Twenty First Shoot

1.9K 220 21
                                    

Satu pekan kemudian

Sekawanan burung hinggap di pohon willow, sebagian lagi terbang melintas di atas kanal yang melintasi kota Wuzhou.

Ketiga sahabat itu berjalan beriringan menikmati cuaca senja yang indah di jalanan ramai di tepian kanal yang beriak dengan air berwarna turquoise. Angin musim semi bertiup kencang menyebabkan daun-daun berhamburan dan jatuh di permukaan sungai.

Berjalan bersama-sama sambil membicarakan hal-hal sepele yang penuh canda selalu membawa kesenangan sendiri bagi mereka. Menikmati hari-hari damai yang bisa saja berlangsung singkat.

Baiyun Road disesaki pejalan kaki yang jumlahnya lebih banyak dibanding kendaraan yang berlalu lalang. Kios-kios dan stand makanan berjajar di tepian kanal menawakan segala jenis barang, makanan, minuman, dan buah-buahan.

Ketiganya tengah berdiri santai di depan stand penjual minuman dan masing-masing memegang paper cup berisi capucinno yang masih mengepulkan uap beraroma memikat.

Dengung percakapan terdengar dari berbagai arah diselingi bunyi klakson secara ritmis. Derai tawa dan juga umpatan cabul datang dari sekawanan pemuda. Ketiganya mengawasi dalam kebisuan, membaurkan diri mereka dalam keramaian.

Seorang pemuda nampak berjalan menuju stand minuman dan memesan segelas americano. Di tengah proses menunggu pesanannya jadi, pemuda itu mencermati Pang Zhi lalu sejurus kemudian senyuman tersungging di wajahnya.

“Tuan, apa kabar?” dia mendekati Pang Zhi dan menyapa ramah.

Ketiga orang itu serentak menatap si pemuda. Merasa tidak kenal, Pang Zhi tergagap sesaat.

“Baik. Apa aku mengenalmu?” sahutnya.

Si pemuda tertawa sopan.
“Kau lupa. Tapi itu wajar karena kita hanya bertemu sebentar. Aku pegawai di toko obat Green Healing. Kau ingat?”

Pang Zhi nampak terkejut, kemudian ekspresinya berubah panik dan dia mengumandangkan tawa kaku yang parau dan aneh.

“Ah ya, ya. Tentu saja. Kau pelayan yang ramah itu.”

Si pemuda mengangguk masih dengan tersenyum.
“Oh ya, bagaimana dengan obat yang kau beli waktu itu? Apa berfungsi dengan baik?”

Pang Zhi terperangah, dia melirik sekilas pada Wu Xie sebelum menjawab sambil tertawa.

“Ya, luar biasa. Obatnya bagus sekali.”

Wu Xie mendengarkan penuh perhatian, lalu rasa penasaran menguasainya membuatnya meluncurkan pertanyaan pada si pelayan.

“Obat apa yang dibeli si gendut ini?”

Pemuda itu tertawa agak canggung, dia menggaruk daun telinganya seraya menjawab pelan.

“Yeah, itu – semacam aphrodisiac.”
Wu Xie terbengong-bengong.

“Apa???”

Pang Zhi menengahi dengan bosan, dia mengibas-ngibaskan tangan.
“Sudahlah! Bukan hal yang penting.”

Wu Xie menatapnya bingung.
“Tapi untuk apa kau membeli obat semacam itu, kau kan ..”

“Aku tahu, aku tahu.. lupakan saja!” tukas Pang Zhi sedikit malu, sekaligus kesal dengan sikap lancang pemuda pelayan toko itu.

Si pemuda masih bersikap sopan dan naif, dia berkata ringan tanpa malu,”Aku maklum jika tuan ini membutuhkan obat itu. Beberapa pria di usia tertentu memang –”

“Diamlah!” desis Pang Zhi gusar.

Si pemuda membungkuk ringan, merasa tidak enak kali ini.
“Ah, ya. Aku minta maaf. Tapi anda tidak tertukar meminum obatnya bukan?”

𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐭𝐢𝐜 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang