Akrab dengan Kesunyian

12 0 0
                                    

Isilah hati dengan-Nya. Atau hatimu akan terisi dengan selain-Nya. -Imam Syafii

Keakraban dengan Kesunyian,
Membuat aku basah kuyup dengan hujan pertanyaan.

Tentang kehidupan,
Tentang keadaan,
Tentang keputusan,
Tentang kebahagiaan,
Tentang ketetapan,
Tentang kebahagiaan,
Tentang perjalanan
Dan tentang-tentang lainnya yang saling berganti giliran untuk aku pertanyakan.

Apakah sejauh ini jalanku adalah jalan yang benar? Apakah keadaanku sekarang adalah kedaan yang aku harapkan?

Semakin banyak pertanyaan, semakin aku merasa jauh dari kehampaan.
Ternyata, dalam setiap episode kehidupan kita, Tuhan tak akan melepas kita sendirian.

Bagaimana tidak? Bahwa segala tuntunan-Nya mengantarkan kita pada berbagai kebaikan.

Dalam terkaman berbagai pertanyaan, aku menemukan rasa syukur yang luar biasa besar, Mengapa? Karena aku masih diizinkan untuk tegar melakoni perjalanan, yang mungkin tidak semua orang sanggup menjalankan.

Percayalah, kita perlu mengambil waktu untuk menarik diri dari hiruk-pikuk keramaian. Untuk sekedar berdialog dengan hati dan jiwa kita sendiri.

Menjawab kerinduan Tuhan, karena hamba-Nya yang mulai melangkah kejauhan.
Terlalu dalam tenggelam digenggaman keduniaan.

Dalam kesunyian Dia menyampaikan,
Ingin kembali menjadi sandaran
Atas doa-doa yang kita kumandangkan.

Berusaha merangkak-rangkak menemui kasih sayang-Nya dari balik sunyi, sepi dan sendiri.
Sebab seringkali keriuhan-keramaian tak jauh-jauh dari sandiwara membosankan.

Kita sangat perlu menata kembali doa-doa yang pernah kita panjatkan. Harapan-harapan yang pernah kita impikan serta kelakuan-kelakuan yang terkadang menyakitkan.

Dalam sunyi kita bisa mengadu sekencang-kencang mungkin pada-Nya. Walau dengan suara lirih dan merintih.
Ia tetap mendengar, betapa doa dari lisan yang lirih namun hati meraung-menggelegar.

Dalam kesepian, kita temukan banyak hal yang tak akan dapat di tengah keramaian.

Oh, ternyata ini yang membuat para pejalan sufi benar-benar mencintai uzlah dalam hidupnya. Sebab dalam saat itu juga, Tuhan mengizinkannya untuk berdialog.

Doa dan permohonan sebagai prolog, serta pertolongan-Nya sebagai epilog.

Sintesa KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang