Ujian Pertama

55 55 2
                                    

Aku bergegas keruangan Ujian. Karena aku sudah terlambat. Ruangan ujian ku berada di lantai 5 lantai paling atas di sekolah. Aku tidak tahu siapa yang mendesain bangunan Sekolah ini tapi aku sangat mengutuk arsitek sekolah Cordova.

"Ma...af Pak saya terlambat." Nafasku terengah-engah karena berlari dari lantai 1.

"Kamu gak boleh masuk, karena telat!" Kata Pak Mashur Guru pengawas ruangan. "Yah...pak masa gak boleh sih Pak, Bapak nggak lihat kondisi saya," protes ku dengan menunjukkan hidung ku yang terbungkus perban.

"Bukan urusan saya!" jawab Pak Mashur ketus. Aku hanya bisa pasrah dan terpaku lemas. Yang bisa aku lakukan hanya menunggu jam ujian selanjutnya agar bisa masuk. Ya cuma remidi satu pelajaran aja kok. Pikirku tenang.

Di kejauhan samar-samar aku melihat seseorang yang aku kenal. Yup itu Fitri. Mampus aku, mau ngapain dia kesini? Kan udah dibayar kemarin tagihannya sama Lisa dan aku nggak harus jadi pacarnya. Atau jangan-jangan Lisa kemarin kasbon? Tau ahh gelap. "Ipung!" Teriak Fitri menggunakan pengeras suara. Buset nih anak gila ya pas jam ujian teriak pake TOA, mentang-mentang cucu pemilik sekolah. "Syaiful Ulum atau dipanggil Ipung aku suka kamu! Kamu mau nggak jadi pacar ku?" Suara Fitri tadi mengagetkan ku. Fitri yang ku kenal dulu jauh berbeda dengan Fitri dimasa ini, Fitri dimasa lalu adalah gadis kalem dan pemalu sedangkan disini dia sangat blak-blakan.

Karena teriakan Fitri menggunakan pengeras suara. Tentu saja satu sekolahan mendengarnya tanpa terkecuali termasuk Lisa.

Dari kejauhan aku melihat Lisa berlari dengan kencang. Gila nih anak padahal biasanya nggak kuat lari. Tapi mendengar hal tadi kayaknya dia kesurupan Usain Bolt.

"Stop! Jangan diterusin. Gue diemin makin jadi ya lu Fit! gerutu Lisa kesal.

" Kamu punya hak apa? Kamu bukan pacarnya, bukan adiknya, kamu hanya temannya kan?" tanya Fitri dengan telak. Lisa hanya bisa terdiam, Lisa tidak bisa membantah apa yang dikatakan Fitri.

"Ipung jangan diem aja dong!" seru Lisa. Aku yang dari tadi diam dan duduk akhirnya berdiri. "Maaf Fit, gue hargain usaha lo, tapi maaf gue nggak bisa nerima perasaan lo." Jawabku dengan yakin dan mantap. Untuk sekarang aku tidak mau berpacaran, apalagi dengan cara begini.

Karena jawaban ku mata Fitri berkaca-kaca seperti ingin menangis. "Pung kamu nolak aku?" tanyanya Fitri sesenggukan.

"Iyaa, kurang jelas?" Aku sangat lelah hari ini aku tidak tau kenapa padahal cuacanya tidak panas. "Lis!"

"Apa Pung?"

"Gue mau ke UKS, badan gue entah kenapa lemes banget," ucap ku lirih.

"Kamu kalau mau ke UKS aku antar aja ya," sosor Fitri.

"Jangan ntar lo suruh jadi pacar lo ntar lagi!" cibir Lisa, "udah gue aja yang nganterin Ipung! Ayok Pung keburu pingsan ntar!" Aku akhirnya meninggalkan Fitri aku melihat wajahnya yang sedih, aku tahu aku dulu suka dia. Tapi perasaanku sekarang berbeda.

"Ipung! Aku bakal pastiin bahwa kamu bakal jadi pasangan ku! Aku gak mau memiliki penyesalan lagi dimasa depan dan kehilangan kamu!" Apa? Apa yang dia maksud dengan penyesalan dimasa depan dan kehilanganku?

"Udah jangan di dengerin Pung!" protes Lisa.

"Iya!" sautku

Di UKS aku langsung membaringkan tubuh ku entah kenapa sejak kemarin badan ku sangat lemas.

"Pung kamu nggak papa kan?" tanya Lisa lembut.

"Gue nggak papa kok, udah jangan khawatir," jawab ku lembut.

Kembali Sekolah (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang