Twentieth Shoot

2.2K 248 80
                                    

Liu Sang mendesis kesal, dia menyurukkan kepala ke balik selimut, menggoyangkan kepalanya perlahan.

“Gendut sialan, jangan berisik..” dia menggerutu masih dengan mata terpejam.

Tak ada reaksi dari sampingnya. Hanya terdengar bunyi nafas yang turun naik dengan teratur.

“Gendut,” Liu Sang membuka mata, menggosoknya sekilas.

Dia menjulurkan lengan ke samping dan telapak tangannya mendarat tepat di atas wajah Pang Zhi.
Pria gendut itu mengejang dan terjaga seketika.

“Ehh..” dia mengangkat tangan, menampar pergelangan Liu Sang.

“Apa-apaan kau? Aku baru saja terlelap..” suara Pang Zhi serak dan malas.

“Kau bermimpi ?” Liu Sang mengerjap-ngerjap dalam keremangan.

“Nyaris. Apa masalahmu? Kenapa begitu iseng menggangguku..” Pang Zhi menguap, menarik selimut sampai ke lehernya.

“Kau yang menggangguku, kau pasti mengigau dan mengeluarkan suara-suara aneh,” Liu Sang masih bersikeras.

Pang Zhi benar-benar terjaga sekarang.
“Mungkinkah di luar sana terjadi masalah lagi?” dia bangun dan duduk dengan lambat. Kepalanya agak pusing.
“Kau yakin mendengar sesuatu yang aneh?” Pang Zhi memastikan, dia menatap Liu Sang dengan waspada.

Liu Sang menelengkan kepala, untuk sesaat dia tidak mendengar apa-apa. Detik berikutnya dia mendengar lagi.

Apakah suara angin? Tidak, bukan. Suara angin tidak begini. Apa anak srigala di kejauhan? Bukan juga – suara ini mirip..

Liu Sang memejamkan mata, enggan memikirkan opsi terakhir.

Desahan yang tidak lazim.

Saat dia menatap Pang Zhi, ekspresi jelek pria itu melahirkan prasangka jelek juga dalam benaknya.

Liu Sang tiba-tiba sampai pada satu kesimpulan dan seketika kembali menyurukkan kepala ke balik bantal, menutup telinganya.

“Sang, apa yang kau dengar? Heh..!”

Pang Zhi terbengong-bengong beberapa saat. Dia sama sekali tidak mendengar apa-apa. Hanya gemerisik dedaunan dan pekikan burung hantu. Terkadang bunyi ranting patah yang berderak.

Apa yang ditangkap telinga super tajam pemuda ini? Kenapa dia tidak mau mengatakan sesuatu?

Dicekam rasa penasaran, Pang Zhi merangkak keluar tenda. Terduduk beberapa lama dalam keadaan linglung akibat terbangun secara mendadak. Dia menyipitkan mata, mengawasi dua tenda lain yang ditempati paman Jing dan satu lagi ditempati Wu Xie dan Zhang Qiling.

Api unggun sudah mengecil, bahkan nyaris padam. Hanya tersisa bara yang berkelip lemah. Dari dalam masing-masing tenda memancar cahaya temaram yang berasal dari lentera kecil.

Pandangannya tertumbuk pada sekilas bayangan misterius di balik tenda Wu Xie.

Apakah hanya halusinasinya saja, ataukah dia benar-benar menyaksikan siluet dua tubuh yang seolah berdansa dengan indah. Bukan dansa romantis di tengah pesta.

Gerakannya sedikit -- tidak lazim.

Pang Zhi memfokuskan pandangannya. Otak kotornya mulai bereaksi dan mengirim sinyal yang lebih jelas ke matanya. Seketika dia terkekeh geli.

Setelah menggeleng-geleng sesaat, Pang Zhi Kembali merangkak ke dalam tenda, menepuk bahu Liu Sang dengan gaya orang tua.

“Aku tahu sumber suara yang kau dengar,” gumamnya masih terkekeh.

𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐭𝐢𝐜 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang