Bagi Dayangsumbi pelariannya sendiri merupakan suatu pemberontakan akan pengekangan dan pemaksaan yang sering kali ia dapat kan dari istana. Menjadi seorang wanita merupakan suatu kutukan baginya. Pelajaran resmi yang dia dapat dari istana hanya berkutat pada ranjang sumur dan dapur sampai dia jengah dengan segala kegiatan menjahit, merawat tanaman dan pekerjaan membosankan lainnya.
Pengetahuan yang tidak pernah ia dapat merupakan pengetahuan yang menurutnya menarik, seperti menunggang kuda, berlatih panah dan pedang serta teknik bela diri yang sayangnya hanya bisa dia saksikan melalui jendela kelasnya saat pengawal kerajaan berlatih. Terkadang dalam suatu kesempatan ia sering sekali memaksa salah satu jenderal ayah nya untuk melatihnya secara diam-diam, namun tak ada yang mau, sehingga yang bisa Sumbi lakukan adalah tenggelam oleh buku-buku perang yang dibacanya di ruang baca istana.
Saat kecil ia suka sekali mencuri dengar diskusi-diskusi ayahnya tentang tatanan pemerintahan, politik dan ekonomi. hingga keingintahuannya mengantarkan Dayangsumbi pada pemahaman akan semua hal mengenai tatanan negara baru yang diimpikannya, seperti persamaan hak, penghapusan kasta, kebebasan berpendapat, pengelolaan sumberdaya yang baik dan merata. Namun kembali lagi, di lingkungannya pendapat perempuan tidak ada gunanya, percuma dia bicara di depan forum kerajaan jika pendapatnya hanya dianggap gurauan belaka. Dan tak ada yang membela, bahkan sang raja sendiri yang menurutnya terlalu takut pada menteri-menterinya.
Seperti saat usulan menteri untuk menambah upeti rakyat dengan alasan pelatihan pasukan pertahanan kerajaan saat kerajaan sedang aman dan damai. Saat itu ia berada di forum kerajaan dan menolak mentah-mentah usul Menteri Dirman, sebagai gantinya Dayangsumbi mengusulkan untuk tidak membebankan upeti yang sama pada seluruh rakyat. Sebab menurut pengamatannya tidak semua rakyat memiliki kemampuan ekonomi yang sama, sebaiknya upeti diganti dengan pengenaan pajak yang sesuai berdasarkan pendapatan atau hasil panen yang didapat setiap kepala keluarga dengan perhitungan dan penggunaan dana yang jelas dan transparan. Bukan hanya itu, Dayangsumbi pernah menemukan penyelewengan dana oleh Menteri Urusan Pangan yang tanpa sengaja pembukuannya ia temukan terkubur di belakang halaman rumah menteri tersebut saat kunjungan kerajaan diadakan, tanpa berfikir panjang langsung ia adukan pada ayahnya. Namun lagi dan lagi harga dirinya dijatuhkan dengan bukan saja usulan dan aduannya ditolak namun juga dipermalukan di depan forum kerjaan dan tidak diijinkan mengikuti forum atau rapat apapun lagi di dalam istana, dia hanya boleh menjamu dan melayani tamu kerjaan dari luar sebagai perwakilan kerajaan. saat itulah muncul kemarahan besar dalam diri Dayangsumbi kepada ayahnya yang jelas-jelas tidak bisa melihat data dan fakta yang dia sampaikan.
Kecurigaanya kepada para mentri semakin kuat, saat kerajaan tiba-tiba di serang kerajaan timur pulau. Tanpa melakukan perlawanan apapun walaupun dana pelatihan pasukan kerajaan sudah banyak dikeluarkan, Menteri Dirman dan anteknya malah mengusulkan diplomasi pernikahan sebagai jalan keluar. Kemarahannya tidak bisa di bendung lagi dan pada akhirnya memilih meninggalkan ayahnya dengan segala kebencian yang ada.
Lanjutan Pelarian Dayangsumbi...
Dayangsumbi terus berjalan menyusuri hutan hingga petang hampir tiba, hutan terasa lebih menakutkan saat petang datang, namun dia tak bisa memutar lewat jalur pedesaan karena pelariannya mungkin akan cepat ketahuan. Melangkah cepat-cepat untuk mencari gua atau gubuk tempat beristirahat. Tiba-tiba Dayangsumbi berteriak
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
"sialan, selain pengawal gila siapa lagi sekarang yang mengikutiku? Tuhan tidak bisakah kau buat perjalananku damai sekali saja, anak-anak kecil sialan berani-beraninya mengambil perbekalanku, heyyyy...." kaget Dayangsumbi setelah beberapa perbekalannya diambil paksa oleh anak-anak aneh ditengah hutan.
Tunggu sebentar, batinnya berfikir. Ditengah hutan? Apakah itu hantu? Benak Dayangsumbi mulai membenarkan pikiran tidak wajarnya dan dirinya mulai takut. Namun dia tak punya waktu memikirkan itu, di dalam hutan dan sendirian yang paling berharga adalah perbekalannya, tak pikir panjang Dayangsumbi mengejar tuyul-tuyul aneh itu semakin masuk dalam hutan.
"heiii tuyul sialan jangan kabur kalian, kembali kesini......"
Langkah mereka tak secepat yang Sumbi pikirkan, dengan kemampuan berlarinya yang cukup baik Sumbi berhasil menyentuh tas perbekalan di pundak salah satu tuyul itu, namun karena lengah dan hanya melihat kedepan, salah satu dari mereka berlari mensejajari Sumbi dan berhasil menyayat kaki Sumbi dengan pisau dan melumpuhkannya. Saat terjatuh dalam kegelapan Sumbi mulai bisa melihat komplotan itu dari dekat, para tuyul ini berdiri mengelilinginya ada sekitar 5 orang dan keseluruhan bertopeng dengan baju compang camping.
Dayangsumbi mula panik dan ketakutan pada kenyataan yang sebelumnya dia pikirkan, apakah yang dia hadapi ini bukan manusia?, tapi perbekalannya nomor satu saat ini, jadi dengan sisa tenaga ia pun berusaha menjangkau tasnya, namun yang terjadi adalah salah satu dari mereka membelenggu lehernya dari belakang dan menodongkan pisau kecil kelehernya. Dayangsumbi benar-benar ketakutan walaupun tinggi badan dan kekuatannya jauh melebihi tuyul-tuyul yang menyandranya.
"Bagaimana ini? Atau kita bunuh saja disini?"
"Ya sudah bunuh saja"
Mendengar diskusi mereka secara berbisik-bisik Sumbi mulai bertanya dalam hati, kenapa mereka malah berdiskusi untuk membunuhku? Apakah penjahat selalu berfikir untuk membunuh korbannya? Sungguh batin Sumbi penuh pertanyaan. Sebelum pertanyaan Sumbi terjawab, tiba-tiba seperti ada angin yang sangat kencang dan cepat, kekangan lemah yang memenjarakan leher sumbi terlepas, begitu juga pisau yang mengancamnya terlempar jauh didapannya.
Seorang pria dibantu anjingnya dengan gerakan secepat angin melumpuhkan ke 5 penyerang Dayangsumbi kemudian mengikat mereka membelakangi satu sama lain menjadi lingkaran secara bersamaan. Dayangsumbi hanya bisa duduk sambil terhenyak melihat kemampuan pengawal itu melumpuhkan para tuyul. Dengan menggengam tas perbekalan Sumbi dan mengatur nafasnya pengawal itu berkata.
"Sudah saya katakan yang mulia, di hutan berbahaya"
tak sempat menjawab kaliamt pengawalnya, kelima tersangka penyerangan yang sudah terikat kemudian secara bersamaan menangis keras sambil tersedu-sedu. Dayangsumbi, Pengawal dan anjingnya saling bertatapan kebingungan. Kenapa aneh sekali sih penjahat yang menyerangnya? pikir Sumbi.
tbc...
Hollaa..
Jangan lupa vote sama share ceritaku yahh.. 🤭 miskin bintang soalnya heheh 😁✌.
Aku sadar kok masih banyak typo, salah tulis, atau ada plothole yang mungkin nggak aku sadar, jadi teman2 jangan sungkan ingetin aku di kolom komen yahh 🙇♀️
Semoga kalian suka 🙆♀️
Selamat membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dayangsumbi Scandal
Historische RomaneSumbi hanya pergi untuk menemukan dirinya sendiri. Alasannya bukan hanya tidak mau dinikahi, tapi dia hanya ingin diakui selayaknya manusia. Sebuah perjalanan panjang di tempuhnya untuk menemukan makna diri. Jadi sejauh mana dia harus pergi? Apa yan...