Dayangsumbi duduk dimeja kerjanya tempat dia biasa menjahit, kemampuan yang semenjak muda ia terpaksa pelajari tak disangka kini menjadi tumpuan hidupnya dan anak semata wayangnya Sangkuriang. Hidup yang teras sulit setiap hari semenjak kehilangan orang paling berharga dalam hidupnya tak pernah di sesali barang sedikitpun.
Tak terasa benang yang ia gunakan untuk menjahit telah lama habis, ia pun hendak mengambil pintalan benang baru. Seperti mengerti kesedihannya, pintalan benang baru yang hendak diambil malah jatuh tersapu angin entah dari mana hingga ke pekarangan rumah yang jauh jaraknya. Menghela nafas, Dayangsumbi pun beranjak untuk mengambilnya. Tak disangka Siumang anjing hitam gagah miliknya dengan pintar mengambil pintalan benang itu dengan giginya, membuat Dayangsumbi tersenyum.
Sambil mengambil pintalan benang dari gigitan Siumang, Dayangsumbi menatap Umang dengan tatapan sayang dan seakan rindu pada seseorang. Hingga tanganya ter-ulur mengusap kepala Siumang kemudian dengan mata berkaca-kaca lantas berkata "Pintarnya Siumang seperti pemiliknya" yang dibalas Umang dengan guk guk an penuh semangat.
Pemandangan itu tak luput dari tatapan anak laki-laki umur 8 tahun yang kini berdiri di depan pintu membawa sekarung hasil tangkapan ikan hari ini. Dengan malas Berkata pada ibunya
"Jangan terlalu banyak bicara pada anjing ibu, beberapa orang dipasar sudah mulai membicarakan kalau aku ini anak anjing karena tidak punya bapak, dan ibu malah lebih sayang Siumang dari pada aku"
Dayangsumbi hanya mendengus mendengar rengekan anaknya.
"baru pulang kenapa tidak beri salam dulu sebelum masuk" dengan lebut menasehati anaknya,
"Salam ibu, saya pulang setelah mendapat tangkapan ikan yang banyak, sekiranya ibu bisa mengolahnya untuk makan siang hari ini" Sangkuring menangkupkan kedua tangnya didepan dada memberi salam, kemudian tersenyum lebar dengan menunjukan semua giginya sambil menyerahkan hasil tangkapan pada ibunya.
"Anak pintar" kemudian menggusap kepala anaknya.
"Tapi aku serius, aku dibilang anak anjing oleh penduduk desa bu....." kemudian menatap Umang yang sedang duduk menjulurkan lidah dan berkata pada Umang.
"tidak mungkin aku anakmu kan anjing jelek hitam?"
"guk...gukk...guk" Siumang malah mengonggong penuh semangat.
Interaksi Sangkuriang dan Siumang membuatnya tertawa terbahak-bahak kemudian mennjawab anakanya.
"Anggap saja begitu" beranjak kedapur meninggalkan sangkuriang yang terkaget untuk mengolah hasil tangkapan ikan.
"ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu"
"guk...guk.....gukk..."
Sepuluh tahun yang lalu, Dayangsumbi dalam pelarian
Tak seberapa lama sumbi berjalan seketika dia merasa ada yang tak beres, dia mendengar langkah kaki mendekat dibarengi suara gonggongan anjing yang menyeramkan, tangannya menggapai apa saja yang dia temukan sebagai alat perlindungan. Sambil memegang batu di tanganya, dia beranikan diri untuk membuka suara.
"siapa di sana? Tunjukan dirimu"
Seorang pemuda dan anjing hitam mengerikan nampak keluar dari arah semak-semak di dekatnya, yang membuat Dayangsumbi kaget, keduanya membungkuk dengan satu lutut tertekuk ke tanah dan memberi salam kepadanya.
"Salam tuang putri, maaf membuat anda kaget, hamba diutus untuk menemani perjalanan tuan putri kemanapun tuan putri pergi"
Dalam ketakutan dan diliputi rasa curiga Dayangsumbi berkata
"si...siapa yang mengutusmu?"
"Yang Mulia Raja, tuan putri"
"Tapi bapak belum mengetahui kepergianku, dan kemungkinan dia hanya akan menganggap kepergianku ini hanya sebuah gertakan masa muda" curiganya.
"Mohon percaya yang mulia, saat ini istana sedang terjadi keributan karena putri pergi dan Yang Mulia Raja kebingungan kemudian mengutus hamba"
"Apa dia ingin menyeretku pulang? Tidak semudah itu, aku tidak akan pulang sampai bapak mengijinkanku untuk masuk forum dewan rapat kerajaan dan memberikan usul penyelesaian perkara selain perjodohan yang tidak masuk akal"
"Maaf tuan putri tapi hamba bukan prajurit pembawa pesan dan tidak bermaksud menggagu perjalanan,,, hambb..." perkataannya terpotong saat Dayangsumbi mengacungkan pisaunya mencoba melawan.
"Lalu kau, untuk apa diutus kesini? Jangan harap aku semudah itu percaya, walau lahir sebagai putri raja hidupku tak semudah itu hingga naif dan lantas percaya pada orang aneh sepetimu"
Guk....gukkkkgukkkkk anjing hitam menyeramkan milik pengawal tiba-tiba hendak menggigit Dayangsumbi karena Sumbi mencoba menyerang tuannya. Namun aksinya digagalkan oleh sang pengawal dengan mengorbankan tangannya untuk mengahalangi gigitan anjing hitam besar itu. Hal ini di manfaatkan Dayangsumbi untuk berlari sekencang-kencangnya dari sana.
"Tuan Putri Sumbi percayalah pada hamba....., diluar sana berbahaya, saya hanya diutus untuk melindungi Putri Sumbi" pengawal itu berteriak mencoba membuat Dayangsumbi percaya. Dari kejauhan Dayangsumbi mendengar teriakan pengawal itu dan mendengus
"dia kira aku siapa sampai mudah dibodohi, bapak tidak akan seperduli itu padaku"
Dayangsumbi terus berjalan menyusuri hutan hingga petang hampir tiba, hutan terasa lebih menakutkan saat petang datang, namun dia tak bisa memutar lewat jalur pedesaan karena pelariannya mungkin akan cepat ketahuan. Melangkah cepat-cepat untuk mencari gua atau gubuk tempat beristirahat. Tiba-tiba Dayangsumbi berteriak
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
TBC.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dayangsumbi Scandal
Historical FictionSumbi hanya pergi untuk menemukan dirinya sendiri. Alasannya bukan hanya tidak mau dinikahi, tapi dia hanya ingin diakui selayaknya manusia. Sebuah perjalanan panjang di tempuhnya untuk menemukan makna diri. Jadi sejauh mana dia harus pergi? Apa yan...