Analogi Lampu Merah

25 2 0
                                    

...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik untukmu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk untukmu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216)

Dalam menjalani serba-serbi kehidupan tentunya kita mengalami berbagai macam hal. Baik itu hal yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi. Agama memberikan sebuah prinsip "Lakukanlah hal yang baik dan benar".

Tentunya, semua dilakukan dalam koridor aturan-aturan yang dibenarkan. Ini semua perlu dilakukan demi kebaikan dan kemaslahatan umat manusia.

Namun, pada praktiknya tidak jarang kita temukan sebagian manusia melakukan hal yang dilarang Agama demi memenuhi tujuan dan keinginannya.

Memang berhasil apa yang dilakukan, tapi dampaknya akan terjadi kerusakan pada sisi yang lain dan mungkin ini luput dari perhatian si pelaku.

Penulis memberikan contoh pada kasus demikian dengan sebutan "Analogi Lampu Merah". Mari kita renungi bersama.

Untuk menjaga ketertiban lalu lintas, pihak yang bertanggung jawab memfasilitasi sebuah lampu merah atau traffic lamp di jalan agar tidak terjadi tabrakan, kesemrawutan dan kemacetan yang parah.

Tapi, terkadang ada saja pengendara yang terburu-buru dan menerobos lampu tersebut.

Ketika terjadi kecelakaan karena pelanggaran ini, siapa yang bisa disalahkan? Apakah pembuat lampu merahnya? Atau polisi yang berjaga? Atau si pelaku yang harus bertanggung jawab atas perbuatannya?

Belum lagi, masih terdapat kerugian materil maupun luka fisik yang terjadi pasca-kecelakaan yang disebabkan oleh si pelaku tersebut.

Penulis merasa ini selaras jika kita melanggar aturan dan ketetapan yang sudah ditentukan Tuhan melalui Agama.

Contoh anggap saja ada muda-mudi yang sedang kasmaran lalu menjalin cinta di luar ikatan yang dibenarkan. Satu hari mendatang, pasti akan ada hati yang tersakiti. Entah sebab ditinggalkan atau perilaku yang mengecewakan dari sang pasangan.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas sakitnya hati dan rapuhnya jiwa? Sedang ikatan itu adalah tindakan yang menerobos lampu merah (baca: menerobos larangan Tuhan) lalu menyebabkan kecelakaan.

Korbannya pun bukan hanya perasaan. Tapi kerugian waktu dan mungkin juga materil.

Oleh sebab itu, jika kita mengetahui bahwa sejatinya ajaran yang sudah Tuhan berikan itu bertujuan untuk membimbing sekaligus menjaga umat manusia kita berkewajiban untuk menaati dan menjalankannya.

Sebab, tidak semua hal yang disenangi manusia itu direstui oleh-Nya. Fondasi dasar kehidupan yang harus kita pegang adalah "Keharusan Hidup untuk menerima segala ketentuan dan ketetapan-Nya" karena jika kita terobos lampu merah itu, kita sendiri yang akan menuai celakanya.

Tabik,

Sintesa KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang