Sepintas Makna Syukur dan Adzab

8 1 0
                                    

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini merupakam ayat yang populer. Seringkali disampaikan untuk memgingatkan agar manusia senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat dari-Nya.

Syukur adalah cara kita berterimakasih atas kebaikan Tuhan. Manifestasi atau bentuk nyata dari syukur pun bisa bermacam.

Mulai dari mengucap alhamdulillah, membantu orang lain, mengalokasikan harta untuk bersedekah ataupun membiasakan diri untuk bersikap baik pada orang lain.

Apapun itu, bentuk syukur yang terbaik adalah kesadaran bahwa kita adalah hamba-Nya dan harus berbuat yang terbaik untuk sesama.

Dalam ayat ini, siapa yang tidak bersyukur maka Adzab-Nya sangatlah pedih. Kata adzab disini ingin sedikit penulis bahas dengan pengertian dari salah satu ahli tafsir dan pengembangan pemahaman dari apa yang penulis pahami.

Adzab secara bahasa dimaknai hukuman atau sebuah ganjaran bagi makhluk-Nya karena telah melanggar aturan-Nya. Baik itu pernah atau sedang dilakukan.

Kebanyakan kita memaknai bahwa adzab hanya ada di akhirat saja. Berupa siksa Neraka ataupun siksa kubur dan lain sebagainya.

Tapi, penulis memiliki pemahaman bahwa adzab dari tidak bersyukurnya seseorang ini bisa langsung dibayar kontan di dunia dan dampaknya langsung dirasakan si makhluk tersebut.

Pedihnya Adzab itu bisa berupa sempitnya hati sehingga selalu terasa sumpek dalam menjalani hidup.

Bisa juga menjadikan sosok manusia ini menjadi manusia yang begitu kikir dan pelit. Sehingga dia akan menerima hukuman sosial seperti dijauhi teman dan kerabat.

Ataupun terus merasa kurang dengan harta yang dimiliki. Sehingga menghalalkan berbagai cara untuk menjadi kaya secara instan. Sekalipun ia berhasil punya uang banyak dengan cara tak layak, ini kelihatannya saja nikmat padahal hakikatnya adalah azab.

Dengan pemaknaan seperti ini, maka azab bukan hanya semata-mata pembalasan di Neraka.

Namun juga dalam bentuk cara pandang hidup yang sempit sehingga kemudian menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempit hatinya, sempit cara pandangnya dan kurang legowo perasaannya

Maka kita patut bersyukur jika diri kita masih sanggup untuk berbuat baik pada orang lain. Masih sanggup menolong orang lain. Bahkan mampu untuk mengorbankan kepentingan kita demi menolong orang lain.

Karena selama kita bisa melakukan itu, kita semoga saja bukan dari golongan orang-orang yang terkena adzab lantaran kufur nikmat. Sebaliknya, kita akan menjadi seseorang yang penuh cinta.

Mengutip Haidar Bagir: Cinta adalah kemampuan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi kebahagiaan orang lain.

Semoga Bermanfaat
Tabik,

Sintesa KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang