Chapter 14

2.6K 232 0
                                    

***

Waktu telah menunjukkan pukul 14:56 WIB. Wanita yang sedari malam tertidur dengan keadaan kacau itu, akhirnya terbangun. Ia merasa lemah sehabis bertarung dengan malapetaka yang bertubi-tubi datang padanya tanpa ampun.

Ia beranjak dari kasur lalu berjalan menuju meja rias dengan kaca super besar miliknya.

"Anjir! Mata gue kok jadi bengkak gini sih?! Ih, kok dower juga mulut gue?!". Pekiknya kaget sambil memegang wajahnya yang terlihat seperti ikan buntal.

Trisha mengatup rahangnya menahan amarah. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia pun pergi ke lantai bawah untuk makan. Trisha sangat lapar, karena sejak kemarin ia belum makan sama sekali.

"Eh, Sayangku. Udah bangun, ya. Bagaimana? Udah enakan? Mau makan?". Tanya Dina yang melihat puterinya turun tangga sambil mengiyakan pertanyaannya.

Mamanya langsung mengambilkan lauk pauk plus dengan juice kesukaan Trisha.

"Nih, sayang makanannya!". Dina menyodorkan makanan yang ia telah sediakan untuk Trisha sambil tersenyum lembut.

"Makasih ya, Ma". Balas Trisha tersenyum manis.

Dikarenakan Trisha masih makan dan ia juga pasti masih lelah maka Dina menunda untuk menanyakan lagi perihal kejadian kemarin.

Seusai makan, Trisha pun menghela nafasnya lalu memandang wajah Mamanya yang ada dihadapannya.

"Ma". panggil Trisha yang melihat Mamanya sedang mengecek sesuatu di layar handphone nya.

"Ya, sayang? Ada apa?". Dina langsung memandangi puteri nya.

"Sha...kemarin...Kemarin...".

"Iya, sayang. Ada apa kemarin?". Tanya Dina tanpa memburu.

Terlihat dari raut wajah Trisha yang mulai memerah, ia menahan emosinya karena mengingat lagi kejadian kemarin. Ia pejamkan matanya dan menghela nafas untuk beberapa kali sebelum melanjutkan kalimatnya yang terbata-bata tadi.

"Ma...Pagi kemarin, Sha kan pergi ke Kantor, dikira Sha itu...Itu, Sha dapat pekerjaan mendadak tapi nyatanya--".

Trisha membungkam mulutnya. Ia benci harus memberitahu pengumuman dirinya yang dipecat kepada mamanya, apalagi sebentar malam Ia pun harus memberitahu hal tersebut kepada papanya. Harga diri dan martabatnya sebagai anak dari seorang konglomerat tembakau yang terkenal sampai manca negara itu harus runtuh bagaikan istana pasir yang raup habis oleh gelombang pantai.

"Trisha...Trisha dipecat, Ma!".

Kerutan nampak terlihat jelas pada pemilik wajah cantik jelita itu yang sedang menahan rasa sakit. Trisha sangat kecewa pada dirinya karena ia pernah bilang kepada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi anak mandiri, yang dapat menghasilkan uang dengan hasil jerih payahnya sendiri.

"Apa, sayang!? Itu tidak mungkin! Kenapa kamu bisa dipecat?! Selama ini Mama lihat, kamu selalu tekun dan optimis! Apa-apaan Pak Burhan ini!?".

Protes Dina tak terima anaknya dipecat tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya maupun  suaminya.

Trisha hanya bisa menunduk mendengar mamanya yang terlihat kesal.

"Sabar ya, sayang. Mama panggil Papa dulu".

Trisha menggenggam tangan mamanya lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Ma. Biar Sha aja yang bicara sama Papa entar. Ada sesuatu  yang ingin Sha sampaikan". Jawab Trisha serius.

Karena anaknya sendiri lah yang bilang seperti itu. Mau tak mau Dina hanya bisa mengangguk sebagai tanda setuju.
.
.
.

Gedoran pintu terdengar nyaring, membuat si Pemilik rumah yang tadinya terlelap akhirnya terbangun juga. Dengan panik ia pun berlari menuju pintu depan rumahnya.

"Iya! Tunggu!".

Pintu pun di bukakan dan saat menoleh ia mengernyitkan dahinya.

"Maaf. Cari siapa, ya?".

Tanya orang tersebut, karena ia melihat 5 orang dengan berbadan kekar yang memakai pakaian serba hitam.

"Kamu kenal orang ini?". Salah satu dari 5 orang tersebut menunjukan sebuah foto.

Lama orang itu menatap foto yang ditunjukan dan akhirnya sadar bahwa itu adalah dirinya.

"Ah...Bukannya itu ak--".

Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

***







DINGIN MENYUMSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang