, iki jigi kiit. ”Balas Levi menirukan ejekan Mikasa yang ditujukan padanya tadi.

“Anda menyebalkan,kapten.”Ucap Mikasa merajuk kesal.

“Aku memang tampan.”Sahut Levi sok tuli.

“Ya ya ya,terserah anda,aku pergi silahkan obati luka anda sendiri.”Ucap Mikasa lalu bangkit dari duduknya.

“Apa kau marah, bocah? ”

“Tidak aku hanya kesal.”

“Apakah bocah suram memiliki perasaan?”Tanya Levi.Entah itu ejekan atau apa.

“Meskipun saya suram, saya memiliki perasaan. ”Balas Mikasa, sepertinya gadis itu tersinggung dengan ucapan kaptennya.

“Begitu ya....jadi jika aku memiliki perasaan padamu bocah,apa kau juga akan memiliki perasaan itu? ”Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut seorang Rivaille Ackerman.

Deg

Astaga apa yang kaptennya katakan? Apakah itu sebuah candaan semata atau sebuah kebenaran?
Jantung Mikasa berdetak tak biasa, langkah kakinya terhenti karena ungkapan tak biasa itu.

“Aku tidak bercanda... Jika kau ingin menanyakan itu. ”Ucapnya lagi, membuat bola mata Mikasa membulat sempurna.

“Jangan pikirkan itu lebih baik kau pergi ke kamarmu dan beristirahatlah kau pasti lelah.”

Jangan pikirkan? Setelah dia mengungkapkan perasaannya? Dia berkata jangan pikirkan? Dia sungguh gila dan Mikasa mungkin juga sudah gila karena lelaki itu.

Kaptennya benar Mikasa butuh mengistirahat otaknya yang kacau,dan juga hatinya yang merasa tak karu karuan.

Levi sialan!

Oh iya bagaimana keadaan mereka semua ya?

Ackerman

Next guys?

Pada nungguin ya?

Maaf ya

Silahkan berkeluh kesah disini karena terlalu lama menunggu


Salam ninja,

sylviazakiyya

Ackerman's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang