Chapter 16

2.7K 247 4
                                    

***

Sosok itu dihempaskan masuk ke dalam ruangan Trisha.

"Aghh! P-Pelan-pelan! Aku bukan barang!". Keluhnya.

"Papa, biar Sha aja yang urus si Sinting ini. Papa lanjutkan aja pekerjaan, Papa".

"Baiklah kalau begitu sayang, Papa pergi dulu, ya?".

"Baik, Pa". Trisha menganggukkan kepalanya.

David dan para bodyguard nya telah menghilang dibalik pintu yang Trisha telah kunci rapat-rapat. Kini hanya tinggal lah dua manusia yang saling beradu pandang.

Sosok itu menatap Trisha lama lalu membuka mulutnya.

"Kak. Kakak suka main S & M, ya? Pakai diikat begini". Ia menyodorkan tangannya yang terikat dengan tali.

"Ugh! Lu kira gue mau sama elu kalo misalnya gue suka begituan!? Tidak! Tidak akan pernah!". Trisha melotot horror ke arah sosok itu.

Trisha sekarang berada tepat di hadapannya. Diapitnya tubuh sosok itu dengan kedua kakinya lalu ditarik erat kerah bajunya.

"Gara-gara elu!!! Gue dipecat!! Dipecat!! Mimpi gue hancur gara-gara lu!". Seru Trisha parau.

Air mukanya merah padam, tersirat amarah dibalik wajah cantiknya. Ia menatap nyalang pada sosok itu penuh dengan sarat kebencian. Tak ada lagi rasa hormat ataupun menghargai. Kalimat yang ia lontarkan kini penuh dengan cacian.

Diambilnya pisau lipat di balik saku celananya. Dipencet lah tombol pada gagang pisau itu, secara otomatis pisau keluar dari gagangnya. Trisha mengayunkan dengan cepat pisau yang ia pegang ke arah bahu sosok itu lalu menancapkannya sedalam mungkin.

"Mati! Mati! Mati!". Serunya yang tanpa henti menghujamkan pisau lipatnya kedalam bahu sosok itu berkali-kali.

Setelah Trisha puas melampiaskan amarahnya, ia pun memotong tali yang terikat erat pada sosok itu. Dilihat nya sosok itu yang telah bersimbah darah.  Sosok itu hanya menatap Trisha lemah lalu tersenyum lembut walaupun menahan rasa yang teramat sakit di bahunya.

"Lu gila, ya!? Gue tikam berkali-kali bukannya marah, menangis malah senyam-senyum! Lu Psycho!?".

Sepertinya Trisha harus berkaca dulu sebelum menyebut orang lain Psycho.

"Kakak...Kakak...Dipecat karena apa..?". Tanya sosok itu dengan susah payah.

"Hah!? Elu kagak tahu!? Eh, lu jangan pura-pura bego ya! Gara-gara lu  ngasih ancaman ke atasan gue dalam bentuk bukti video dan foto. Karir gue hancur!". Sengit Trisha sambil menunjuk tajam ke arah sosok itu.

Sosok itu kaget mendengar pernyataan Trisha.

"Bukan aku...Kakak...Kakak bagaimana...Bagai...mana bisa aku tahu tempat kerja kakak...Bahkan atasan kakak...? kita baru saja bertemu dalam...beberapa hari ini saja...Aku...ti...tidak akan pernah mengancam hanya karena masalah sepele".

Sosok itu mulai kehabisan oksigen, darahnya terus mengalir deras dari bahunya walaupun ia telah menahannya dengan tangannya sekuat tenaga.

"Omong kosong!! Lu pasti sewa mata-mata! Jangan ngelak lu!". 

"Tapi kakak...kak...ak...u...tid...ak punya uang...sebanyak itu...untuk me...nyewa...satu orang pun...". 

Sosok itu hampir tidak sadarkan diri, ia menguatkan raganya agar tetap terjaga. Dengan susah payah, ia menjelaskan suatu hal yang tak pernah diperbuatnya seumur hidup. Tak selicik itu dirinya untuk mendapatkan sang Pujaan hati!

Trisha terdiam. Ia menimbang-nimbang lagi perkataan sosok itu. Dipikirkan lagi kejadian itu dengan pikiran yang lebih jernih. Elina hanya memberi informasi tentang alamat Hotel mereka. Pak satpam hanya melihat mereka berdua disana saat pagi buta. Hanya ada pelayan Hotel beserta staff nya.

Trisha mengernyitkan keningnya. Ia melihat sosok itu dengan tatapan kosong. Tanganya tiba-tiba terasa ngilu, dingin, bergetar. 

Sosok itu melihat pujaan hatinya dengan heran.

"Ka...ka...k...ad...a...ap...a?". Sosok itu pun pingsan.

Trisha terkesiap, dengan segera ia menyangga tubuh sosok itu dengan kedua tangannya.

Pikirannya berkeliaran jauh dan akhirnya ada satu nama yang ia ingat.

"ADAM!".

***

DINGIN MENYUMSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang