Khidmat Pada Guru dan Pesantren

28 1 0
                                    

Jadi santri itu harus ada khidmatnya. Jangan kayak orang sekedar "Buang Hajat". Setelah lega, langsung ngacir.

Seperti biasanya, perjalanan bersama Abah Yai dan Ibuk selalu menghadirkan pengetahuan dan hikmah. Salah satunya adalah dawuh atau ucapan Ibu Nyai yang saya kutip diatas.

Sepucuk Pesan Hikmah Nyai. Hj. Fadhillah Masrur

Pesan yang ingin beliau sampaikan adalah: Mengabdilah/Berbaktilah jika menjadi santri. Berikan waktu dan tenaga kita untuk menjadi pelayan kiyai.

Karena bagaimapun, dari situlah keberkahan dan kemanfaatan ilmu mengalir deras. Serta, akan memberikan dampak jangka panjang bagi santri yang menjalaninya.

Sebuah permisalan "Buang Hajat" disini, menurut penulis sangat unik sekaligus tepat sasaran. Uniknya, karena ucapan ini nyelekit dan tepat sasarannya karena analogi ini tidak sulit dipahami.

Keberkahan dalam menuntut ilmu memang bukan hal yang mudah diraih. Kita banyak sekali mendengar cerita ulama-ulama terdahulu yang begitu berbakti pada guru demi keberkahan dan kemanfaatan ilmu.

Ada yang mengambilkan cincin istri sang guru yang tercebur di sepitank, ada yang memijit guru dari malam sampai adzan subuh menyapa, ada yang rutin membersihkan rumah dan mengurus pekerjaan ringan. Dan macam-macam yang lain

Jika pesantren kita berbasis tahfidz, janganlah buru-buru "boyong" atau pamit jika sudah khatam. Sempatkan diri kita untuk berdedikasi dalam pengabdian.

Jika pesantren kita berbasis pengkajian kitab dan ilmu alat, janganlah buru-buru "boyong" atau pamit jika sudah mahir dslam bidang tersebut. Sempatkan diri untuk berbakti dahulu.

Agar keberkahan mengalir, kemanfaatan ilmu terasa dan hati menjadi lapang.

Keberkahan dan Kemanfaatan Ilmu Mahal Harganya

Jika memang kita mendapat tawaran pekerjaan atau apapun yang akan membawa kita buru-buru boyong atau pamit, cobalah mempertimbangkan nilai keberkahan itu sendiri.

Boleh jadi kita mendapat uang atas ganjaran pekerjaan yang kita jalani, tapi ketenangan hati dan jiwa bukanlah berasal dari materi, melainkan dari keberkahan hidup dan kelapangan hati.

Melalui khidmat terhadap guru dan pesantren inilah, hal yang dapat menenangkan jiwa dapat diperoleh.

Karena hal-hal seperti ini sifatnya immaterial, maka angka-angka dunia akan selalu gagal dalam menerjemahkannyan. Ini sebabnya, keberkahan sangatlah mahal. Karena tak ada nominal yang memberiman jumlah nilai sepadan.

Semoga Allah kuatkan kita lahir batin untuk bisa berkhidmat pada guru dan pesantren. Tentunya, bukan hanya menjadi santri yang layaknya sekedar "Membuang Hajat"

Tabik,

Sintesa KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang