Twenty Second Shoot

1.8K 218 35
                                    

💧 Happy Reading 💧

Hujan turun deras malam ini dan tidak ada tanda-tanda akan mereda. Wu Xie mengintip dari balik jendela, mengamati ribuan butir air yang jatuh tercerai berai ke bumi.

Menyilangkan lengan di depan dada, dia mencoba menghangatkan diri sendiri. Sweater putih kesayangannya tidak cukup tebal. Malam ini angin lebih dingin dari malam sebelumnya. Tetesan air hujan membasahi kaca jendela, meluncur turun menyisakan jejak yang berliku.

Suasana hening memberinya kenyamanan yang aneh, di mana dirinya bisa menikmati diri sendiri tanpa terusik apa pun, mengulang kembali momen-momen indah yang tak terlupakan.

Wu Xie tersenyum sendiri.
Senyuman manis dan wajah teduh yang menjanjikan perlindungan. Ungkapan rasa yang tertumpah bagai hujan deras. Sentuhan yang lembut. Ciuman panas yang menyakitkan, namun tak ingin ia lepaskan.

Semua tentang Xiao ge, kini tak lagi sederhana.

Pintu terbuka perlahan dan Pang Zhi memunculkan kepalanya.
“Waktunya makan malam, paman kedua menunggumu di meja.”

Wu Xie mengangguk malas. Kenapa sahabatnya yang satu ini selalu tahu saat yang tepat untuk mengganggu dirinya, apa pria itu memang terlahir dengan insting alami untuk mengusik ketenangan orang lain?

Huhh!

Dia mundur dari jendela, menatap sekilas photo Zhang Qiling yang terpasang di dinding, dan berjalan keluar kamar.

Di meja makan sudah ada paman kedua dan Pang Zhi, paman Jing dan beberapa orang pelayan tidak terlihat bergabung, mereka pergi keluar beberapa jam lalu dan belum kembali.

Ruangan itu terasa sepi, bahkan keseluruhan rumah. Hanya terdengar gemuruh air hujan memukul-mukul atap.

Wu Xie menarik kursi dan duduk. Dia melirik ke satu arah di mana seseorang baru muncul untuk bergabung.

Zhang Qiling mengenakan sweater hitam yang dikombinasikan dengan celana panjang hitam yang membungkus sepasang kaki langsing dan tegap. Postur yang sempurna. Wu Xie meliriknya sekali lagi sebelum Zhang Qiling duduk dan balas melirik dari samping.

“Mengapa kau selalu memakai warna hitam?” Pang Zhi berkomentar sambil menyendok nasi ke piringnya. Dia menatap Zhang Qiling.

“Apa suasana hatimu tidak juga bahagia? Kupikir sebaiknya mulai saat ini kau memakai warna yang lebih ceria, merah, atau pink.”

Zhang Qiling balas menatap Pang Zhi, kosong dan datar. Ekspresinya mengatakan, ‘tidak lucu, kawan!

Wu Xie menaikkan sudut bibirnya, seringai tipis itu perlahan berubah semakin lebar dan menjadi senyuman yang mengirimkan binar ke matanya.

“Xiao ge akan terlihat lebih tampan, iya kan?” ujar Wu Xie, melirik lagi ke arah Zhang Qiling.

Pemuda tampan itu menggeleng, lalu menunduk dan memainkan sumpit.

Pang Zhi terkekeh.

“Yea, seseorang akan semakin tergila-gila,” dia berkata dan mulai menguyah sepotong tofu.

“Seseorang akan semakin mencintainya,” Wu Xie menyeringai, puas dengan membicarakan diri sendiri.

“Setelah itu seseorang akan semakin bergairah.”

Zhang Qiling melirik Pang Zhi dengan alis bertaut.

“Setelah itu seseorang akan terluka dan sulit berjalan,” Wu Xie menimpali tanpa tahu malu.

Lirikan tajam Zhang Qiling beralih pada Wu Xie yang segera disambut pemuda nakal itu dengan kedipan sebelah mata. Zhang Qiling kehilangan kata-kata dan batal tersinggung.

𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐭𝐢𝐜 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang