Chapter 8

3.3K 260 1
                                    

***

Lengang ruangan setelah pintu di tutup. Menyisakan seseorang yang berbaring tak bersemangat. Ia menilik tanpa hentinya pada pintu ruangan yang ada di pojokkan itu. Berharap suatu hari nanti dapat di pertemukan kembali dengan sang pujaan hati.

Ia berusaha untuk berpikir positif bahwa wanita itu pergi terburu-buru karena memiliki kesibukan tersendiri. Perih hatinya tiap kali mengingat perlakuan yang wanita itu berikan padanya. Kasar. Menusuk. Namun, ia ingin berpikir positif bahwa mungkin itu hal yang lumrah apalagi ia adalah orang asing!

Bila diingat kembali pertemuan pertama mereka. Saat itu ia sedang dalam perjalanan pulang kampung. Menaiki pesawat XXX dengan penerbangan tujuan Semarang, Jawa Tengah. Penumpang tidak begitu ramai. Hanya sebagian, mungkin karena bukan hari raya.

Ia saat itu sedang duduk santai sambil membaca sebuah buku. Di samping tempat duduknya kosong. Suara langkah kaki mendekatinya. Seperti biasa, salah satuh tugas Pramugari yaitu untuk melayani para penumpang. Pramugari itu mendekat dan bertanya.

"Permisi Pak. Mau nasi goreng atau nasi kuning?". Tanya Pramugari itu sedikit menunduk.

"...".

"Permisi, Pak".

"...".

"Permisi, Pak". Pramugari itu menepuk pelan bahu pemilik tempat duduk yang sedang fokus membaca buku itu.

"Eh, Iya? Maaf, ada apa?". Sosok itu menutup buku dan merapikan posisi duduknya.

"Permisi, Pak. Ini sudah jam makan siang. Apa Bapak mau nasi goreng atau nasi kuning?". Tanya Pramugari itu lagi dengan senyum yang masih disuguhkan.

"Hm, nasi kuning".

"Nasi kuning. Baik, Pak". Pramugari itu menulis list makanan para penumpang.

"Untuk minumannya, Bapak mau apa? Orange juice atau lemon tea?".

"Orange juice".

"Orange juice. Baik, Pak".

Hanya sepersekian detik sebelum keduanya berpaling dan sepersekian detik itu juga sosok itu akhirnya menyadari paras wajah Pramugari yang ada di hadapannya. Sungguh cantik! Ia terus memperhatikan Pramugari yang telah berlalu dari tempat duduknya itu. Astaga! Cantik sekali!

Apa benar makhluk secantik itu ada di dunia nyata!?

Tanyanya konyol dalam hati.

Hatinya menggebu-gebu. Pramugari itu sekarang ada di hadapannya. Tentunya, sedang menghidangkan makanan dan minuman yang telah ia pesan. Tangan sosok itu bergetar mengambil pesanan dari Pramugari itu. Aduh! Mengapa pada saat seperti ini baru tangannya tidak bisa diajak kompromi!?. Sangatlah tidak keren!

Ia telah mengambil semua pesanannya. Pramugari itu pun menunduk kecil dan menyuguhkan senyuman lalu pergi ke tempat duduk berikut yang ada dibelakangnya. Lama sosok itu melongo sampai akhirnya tersadar karena mendengar ocehan penumpang yang ada dibelakangnya.

"Eh, lu lihat nggak?".

"Wah! Lihat dong!".

"Sialan! Cantik banget tuh Pramugari!".

"Bungkus lah kalo gitu!".

"Ck! Mau nih! Cakep gitu nggak asik kalo nggak dicicip!".

"Tapi, bagi-bagi! Ya, Masa hanya lu doang".

Panas telinga sosok itu mendengar ocehan kurang ajar dari penumpang di belakangnya. Ia menatap nanar kebelakang untuk melihat siapa gerangan yang berani-berani berbicara seperti sampah pada Pramugarinya. Eh, maksudnya calon Pramugarinya.

"Ck! Iya nanti gue sisain buat lu! Tenang aja!".

"Yaelah, masa sisa! threesome aja, Gimana?".

"Ck! Males ah! Masa thre--".

"Hey! Tidak sopan berbicara seperti itu!". Tegur sosok itu.

Kedua pemuda itu pun menoleh. Mereka melihat orang itu memandang mereka dengan wajah layaknya singa yang siap menerkam. Orang itu terlihat sangat marah. Keduanya lalu menunduk malu. Mau membalas pun takut akan memperkeruh situasi. Jadi, mereka hanya meminta maaf.
.
.
.

Setelah pertemuan pertama, mereka di pertemukan kembali oleh takdir untuk kesekalian kalinya. Sosok itu berencana untuk berkenalan namun, masih takut. Takut dianggap aneh. Takut dianggap terlalu percaya diri. Dan takut untuk ditolak. Jadi, Selalu saja gagal setiap kali ia mencoba untuk memberanikan diri.

Sudah hampir lima jam setelah wanita itu pergi namun, angannya tidak mampu melepaskan wanita yang memang cantik jelita parasnya itu. Semakin ia mecoba untuk melupakan, semakin kuat ia mengingatnya. Mengapa jadi begini!?

Ia menoleh ke arah barat. Melihat pemandangan diluar jendela. Mendung. Mendung seperti hatinya saat ini. Kalau ia ingat lagi kejadian tadi di Hotel, ia merasa bodoh. Kelakuannya kelewat batas. Mengapa juga ia memeluknya? Sekarang inilah balasannya! Namun, Ia Sempat mencium semerbak aroma harum saat memeluk tubuh tinggi semampai wanita itu. Harumnya bukan dari aroma parfum, lebih tepatnya aroma itu datang dari tubuh wanita itu sendiri. Ah, sungguh memabukkan.

***

DINGIN MENYUMSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang